Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Merobohkan balai desa

Camat kecamatan mantup lamongan, drs iskandar, mengintrusikan merobohkan balai desa kedukbembem agar mendapat bantuan dana dari pemda buat pembangunan balai desa.

13 April 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGHARAPKAN burung di langit, balai desa dirobohkan. Itulah instruksi Drs. Iskandar, Camat Kecamatan Mantup Lamongan, kepada Drs. Markiman, Kepala Desa Kedukbembem. Sebelumnya, balai desa ini dilaporkan "rusak berat". Kedukbembem di antara 12 desa di kecamatan tersebut. Gara-gara perintahnya tadi, Iskandar dipanggil Gubernur Jawa Timur untuk memberikan penjelasannya. Ternyata, ia punya alasan sendiri. Pada 20 November 1990 dan 5 Februari silam, Kecamatan Mantup, 16 km di selatan Lamongan, diserang angin puyuh. Banyak rumah roboh, genting bangunannya pecah, dan kandang ayam rusak -- seperti di Desa Mantup, Sukobendu, dan Tugu. Tapi Balai Desa Kedukbembem hanya rusak kecil. Akibat musibah tersebut tentu perlu dana membangunnya kembali. Iskandar sudah mengorek dari sana-sini, namun hasilnya tak seberapa. Sedangkan dari dana 1991/1992 banyak tersedot program pilkades (pemilihan kepala desa) dan penataran P4. Balai desa yang dibangun pada 1978 dan berukuran 13 x 10 m itu masih dipakai, tapi disangga dengan bambu. Kondisinya 70%. Dinding temboknya semeter serta genting atap belum terlalu tua. Sebelumnya, Iskandar sering mengatakan kepada aparat kecamatan dan perangkat desa: Balai Desa Kedukbembem perlu direhab. Maka, dalam rapat 18 Maret lampau, aparat Desa Kedukbembem sependapat dengan Pak Camat: bangunan itu pantas dirobohkan. Ketika menghadiri suatu rapat di Kantor Pemda Lamongan, 26 Maret, Iskandar bertemu dengan Supardi. Kabag Pemerintahan Desa Tingkat II Lamongan itu memberi tahu bakal ada "kucuran" dana untuk pembangunan balai desa. "Pak Camat, di wilayah sampean apa ada balai desa yang rusak berat?" tanya Supardi. Merasa kejatuhan embun di tengah padang, Iskandar menyahut, "Ada, Pak, di Desa Kedukbembem." Ia juga diberi tahu bahwa pada 27 Maret, tim dari Biro Bina Pemerintahan Desa Tingkat I Jawa Timur akan ke desa itu. Balai desa tersebut terlanjur dilaporkannya mengalami rusak berat. Hitung-hitung, itu sekalian meyakinkan tim tadi, hingga Kedukbembem layak menerima bantuan. Malam, usai rapat, Iskandar memerintahkan Markiman membongkar balai desa itu secepatnya. Selesai sahur, Markiman, yang dibantu aparat desanya, mengajak ratusan penduduk membongkar balai desa mereka. " Maklum, bulan puasa, Mas. Kalau siangnya, nanti mereka keburu tidur atau pergi kerja," begitu kilah Markiman. Kalau balai desa itu tak dibongkar menurut Iskandar, bantuan desa belum tentu diturunkan. "Daripada disangga dengan bambu terus, ya, robohkan saja. Kalau kerusakan kecil, jangan-jangan bantuannya juga kecil," ujarnya kepada Kelik M. Nugroho dari TEMPO. Inisiatifnya itu disebut trick, agar diperhatikan. "Tujuan saya baik. Saya tidak punya interes pribadi," Iskandar menambahkan. Namun, bantuan dimaksud, hingga hari ini, belum turun. Dan kalau tak turun? "Balai desa itu tetap dibangun dengan dana swadaya masyarakat. Biayanya nggak sampai Rp 10 juta," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus