Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek-proyek infrastruktur bisa menjadi lokomotif bagi industri semen. Pembangunan jalan tol, misalnya, biasanya akan diikuti pembangunan sarana lain, seperti kawasan perumahan, stasiun pompa bensin, dan area peristirahatan. Buntutnya, permintaan semen akan naik. Setidaknya itulah yang diharapkan para pelaku bisnis semen di tahun-tahun mendatang.
Sepanjang 2009, industri semen sempat diamuk remuknya konsumsi semen domestik. Gara-gara krisis global, permintaan semen dalam negeri turun sampai delapan persen pada semester pertama tahun ini. Namun mulai menjauhnya resesi dunia membuat konsumsi terdongkrak di semester kedua. Walhasil, penurunan konsumsi semen dalam negeri pada tahun ini diprediksi tak lebih dari dua persen atau malah sama dengan tahun lalu.
Saat ini, total kapasitas produksi semen nasional mencapai 50,62 juta ton—90 persen di antaranya untuk kebutuhan domestik. Investor Relation Manager PT Semen Gresik Tbk. Agung Wiharto mengatakan kenaikan pasar semen tahun ini mulai terlihat Oktober lalu. Konsumsi semen domestik bulan itu 3,793 juta ton, atau naik 22,2 persen dibanding capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Langkah pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur untuk menggairahkan sektor riil—salah satu payung krisis global—dinilai menjadi pemicu kenaikan permintaan semen. Pilihan baru para kontraktor jalan tol dewasa ini turut mendukung lonjakan permintaan semen. ”Pengerjaan baru tidak memakai aspal, tapi beton, sehingga butuh lebih banyak semen,” kata Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk. Frans Satyaki Sunito. Perusahaan ini akan melanjutkan pembangunan 200 kilometer jalan tol yang konsesinya sudah di tangan.
Tapi, kata Agung, kontribusi pengerjaan fisik infrastruktur itu terhadap permintaan semen tidak signifikan. ”Pembangunannya tidak butuh banyak semen,” kata Agung. Sebagai ilustrasi, pembangunan Jembatan Suramadu selama lima tahun hanya menyedot 450 ribu ton semen. ”Itu jualan kami selama tiga hari,” katanya. ”Permintaan dari infrastruktur jadi bonus saja.”
Permintaan semen baru akan melonjak setelah pengerjaan suatu proyek infrastruktur rampung. Pembangunan-pembangunan properti sebagai dampak lanjutannyalah yang butuh banyak semen, antara lain tumbuhnya kota satelit setelah jalan tol baru beroperasi. ”Pasar retail ini sangat kuat,” kata Agung. Dari produksi jenis bag oleh Semen Gresik yang mencapai 80 persen total produksi, separuhnya diserap konsumen rumah tangga.
Dengan proyeksi banyak proyek infrastruktur akan diselesaikan dalam beberapa tahun ke depan, Semen Gresik Group memancangkan target pertumbuhan 6,5 persen pada 2010. Untuk itu, perusahaan yang berpusat di Jawa Timur ini akan menuntaskan ekspansinya. Pembangunan pabrik semen Tonasa V berkapasitas 2,5 juta ton per tahun akan digeber agar bisa beroperasi pada 2011. Tahun berikutnya, giliran pabrik semen Tuban IV berproduksi.
Suara optimistis datang juga dari tetangga. ”Pertumbuhan tahun depan diperkirakan enam persen,” kata juru bicara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Dani Handayani. Namun Indocement belum merencanakan ekspansi baru. ”Kapasitas masih cukup.” Indocement juga sudah bisa memanfaatkan tambahan kapasitas pabrik di Cirebon, Jawa Barat, sebesar 1,5 juta ton. Total kapasitasnya pun menjadi 18,6 juta ton per tahun.
Adapun pemain lain, PT Holcim Indonesia Tbk., akan mencanangkan pembangunan pabrik baru di Tuban, Jawa Timur, pada April tahun depan. Rencananya dibangun pabrik berkapasitas dua juta ton per tahun dengan nilai investasi Rp 4,5 triliun. Agaknya, itulah yang membuat para pemain yakin pasar akan jauh lebih baik pada 2010. ”Tahun depan pasti pulih,” kata Ketua Asosiasi Semen Indonesia Urip Timuryono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo