DESA Pantai Cermin, Banda Aceh, yang mengalami kerusakan akibat badai dan gelombang baru-baru ini, sempat menjadi tontonan. Orang-orang ingin menyaksikan betapa ganasnya akibat musibah menjelang Lebaran itu. Di antara mereka, tersebutlah sepuluh orang remaja. Saat berjalan-jalan dekat pekuburan Cina, yang juga terbongkar disana-sini, mendadak mereka bertingkah aneh. "Mereka kesurupan, lalu berceloteh dalam bahasa Cina," ujar seorang penduduk. Malam itu juga seorang dukun dipanggil. Tapi, kata Yahwa Berahim, 52, penduduk yang lain, sang dukun tak bisa berbuat apa-apa. "Roh halus yang merasuk itu agak angkuh. Mereka tidak mau diajak bicara bahasa Aceh atau bahasa Indonesia." Seseorang kemudian menghubungi pekong, petugas kelenteng, bernama A Kiou. Syukur, dia mau datang, dan langsung mengadakan kontak - dalam bahasa Cina. "Mereka mau pergi kalau guci-guci yang diambil penduduk dari kubur yang terbongkar dikembalikan," ujar A Kiou. Memang. Ketika beberapa kubur terbongkar dan banyak guci bermunculan, banyak orang yang membawanya pulang. Beberapa guci malah ada yang sempat dilego. Para roh Cina itu, kata A Kiou, rupanya tidak terima. Kontan malam itu juga semua guci dikumpulkan kembali. Dan, sungguh aneh, kesepuluh remaja yang kesurupan itu mendadak kehilangan kecakapannya berbahasa Mandarin. Sayang juga, ya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini