Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menyusuri Jejak Pearl

10 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

A Mighty Heart Sutradara: Michael Winterbottom Skenario: John Orloff, berdasarkan buku karya Marianne Pearl Pemain: Angelina Jolie, Dan Futterman

Bagaimanapun selera Anda, harus diakui A Mighty Heart adalah film yang paling penting, bukan hanya yang ditayangkan di JIFFEST saja, tetapi yang ditayangkan di dunia tahun ini.

Film yang diangkat dari pengalaman nyata hilangnya wartawan Wall Street Journal Daniel Pearl di Pakistan (yang belakangan kita ketahui melalui sebuah video bahwa kepalanya dipenggal oleh para penculiknya).

Film ini mengandung implikasi politik yang masih bergema (dengan seribu tanda tanya) di dunia: yaitu dunia kita setelah tragedy 9/11. Tetapi film ini tidak mempersoalkan pertikaian politik dan ideologi itu, melainkan bagaimana Marianne Pearl (Angelina Jolie), istri Daniel Pearl, menghadapi hilangnya sang suami di suatu malam. Film ini dibuka dengan perpisahan Marianne (yang tengah hamil lima bulan) dan Dan yang punya ”pe-er” satu wawancara lagi sebelum nanti mereka berdua terbang pulang. Janji Dan untuk makan malam pukul sembilan yang berakhir dengan hilangnya Dan dan pencarian yang semakin lama semakin menegangkan inilah yang kemudian menjadi pusat cerita.

Antara adegan masa kini dan masa lalu bolak-balik dengan santai, saling susup-menyusup tanpa peringatan, tanpa musik sinting yang menghantam. Semuanya tampak begitu realistik, hampir menyerupai sebuah dokudrama. Bahkan Angelina Jolie, yang dihajar begitu banyak pihak (karena Marianne yang sesungguhnya adalah wartawan berdarah campuran Kuba, Prancis, dan Afrika-Amerika, maka ada yang menganggap pemilihan Jolie sebagai Marianne tidak sahih) memerankan tokoh ini dengan elegan, dingin. Sepanjang film, Marianne menyimpan seluruh rasa frustrasi dan kegelisahannya dan terus-menerus mencoba optimistik karena ”saya sedang hamil, saya tak bisa (berkeluh kesah),” katanya menjawab reporter yang berisik.

Para penonton, yang kita asumsikan pembaca koran, tentu saja sudah tahu akhir dari tragedi ini, tetapi sutradara Winterbottom memilih untuk sengaja tidak memperlihatkan adegan pemenggalan leher Dan Pearl yang sudah disaksikan jutaan orang melalui internet. Reaksi tim investigasi saat melihat video itu menjadi puncak teror. Teror inilah yang bisa dihadang oleh Marianne. Dia bertahan untuk tidak meratap-ratap, meski luar biasa terluka oleh kematian suaminya.

Jika ini disebut sebuah film penting, mungkin karena ucapan Marianne, bahwa apa yang terjadi pada suaminya sama sekali tidak mewakili rakyat Pakistan; melainkan sebuah brutalitas sekelompok orang belaka. Jolie telah kembali ke ”habitatnya”. Dia telah kembali menunjukkan bahwa dia adalah aktris serius seperti saat dia menerima Academy Awards untuk penampilannya dalam film Girl, Interrupted.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus