INILAH malam penuh bintang bagi keluarga Satijo. Dua anaknya yang perempuan naik pelaminan bersamaan, 23 Maret lalu. Endah Sulistyowati, 25 tahun, dijodohi Triwiyanto, 23 tahun. Adiknya, Diah Retnosari, 23 tahun, menikah dengan S. Heriyanto, 23 tahun, asal Salatiga. Persiapan resepsi cukup besar untuk ukuran desa seperti Kelapa Sawit, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen. Undangan 300 helai diserak dari Yogya hingga Semarang. Untuk memeriahkan pesta, seperangkat band dan dangdut dari Kebumen disewa. Pukul 20.30, dua sejoli pengantin keluar dari kamarnya, diiringi domas pengiring. Mereka bahagia, dan terus senyum. Pukul 23.00, acara resmi usai, tapi hadirin tak banyak beran- jak. Dan mereka yang menikmati dangdut memadati kebun di depan rumah. Acaranya gayeng. Selepas pukul 24.00, penonton baru berkurang. Meski begitu, ada segerombolan anak muda yang masih setia menikmati sajian ala kadarnya itu. Sewaktu pasangan akan masuk kamar masing-masing, S. Heriyanto dipanggil Putu, kakak iparnya. Ia diminta memasukkan motor yang masih di luar rumah. Heriyanto, yang riasnya belum hilang itu, melihat ada satu Honda merah dan satu Suzuki putih. Honda tadi dinaikinya. Belum sempat kendaraan itu dihidupkan, terdengar teriakan dari arah penonton, "Maling, maling." Dan beberapa pemuda menghambur, disertai bogem mentahnya ke tengkuk Heriyanto. Ia panik, lari arah kebun kelapa. Eh, ia tersandung batu. Jatuh. Melihat "maling" jatuh, massa yang mengejarnya ada yang mencabut tiang jemuran dan bambu, lalu diayunkan ke tubuh pengantin. Malah palu dari kayu -- untuk membuat panggung -- ikut menikmati jidatnya. Heriyanto berupaya melepaskan diri, lari ke rumah Mukhlisin. Melihat ia dianiaya, tetangga itu melerai dan berteriak. "Ini pengantin, ini pengantin." Tapi, bogem mentah bertubi mendarat ke tubuh sang pengantin Mukhlisin juga kebagian. Heriyanto lari ke rumah mertuanya. Di depan rumah, ia jatuh lagi. Pingsan. Celaka, massa yang memburunya masih juga tega menginjak-injak tubuhnya. Muncul Jarwoto. Korban diselamatkan dan digotongnya ke dalam rumah. "Masya Allah, kamu rupanya To," ujar Jarwanto, ayah Heriyanto. Tiga kakak pengantin putri, Setyo Puji, Susilo, Aris, mencari biang keributan. Terjadi baku hantam. Tak lama, tertangkaplah Wantoko, Endang, Misno, dan Yitno. Saat baku hantam, ada yang keliru gebuk. "Mas Susilo memukul Mas Setyo. Bapak saya kena bogem Mas Aris," Endah menuturkan. Dan pemuda yang ditangkap itu kini diusut. Mereka, menurut polisi, adalah pentolan geng yang suka iseng. Gara-gara dikeroyok itu, Heriyanto diopname tiga hari di Rumah Sakit Kebumen. "Punggung saya masih terasa sakit," ujarnya pada Ajie Surya dari TEMPO. "Dan saya terpaksa menunda bulan madu."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini