Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menanti Kabar Tim Mawar

Para anggota Tim Mawar yang diputus hukuman penjara dua tahun silam sedang menanti vonis banding.

29 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Perayaan itu berlangsung di lantai 20 Menara Rajawali di kawasan bisnis Kuningan, Jakarta Selatan. Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto memotong tumpeng hari jadi ke-49 pada siang itu, 17 Oktober 2000. Sebuah pesta sederhana: tumpeng tanpa ayam, beberapa kue tart kecil, air mineral dalam kemasan. Tak lebih dari 25 orang yang hadir. Mereka kawan-kawan dekat yang berulang tahun. Juga, beberapa staf PT Nusantara Resourches Energy, nama perusahaan baru Prabowo.

Di antara para undangan, berlalu-lalang beberapa pria tegap. Salah satunya, seorang pria setengah baya berpostur agak gemuk. Ia mengenakan jaket berwarna krem. Mengambil tempat di luar ruangan, pria ini seolah enggan berbaur. Tapi, di ruangan dengan undangan terbatas itu, siapa pula yang tidak mengenal pemilik jaket krem? Mayor Inf. Bambang Kristiono, 40 tahun, adalah mantan komandan satuan tugas Tim Mawar—sebuah satuan kecil Kopassus yang dituduh menculik sejumlah aktivis mahasiswa dan demonstran pada 1998. Ia hadir dalam pesta kecil itu untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada bekas atasannya.

Bekas atasan? Bambang menjadi perwira Grup 4 tatkala Prabowo menjadi Komandan Jenderal Kopassus. Ia juga pernah menjadi sekretaris Prabowo. Nama sang mayor jadi buah mulut publik tiga tahun silam, menyusul bocornya berita peran Tim Mawar di balik penculikan 13 aktivis mahasiswa dan demonstran pada April 1998. Salah satu korban adalah Andi Arief, Ketua Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), yang diculik di Lampung. Andi mengaku, tatkala permisi buang air kecil di tengah perjalanan bersama tim penculik dari Lampung ke Jakarta, ia sempat melihat tampang Mayor Bambang.

Perbuhulan Bambang-Prabowo terus berlanjut kendati mereka tak lagi menggunakan seragam Kopassus. Prabowo, yang kini aktif sebagai pengusaha, mendudukkan Bambang sebagai direktur utama PT Tribuana Antarnusa, salah satu perusahaan miliknya. Perusahaan kapal feri eks Koperasi Baret Merah (Kobame) ini menjalani trayek Merak-Bakauheni. "Saya membuka lapangan kerja dan menggaji sekian puluh orang dengan gaji yang kompetitif," ujar Bambang kepada TEMPO.

Tiba-tiba seorang pria tegap lainnya—Kapten Fauka Nurfarid—terburu-buru mendekati Prabowo. Fauka menyerahkan telepon genggam yang tengah berdering lalu berkata dengan santun kepada sang jenderal: "Ibu (Titiek Prabowo) menelepon." Apakah Fauka, yang juga anggota Tim Mawar, telah menjadi pegawai Prabowo? Kapten Fauka masih bertahan di jalur militer. Toh, hubungannya dengan bekas Danjen Kopassus itu masih akrab. Sepanjang pesta, Fauka tampak sibuk meladeni keperluan Prabowo.

Dibandingkan dengan Bambang yang dipecat dan dihukum 22 bulan penjara, nasib Fauka masih lebih baik. Ia tidak dipecat. Hukumannya juga "hanya" 16 bulan penjara. Lalu di mana eks anggota Tim Mawar yang lain? "Mereka masih di dalam kesatuan," kata Danjen Kopassus Mayjen TNI Amirul Isnaeni dalam wawancara dengan TEMPO pekan lalu.

Menurut Amirul, meski belum ada putusan tetap, anggota Tim Mawar sebenarnya sudah "dihukum". "Dalam promosi pangkat, misalnya, anggota Tim Mawar diletakkan pada urutan paling buntut. Kalau ada lima orang naik pangkat dan ada anggota Tim Mawar ini di urutan kelima, ya dia ikut naik," Amirul menjelaskan. Dari 11 anggota Tim Mawar, hanya Bambang Kristiono yang minta pensiun dini. Kini, ia masuk masa persiapan pensiun dan mengaku sedang berkonsentrasi penuh ke bisnis.

"Dulu, sebagai komandan batalion, saya tidak pernah terpikir soal gaji, karena negara sudah mengurus semuanya," katanya. "Sekarang, tanggal 25 setiap bulan saya harus berpikir keras: apa ada uang kontan untuk membayar gaji pegawai?" ujarnya. Toh, Bambang tampaknya lebih leluasa menikmati hidup. "Saya siap-siap mau ke Singapura seminggu untuk menemani istri liburan," ujarnya kepada TEMPO dengan suara sumringah lewat telepon, dua pekan silam.

Tidak semua eks Tim Mawar bernasib mulus dan bisa liburan ke Singapura. Umpama, Kolonel Inf. Chairawan, mantan Komandan Grup IV, yang membawahkan Tim Mawar. Ia mengaku "luntang-lantung". Resminya, Chairawan menjadi staf ahli Markas Besar Angkatan Darat—sebuah jabatan tanpa kursi. Selain dia, ada tujuh kapten, termasuk Fauka, serta tiga bintara yang terus berdinas di Kopassus tanpa prioritas karir. Belum lagi, vonis penjara dua tahun silam yang menjadikan mereka calon penghuni bui. Menurut Desmond—salah satu korban yang sudah rujuk—beberapa korban yang sudah berbaikan dengan Tim Mawar memang telah melobi Panglima ABRI agar 11 anggota Tim Mawar diberi pengampunan. Tetapi toh lobi ini belum terlihat hasilnya (baca "Noda Hitam itu Bernama Penculikan").

Jadi, mengapa para anggota Tim Mawar masih saja lalu-lalang sebagai orang bebas? Semuanya sedang menantikan vonis banding, yang entah kapan.

Arif A. Kuswardono, Tomi Lebang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus