Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menguras kantong kondektur

Bis kota dibenahi terus, sekali ini dengan sistim karcis berhadiah, diharapkan pemasukan naik rata- rata 15%. (kt)

12 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUKOTJO tak ingat siapa yang mula-mula memunculkan gagasan karcis berhadiah bagi penumpang bis kota di Jakarta. Sekretaris Tim Pengendali Angkutan Jabotabek itu hanya mengharapkan agar dengan sistem baru ini pendapatan bis kota akan meningkat sampai 15%. Sebab ternyata sistem karcis yang dimulai lagi dalam rangka penertiban bis kota pertengahan 1979, tak membawa banyak hasil. Para kondektur lebih banyak yang main akal-akalan agar penumpang rela menyerahkan ongkos tanpa diberi karcis. Atau kondektur menanyakan lebih dulu si penumpang akan turun di mana. Jika ternyata si penumpang turun di halte yang kira-kira bebas dari pencegatan Polsus (polisi khusus dari perusahaan bis kota bersangkutan), ia tak akan diberi karcis. Dengan sistem setoran berdasarkan jumlah karcis yang terjual, tentu saja pembayaran penumpang tanpa karcis langsung masuk ke kantung kondektur (dan pengemudi). Dan sebaliknya makin mengempiskan pendapatan perusahaan bis yang bersangkutan. Dengan karcis berhadiah, diharapkan para penumpang akan ngotot meminta karcis dari kondektur. "Banyak penumpang yang belum menyadari, perusahaan bis itu dibiayai oleh karcis yang terjual," ungkap Sukotjo. Sebagai percobaan, karcis berhadiah ini akan berlangsung selama 3 bulan. Setelah itu, kata Sukotjo, akan dilihat. Kalau ternyata membawa hasil, sistem hadiah akan diteruskan. Dan mungkin juga akan berlaku untuk semua perusahaan bis kota di Jakarta -- sebab sistem karcis berhadiah yang dimulai 1 Januari lalu baru berlaku pada 8 perusahaan bis kota (plus PPD) yang manajemennya telah diambilalih pemerintah. Undian pemenang dilakukan tiap tanggal 15 dan tanggal 30. Pemenang akan mendapat hadiah televisi hitam putih yang berasal dari beberapa sponsor. Sistem berhadiah tidak berlaku bagi karcis langganan pelajar dan mahasiswa. Hari-hari permulaan berlakunya sistem karcis berhadiah memang ada yang lucu. Seorang penumpang memberikan lembaran Rp 500 untuk 2 orang. Waktu diberi kembaliannya, ia menolak. "Nggak usah, minta karcis saja -- siapa tahu dapat TV," kata penumpang itu. Dan memang pada umumnya penumpang langsung meminta karcis begitu membayar ongkos. Sehingga penumpang banyak yang kecewa, ketika suatu ketika kondektur bis Saudaranta jurusan Pasar Minggu-Manggarai mengumumkan karcis habis. Bahkan pada hari-hari selanjutnya kondektur bis Saudaranta jurusan ini sama sekali tak mau memberi karcis, lebih-lebih penumpang jarak dekat. Sikap kasar masih ditunjukkan kepada penumpang sehingga pihak terakhir ini akhirnya tak peduli. Kehabisan karcis serupa itu tak urung membuat penumpang curiga. Jangan-jangan akal baru dari kondektur untuk mengantungi pendapatan gelap. Apalagi karena menurut Sukotjo, "tak mungkin kondektur sampai kehabisan karcis." Setiap bis yang keluar dari kandangnya (pool) selalu dibekali paling sedikit 450 lembar karcis umum, ditambah sekitar 150 lembar karcis pelajar -- untuk 8 jam beroperasi. Sebelumnya rata-rata setiap bis membawa 300 lembar karcis umum dan sering dinyatakan tak habis. Seharusnya, menurut Sukotjo, begitu karcis habis, sang kondektur atau sopir langsung melapor dan minta tambahan ke kandang masing-masing. Makin Sempit Karena itu Sukotjo berharap dengan sistem baru ini, dari 9 perusahaan bis akan terjual sekitar 750.000 lembar karcis setiap hari dari 1050 bis yang beroperasi. Sehingga ditambah dengan beberapa kebocoran, Sekretaris Tim Pengendali Angkutan Jabotabek itu mengharapkan kenaikan pendapatan perusahaan-perusahaan bis rata-rata akan mencapai 15% dari sebelumnya. Harapan ini agaknya cukup masuk akal. Sebab pada hari-hari permulaan sistem karcis berhadiah, bis Solo Bone Agung jurusan Banteng-Tanjung Priok (termasuk lin gemuk) mengalami kenaikan pendapatan 43% tiap bis sehari. Bis Medal Sekarwangi secara keseluruhan naik 20%, Merantama 12% dan PPD 20%. Bagi kalangan sopir maupun kondektur, sistem karcis berhadiah itu tentu saja tak begitu menyenangkan. Terutama karena lubang untuk mendapatkan tambahan tak halal makin sempit, sementara sebelumnya setiap hari mereka dapat mengantungi paling sedikit Rp 1.000 sampai Rp 1.500 tiap orang. Seorang sopir bis Merantama misalnya buru-buru mengeluh. "Kita rakyat kecil malah digencet terus. Mau ngambil buat makan saja sekarang susah," katanya. Namun kemudian ia mencoba menghibur diri: "Tapi ini untuk sementara saja, nanti akan kembali seperti dulu lagi." Sejak manajemen 8 perusahaan bis (plus PPD) diambil-alih pemerintah sopir dan kondektur menerima gaji bulanan sebanyak Rp 75.000 untuk sopir dan Rp 37.500 untuk kondektur, semua termasuk uang makan. Di samping itu mereka juga mendapat premi 75% dari kelebihan perkiraan penjualan karcis. Apakah sopir tak akan ngebut untuk mengejar kelebihan itu? Sukotjo yakin tidak. Sebab katanya, sopir tak usah mati-matian untuk mencapai perkiraan karcis yang harus habis, berjalan normal saja sudah tercapai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus