Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Para Patriot Vaksin

Pertempuran melawan pandemi memasuki babak baru setelah vaksin Sinovac disuntikkan pertama kali pada Januari lalu. Vaksin Covid-19 harapan baru memutus virus.

25 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Carina Joe terus mengembangkan vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk melawan varian Omicron.

  • Mendukung dokter dan tenaga kesehatan, personel TNI dan Polri menjadi vaksinator dan menyuntikkan vaksin Covid-19.

  • Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membantu mengamankan 80 juta dosis vaksin Covid-19 lewat kerja sama multilateral.

SATU tahun seusai uji klinis fase ketiga vaksin CoronaVac rampung, Eddy Fadlyana kembali mempersiapkan tim penelitinya. Dokter spesialis anak ini memimpin tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran menjalankan uji klinis vaksin Covid-19 sebagai vaksin booster. Berbeda dengan tahun lalu yang hanya berfokus pada vaksin buatan Sinovac Biotech Ltd dari Cina, kali ini Eddy juga akan menguji vaksin Covid-19 bikinan Pfizer dan AstraZeneca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eddy menakhodai tim beranggotakan 100 peneliti seperti pada uji klinis sebelumnya. Bedanya, jumlah relawan yang dihimpun saat ini sebanyak 1.500 orang dan terbagi di Kota Bandung dan DKI Jakarta. Seraya menunggu izin riset dari Komite Etik Penelitian Universitas Padjadjaran serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Eddy dan timnya mulai merekrut relawan dan risetnya dimulai pada Desember 2021. Uji klinis vaksin booster dikebut karena pemerintah merencanakan penyuntikannya bisa dimulai pada Januari 2022. “Akhir Desember sudah diminta laporan awalnya, Pak Jokowi Januari awal memberi perintah untuk booster,” kata Eddy, Rabu, 15 Desember lalu. Total waktu riset itu sekitar tiga bulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tenaga kesehatan melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga yang akan melakukan pencoblosan kepala desa di TPS 2 Desa Bunde, Mamuju, Sulawesi Barat, 22 Desember 2021. ANTARA/Akbar Tado

Tim riset vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) juga sibuk mempersiapkan uji klinis. Dari tujuh lembaga riset dan universitas dalam negeri yang mengembangkan vaksin Covid-19, tim besutan Fedik Abdul Rantam mencatatkan hasil uji praklinis fase pertama dan kedua yang paling cepat dan menjanjikan. Unair menggandeng PT Biotis Pharmaceutical Indonesia untuk memproduksi vaksin. Adapun uji klinis fase pertama akan dimulai pada awal 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, dengan didampingi BPOM.

Di Jenner Institute, University of Oxford, Inggris, perempuan peneliti bioteknologi asal Indonesia, Carina Citra Dewi Joe, terus mengembangkan vaksin Covid-19 buatan Oxford-AstraZeneca. Yang terbaru, ia dan timnya merancang formula anyar vaksin untuk melawan varian Omicron, varian terbaru virus penyebab Covid-19, yang merebak di berbagai negara dan mulai menggeser dominasi varian Delta. Terpaut jarak sejauh lebih dari 5.000 kilometer melintasi Samudra Atlantik, Novalia Pishesha, peneliti diaspora lain asal Indonesia di Boston Children's Hospital, Massachusetts, Amerika Serikat, telah menemukan kandidat baru vaksin Covid-19 yang cocok dengan teknologi di Tanah Air.

Pembaca, kami memilih orang-orang yang terlibat dalam vaksinasi Covid-19 sebagai Tokoh Tempo tahun ini karena di tangan mereka tersemai asa baru untuk segera mengakhiri pagebluk yang telah mencekam dunia selama dua tahun terakhir. Vaksin, walaupun bukan menjadi satu-satunya jalan keluar, merupakan senjata ampuh untuk meredam penyebaran SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, yang terus bermutasi untuk bisa bertahan hidup dan bereplikasi dalam tubuh manusia. Vaksin pula yang membentengi mereka yang rentan, yaitu para orang tua serta dokter dan perawat yang terjangkit virus saat merawat pasien, bahkan mencegah kondisi orang yang terinfeksi Covid-19 tidak makin buruk dan fatal.

Para peneliti dan ilmuwan seperti Eddy Fadlyana, Fedik Abdul Rantam, Carina Joe, dan Novalia Pishesha berperan penting dalam pengembangan vaksin Covid-19. Berkat jerih payah Carina dan tim manufaktur di Jenner Institute, misalnya, vaksin buatan Oxford-AstraZeneca bisa diproduksi massal lebih cepat. AstraZeneca telah menyalurkan lebih dari 3 miliar dosis vaksin Covid-19 kepada 183 negara hingga akhir tahun ini. Sekitar dua pertiganya telah dibagikan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah-bawah, termasuk Indonesia.

Di sisi hilir, peran para vaksinator di lapangan tak kalah krusialnya. Dengan jumlah sasaran mencapai 208,2 juta jiwa, vaksinasi Covid-19 di Indonesia mustahil hanya bergantung pada tenaga kesehatan yang jumlahnya kurang memadai. Di beberapa daerah, peran dokter memang signifikan dalam mengedukasi dan mengadvokasi warga akan pentingnya vaksin. Namun penyuntikan vaksin membutuhkan tenaga yang banyak. Di sinilah pemerintah daerah, Kepolisian Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, pihak swasta, hingga solidaritas warga turut andil dalam menyukseskan vaksinasi.

Laporan ini masih memiliki benang merah dengan edisi tokoh 2020 yang menyoroti peran penting mereka yang terlibat dalam pelaksanaan testing, tracing, treatment (3T). Seperti tahun lalu, kami tidak memilih figur perorangan sebagai tokoh pilihan. Kami menentukan peran-peran yang dianggap paling relevan dengan pengembangan vaksin Covid-19 di laboratorium, edukasi dan advokasi warga yang menolak vaksin, serta mereka yang menjangkau kelompok rentan dan marginal. Kami juga mengangkat kisah orang-orang yang mendukung pelaksanaan vaksinasi hingga ke pelosok dan mereka yang aktif memerangi hoaks seputar vaksin.

Dalam menyeleksi para tokoh untuk setiap peran, kami melakukan penelusuran ke lapangan dan menghimpun informasi dari berbagai narasumber. Kami juga berdiskusi dengan juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi; Ketua Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Iris Rengganis; dan organisasi masyarakat sipil Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI). Bersama Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (Puskapa), CISDI mengevaluasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia dan memberi masukan kebijakan.

Sejumlah tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta, 12 November 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Dengan membagikan cerita mereka yang berjibaku di laboratorium, lapangan, dan dunia maya, kami berharap dapat menularkan semangat dan inspirasi dalam mempercepat vaksinasi Covid-19. Nama-nama yang kami tuliskan kisahnya di sini tentu tidak dapat mewakili semua pihak yang terlibat dalam proses vaksinasi. Tapi hal itu tidak lantas mengurangi signifikansi orang-orang yang juga ikut andil dalam mendukung vaksinasi. Sebut saja tokoh masyarakat, tokoh agama, pejabat pusat dan daerah, pengusaha, mahasiswa, kepala sekolah, hingga ketua rukun tetangga.

•••

COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 278 juta orang dan merenggut lebih dari 5,4 juta jiwa di penjuru dunia. Di Indonesia, sejak terdeteksi pada Maret 2020, Covid-19 telah menginfeksi sedikitnya 4,2 juta orang dan menyebabkan lebih dari 144 ribu orang di antaranya meninggal. Risiko kematian pada pasien Covid-19 yang belum divaksin cukup tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per September lalu, pasien Covid-19 yang meninggal dalam keadaan belum divaksin mencapai 94 persen.

Perjuangan Indonesia dalam mendapatkan vaksin Covid-19 cukup berliku. Sejak kasus pertama terdeteksi di Depok, Jawa Barat, pada Maret 2020, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, serta PT Bio Farma langsung berkoordinasi. Kerja sama dengan beberapa negara serta produsen dan pengembang vaksin dijajaki untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Pada saat hampir bersamaan, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menggagas pengembangan vaksin Merah Putih untuk kemandirian vaksin di masa depan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam wawancara dengan Tempo, Rabu, 22 Desember lalu, mengatakan pemerintah mengambil pendekatan yang sangat komprehensif. Melalui diplomasi vaksin, ia tidak hanya mendekati negara serta para pengembang dan produsen vaksin, tapi juga menjajaki kerja sama multilateral. Bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Retno terbang ke Cina untuk bertemu dengan pemimpin Sinovac, Sinopharm, dan CanSino. Ia juga meluncur ke Uni Emirat Arab dan Inggris untuk berkomunikasi dengan petinggi AstraZeneca.

Masih di Benua Biru, Retno menyambangi Jenewa untuk berkomunikasi dengan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) serta Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Retno bahkan terpilih sebagai salah satu ketua Covax Advance Market Commitment Engagement Group, kerja sama multilateral pengadaan vaksin Covid-19. “Tidak hanya pemenuhan dalam negeri, kita juga memperjuangkan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara,” ujar Retno.

Sejumlah warga lanjut usia bersiap menjalani vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta, Selasa, 23 Februari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat

Diplomasi vaksin Retno berbuah manis. Dari kerja sama dengan Sinovac, Indonesia dipercaya menjalankan uji klinis fase ketiga vaksin CoronaVac di Bandung pada Agustus 2020. Vaksin pertama yang digunakan di Indonesia ini lantas datang dalam jumlah puluhan juta dosis. Menyusul kemudian vaksin AstraZeneca dan vaksin lain dari berbagai negara. Saat ini terdapat 11 merek vaksin Covid-19 berbagai platform yang telah mendapatkan izin dari BPOM untuk disuntikkan kepada masyarakat.

Kementerian Luar Negeri tidak hanya membuka akses untuk kerja sama komersial pengadaan vaksin, tapi juga mengamankan vaksin gratis. Menurut Retno, sekitar 20 persen atau hampir 80 juta dosis vaksin yang masuk ke Indonesia diperoleh tanpa mengeluarkan biaya. Selain dari Covax Facility, Indonesia mendapatkan vaksin gratis lewat mekanisme dose-sharing dengan negara lain. Menjelang akhir 2021, pemerintah mengklaim telah menyuntikkan 263 juta dosis vaksin Covid-19 kepada masyarakat. Lebih dari 52 persennya telah menerima dosis lengkap.

Upaya mendatangkan vaksin Covid-19 ke dalam negeri bukan tanpa halangan. Pada masa awal pagebluk, hambatan justru muncul dari otoritas tertinggi kesehatan, Kementerian Kesehatan, yang kala itu dipimpin Terawan Agus Putranto. Saat itu Terawan menganulir pembelian 100 juta dosis vaksin AstraZeneca dan Sinopharm. Padahal Indonesia membutuhkan banyak pasokan vaksin dan harus berebut dengan negara lain. Terawan pula yang menggagas skema vaksin berbayar dan, belakangan, setelah lengser sebagai menteri, malah berjualan vaksin Nusantara yang kontroversial. Kamar Dagang dan Industri Indonesia juga pernah menginisiasi vaksin individu berbayar yang, setelah menuai kritik, akhirnya dibatalkan.

Di lapangan, pemerataan distribusi vaksin sempat menjadi masalah. Menurut CISDI dan Puskapa, pemerintah semula membagikan vaksin berdasarkan indikator prioritas kelompok penerima. Tapi lonjakan jumlah kasus Covid-19 akibat varian Delta pada Juni 2021 mendesak pemerintah berganti strategi. Vaksinasi akhirnya dilakukan massal terhadap masyarakat umum di tengah keterbatasan suplai vaksin nasional.

Ilustrasi vaksin Covid-19. TEMPO/Prima Mulia


TIM EDISI KHUSUS TOKOH PILIHAN TEMPO 2021

Penanggung jawab: Sapto Yunus | Pemimpin proyek: Mahardika Satria Hadi, Zacharias Wuragil, Mustafa Ismail | Penulis: Dini Pramita, Abdul Manan, Zacharias Wuragil, Syailendra Persada, Gangsar Parikesit, Larissa Huda, Mahardika Satria Hadi | Kontributor: Anwar Siswadi (Bandung), Ahmad Fikri (Bandung), Febriyanti (Padang), Kukuh S. Wibowo (Surabaya), Shinta Maharani (Yogyakarta), Maya Ayu Puspitasari (Jakarta), Ayu Cipta (Tangerang), M.A. Murtadho (Bogor), Musthofa Bisri (Sumenep), Parliza Hendrawan (Palembang) | Penyunting: Dody Hidayat, Iwan Kurniawan, Sapto Yunus, Mustafa Ismail, Zacharias Wuragil, Bagja Hidayat | Penyunting bahasa: Edy Sembodo, Hardian Putra Pratama, Iyan Bastian | Fotografer dan periset foto: Gunawan Wicaksono, Ratih Purnama Ningsih, Jati Mahatmaji, Ijar Karim, Nita Dian, Bintari Rahmanita, Charisma Adristy, Aris Novia Hidayat (Surabaya) | Penata letak: Djunaedi, Munzir Fadly, Mistono | Desainer digital: Imam Riyadi Untung, Rio ASri Seno, Riyan Rahmat Akbar

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus