Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sudiro: HUT & RW

Gubernur I Jakarta, Sudiro, 60, menetapkan tanggal lahir Jakarta, 22 juni 1527. masa pemerintahannya banyak mendapat kritik kegiatan pelebaran jalan tanpa dilandasi undang-undang terlebih dahulu.

19 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA dua hal jang ditinggalkannja untuk Djakarta: penentuan hari ulangtahun kota ini dan lembaga RT/RW. Gubernur I Djakarta, Sudiro, sekarang berusia G0 tahun. Orang jang paling lama mendjadi kepala daerah Djakarta ini (17 tahun) mengundurkan diri pada awal 1960. Ia tidak setudju pada Keputusan Presiden jang menetapkan gubrenur Djakarta setjara main tundjuk. Dalam masa pemerintahannja ia banjak di tentang oleh DPD (Dewan Pemerintahan Daerah) maupun DPRD, tapi tantangan itu tidak dilantjarkan ketika ia mengusulkan konsep hari ulang tahun Djakarta, jang berdasar-kan penjelidikan Prof. ir Sukanto djatuh pada tanggal 22 Djuni 1527. Konsep Sukanto diterima bulat-bulat dan HUT Djakarta ke-429 merupakan HUT pertama jang dirajahan pada tahun 1956. Menurut keterangan Sudiro hari itu dimeriahkan oleh pasukan polisi bermotor jang dikerahkan untuk membentahukan kabar gembira itu keseluruh pendjuru kota. Mengenai RT/RW? Dapat dikata kan bahwa lembaga ini diambil-alih dari sistim tonarigumi diperkenalkan dalam masa pendudukan Djepang. Dikuatkan dengan satu anggaran dasar, lembaga pemerintahan paling bawah ini diresmikan dalam tahun 1954 dalam satu rapat besar digedung Ikada, lapangan Gambir jang sekarang sudah tidak ada lagi diatas peta Djakarta. Rapat itu dihadiri oleh lebih kurang 3.000 orang ketua RT/RK, djumlah mana sekarang melontjat mendjadi 20.000 orang. Menteri Iskak Sudiro tidak terlalu gembira mengenang masa-masa awal pemerin-tahannja karena struktur organisasi pemerintah jang ada tidak memungkinkan baginja untuk berbuat banjak. Waktu itu belum dikenal istilah Gubernur sebagai penguasa tunggal seperti sekarang. Setjara semu Sudiro berbagi kekuasaan dengan DPD, DPRD, bahkan dengan Pemerintah Pusat posisi Djakarta jang belum ditetapkan sebagai ibukota negara sangal tidak menguntungkan semangat pembangunan masa itu "Ketika saja berusaha memungut 1 sen untuk tiap liter bensin, Menteri Iskak menolak. Nah, gagallah usaha saja", keluhnja. Bukan itu sadja usahanja jang gagal. "Saja ingin djuga mengadakan casino dipulau Edam, dekat Djakarta. Tapi partai-partai agama gigih menolaknja" Dia djuga mentjoba memperbaiki perkampungan dan pinggiran kota tapi tidak banjak berhasil karena dana jang terbatas Kepala daerah, jang pernah mendjadi wartawan, reside Solo dan gubemur Sulawesi (1951) sekarang sebagai anggota generasi jang berangkat pergi mengisi waktunja dengan kegiatan sekitar organisasi pensiunan dan himpunan perintis kemerdekaan. Tentang pemerintahan Ali Sadikin ia berkata bahwa tampak "semangat memberi komando" sebagai tjiri chas ia sangat menjajangkan bahwa kegiatan pelebaran djalan tidak dilandasi undang-undang lebih dulu. "Tjuma kalau demikian, mungkin djuga tidak akan berhasil pekerdjaannja", kata Sudiro pula jang tentulah sangat berpengalalman dalam hal ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus