Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RINI Soemarno tak berhenti mengumbar senyum saat menceritakan masa sulit hidupnya dalam acara bincang-bincang "Kartini Millennials BUMN" di kompleks De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu dua pekan lalu. Menteri Badan Usaha Milik Negara itu mengatakan, sesudah ayahnya, Soemarno, tak lagi menjadi Gubernur Bank Indonesia, keluarganya mengalami kesulitan keuangan. Suatu ketika, ayahnya sempat hampir batal pergi ke Belanda untuk mengajar karena tak memiliki ongkos.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di depan pemirsa di bekas pabrik gula yang disulap menjadi gedung konvensi itu, Rini juga menceritakan pengalamannya sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada era Presiden Megawati Soekarnoputri, 2001-2004. Dengan bangga, Rini pun menyebut dirinya sebagai Menteri BUMN terlama. Kecuali Rini, dalam 20 tahun terakhir Menteri BUMN hanya memangku jabatan kurang dari tiga setengah tahun. "Padahal saya tak pernah bercita-cita menjadi menteri," kata perempuan 59 tahun itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di antara para pemirsa, ada sejumlah wartawan yang menunggu Rini sejak pagi. Para pewarta ingin memperoleh klarifikasi Rini mengenai rekaman pembicaraannya dengan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Sofyan Basir yang mulai beredar di media sosial dua hari sebelumnya. Pada pukul dua siang, acara bincang-bincang rampung. Sadar hendak dicegat wartawan, Rini meninggalkan lokasi acara dengan mengambil jalan lain menuju sisi timur gedung Sarkara Hall, juga di kompleks De Tjolomadoe.
Di sana, sebanyak 115 direktur utama perusahaan pelat merah telah menunggunya. Keceriaan sepanjang acara bincang-bincang seketika padam. Rini menumpahkan unek-unek mengenai bocornya rekaman pembicaraan dengan Sofyan. Selama hampir empat jam pertemuan, Rini tampak emosional. Sembari terisak-isak, Rini merasa diserang lewat rekaman itu. Kepada hadirin, Rini mengatakan yang dilakukannya selama memimpin Kementerian BUMN semata demi kepentingan perusahaan-perusahaan milik negara.
Anggota staf khusus Menteri BUMN, Wianda Pusponegoro, yang hadir dalam pertemuan itu, mengatakan Rini pun mengingatkan direksi BUMN agar memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada publik. "Termasuk pengambilan keputusan berdasarkan good corporate governance dan tata kelola yang baik," ujar Wianda.
Sepulang dari Karanganyar, Rini langsung menunjuk Hartanto dari kantor pengacara Hartanto Rajasa Hertanto sebagai pengacaranya. Hartanto mengatakan kliennya mengetahui adanya rekaman pembicaraan dengan Sofyan pada Jumat sebelum acara di Tjolomadoe. Menurut Hartanto, yang membuat Rini berang adalah rekaman dipotong di bagian tertentu dan dibumbui keterangan seolah-olah ada bagi-bagi jatah proyek. "Kami tak mengetahui siapa yang pertama kali menyebarkan," katanya.
Pada Senin pekan lalu, Hartanto melaporkan penyebaran potongan rekaman Rini-Sofyan ini ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI. Meskipun tidak menuduh akun tertentu di media sosial sebagai penyebar awal, Hartanto menyebut akun Instagram @jokerpolitik dan @pertahanan_sipil dalam pengaduannya. Kedua akun tersebut dituduh ikut menyebarkan potongan rekaman. Hartanto mengetahui dua akun ini dari media massa.
Potongan rekaman percakapan Menteri Rini dengan Sofyan beredar sejak Kamis dua pekan lalu. Berdasarkan penelusuran, salah satu akun yang mula-mula menyebarkan potongan rekaman tersebut adalah akun atas nama @digembok di Twitter. Akun ini mengunggah tiga potongan rekaman di Twitter sejak Kamis, 26 April. Rekaman pertama disebarkan pukul 11.48, rekaman kedua pukul 11.50, dan potongan rekaman ketiga diunggah pukul 11.51.
Sebelum mengunggah potongan rekaman, akun @digembok juga membagikan serial kicauan mengenai kebijakan di Pertamina dengan tanda pagar #RIwayatpertaminakiNI. Akun ini menggunjingkan kebijakan Rini merombak direksi Pertamina beberapa pekan sebelumnya. Dia menyoroti pencopotan Elia Massa Manik sebagai Direktur Utama Pertamina dan menyinggung peran abang Rini, Ari Soemarno, dalam sejumlah proyek di Pertamina.
Keesokan harinya, sejumlah akun di Instagram mulai ikut membagikan rekaman itu. Misalnya akun Instagram dengan nama @om_gadun, yang kemudian berubah menjadi @pertahanan_sipil. Akun ini menyertakan tanda pagar yang sama dengan @digembok, yakni #RIwayatpertaminakiNI. Akun ini juga membagikan gambar-gambar yang sama dalam unggahannya. Hingga Jumat pekan lalu, akun @pertahanan_sipil masih konsisten mengeluarkan sejumlah gambar yang mengkritik Rini.
Akun Instagram lain yang ikut mengunggah potongan rekaman Rini Soemarno adalah @jokerpolitik pada Jumat dua pekan lalu. Sehari kemudian, akun ini menghapus unggahan tersebut. Pada Kamis pekan lalu, akun ini masih bisa diakses. Namun, sejak Jumat malam pekan lalu, akun ini tak bisa diakses lagi. Akun-akun itu memiliki kesamaan, yakni pendukung pemerintah Joko Widodo dan rajin mengkritik tokoh-tokoh partai oposisi, Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.
Sofyan Basir mengatakan rekaman telepon yang diunggah sejumlah akun media sosial tersebut merupakan pembicaraannya dengan Rini pada akhir 2016. Menurut Sofyan, percakapan itu konsultasi dia dengan Rini selaku Menteri BUMN mengenai proyek pembangunan terminal penyimpanan gas alam cair (LNG) di Bojonegara, Serang, Banten, yang diinisiasi PT Bumi Sarana Migas, milik Solihin Kalla, putra Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Konsultasi jamak dilakukan ketika PLN bekerja sama dengan pihak swasta dalam bisnis jangka panjang. Ihwal pembicaraan mengenai saham, Sofyan mengatakan hal tersebut bertujuan agar PLN sebagai perusahaan negara menangguk untung.
Menurut Sofyan, perusahaan yang dibicarakan dalam rekaman itu menawarkan saham 7,5 persen. Ia meminta porsi lebih, yakni 30 persen, untuk PLN dan Pertamina. "Proyek itu belum jadi sampai sekarang," ujar Sofyan. Ia menduga percakapan tersebut sengaja direkam pihak tertentu. Tapi Sofyan tak mengetahui siapa yang merekam dan mengedarkannya di media sosial.
Persoalannya, menurut Sofyan, rekaman telah dipelintir. "Kalau rekaman itu lempeng-lempeng saja, enggak apa-apa. Justru bagus," katanya. Inilah yang membuat Rini dan Sofyan menempuh jalur hukum dengan melampirkan akun-akun media sosial penyebar rekaman yang telah diedit itu.
Dari mana rekaman tersebut berasal? Seorang pejabat pemerintah memberikan petunjuk. Operator layanan seluler hanya menyimpan rekaman percakapan selama tiga bulan terakhir. Adapun rekaman yang beredar, seperti dikatakan Sofyan, merupakan pembicaraan yang terjadi pada akhir 2016. Maka kemungkinan besar datanya sudah terhapus dari server.
Seperti pengakuan Sofyan, tak mungkin juga percakapan yang bocor berasal dari perekaman dengan alat manual atau aplikasi di telepon. Rini dan Sofyan tak memasang perekam.
Kemungkinan terakhir, rekaman tersebut berasal dari sadapan. Di Indonesia, tak banyak lembaga yang bisa melakukan intersepsi-menyadap dari telepon ke telepon. Salah satu lembaga yang memiliki infrastruktur dan kewenangan itu adalah Badan Intelijen Negara.
Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara Wawan Purwanto mengatakan potongan rekaman itu tidak berasal dari lembaganya. Saat rekaman itu ramai tersiar di media sosial, Wawan sempat mengecek ke operator bagian penyadapan. "Tidak ada perintah untuk penyadapan tersebut," ujarnya.
Seorang pejabat kepolisian menuturkan sudah mendeteksi para penyebar potongan rekaman. Menurut perwira itu, ada belasan nomor WhatsApp yang mula-mula menyiarkan rekaman ini.
Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto mengatakan polisi segera memulai penyelidikan untuk menuntaskan perkara ini. Menurut Ari, penanganan kasus ini sama dengan perkara lain. "Ada laporan, kami terima. Kemudian kami laksanakan penyelidikan," ujarnya, Rabu pekan lalu.
BOCORNYA rekaman pembicaraan Rini-Sofyan menjadi peluru bagi sejumlah politikus. Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto, misalnya, langsung menyahut dengan mengatakan Rini Soemarno tak seharusnya melibatkan keluarga dalam urusan negara. "Ketika di rekaman itu disebutkan nama dari keluarga beliau (Rini), tentu itu pelanggaran dari perintah Bapak Jokowi," kata Hasto. "Terlebih bagi BUMN, ini seharusnya dipatuhi sebagai perintah."
Sehari sebelum rekaman beredar, Hasto sempat membagikan tautan sebuah tulisan mengenai pencopotan Elia Massa Manik sebagai Direktur Utama Pertamina. Dalam tulisan yang dibagikan Hasto, salah satu orang yang dituduh bertanggung jawab atas terpentalnya Elia Massa adalah Ari Soemarno, abang Rini.
Hanya berselang sehari setelah Hasto membagikan tautan tulisan tersebut, rekaman percakapan Rini dan Sofyan beredar di media sosial. Dalam rekaman itu, nama Ari Soemarno juga disinggung. Ari adalah bekas Direktur Utama Petral dan Pertamina. Pada 2013, ia bergabung dengan PT Bumi Sarana Migas sebagai koordinator proyek senior. Belakangan, pada 2016, perusahaan ini bermaksud menawarkan saham kepada PT Pertamina dan PT PLN dalam proyek di Bojonegara.
Ari mengatakan namanya disebut dalam rekaman bukan mengenai bagi-bagi fee proyek seperti yang dituduhkan sejumlah akun media sosial. "Fee apa? Ini kan investasi swasta murni dan dananya semua dari investor," ujarnya. Menurut Ari, setiap kali PT Bumi Sarana bertemu dengan PLN untuk membicarakan proyek Bojonegara, ia selalu datang bersama Solihin Kalla, pemilik PT Bumi Sarana.
Walau namanya disudutkan, Ari mengatakan tak akan membawa perkara ini ke proses hukum. "Meskipun saya difitnah habis dan nama baik saya dicemarkan," ucapnya.
Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, hubungan PDI Perjuangan dengan Rini Soemarno memang tak akur. Padahal, sebelum Jokowi terpilih sebagai presiden, Rini salah satu orang yang paling sering menemani Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bepergian. Rini juga acap mendampingi Megawati dalam acara partai.
Menurut seorang politikus partai banteng, hubungan Megawati dengan Rini mulai merenggang saat penyusunan kabinet di Tim Transisi Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla pada 2014. Waktu itu, Megawati mengusulkan Rini menjadi Menteri Perindustrian atau Menteri Perdagangan. Tapi Rini berkeras menduduki pos BUMN. Sejak itu, hubungan PDIP dengan Rini merenggang. PDIP berulang kali menyuarakan agar Rini dicopot dari kabinet.
Meski ada desakan dari partai pengusungnya, Jokowi berkukuh mempertahankan Rini. Keputusan tersebut membuat PDIP rungsing. Hasto sempat menyebutkan, mempertahankan Rini lebih banyak mendatangkan mudarat ketimbang manfaat. Sejumlah proyek Jokowi yang dibesut Rini, seperti kereta cepat Jakarta-Bandung, pun menjadi bulan-bulanan politikus PDIP. "Politik anggaran di BUMN tak memperjuangkan kepentingan rakyat," kata Hasto dalam suatu kesempatan.
Rini meyakini, selama tiga setengah tahun menjadi menteri, kebijakan yang dibuatnya justru demi memajukan BUMN. Karena itu, ia merasa dirugikan oleh munculnya potongan percakapan dengan Sofyan Basir. "Nama saya dicemarkan karena rekaman yang beredar itu sudah dipotong-potong untuk tujuan tertentu," ujarnya.
Presiden Jokowi enggan menanggapi gemuruh yang menerpa Rini. "Saya tak mau berkomentar sebelum semuanya jelas," katanya.
Wayan Agus Purnomo, Lani Diana, Alfan Hilmi, Muhammad Hendartyo (Jakarta), Dinda Leo Listy (Karanganyar)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo