Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Lebih dari 200 juta tablet metamfetamin, 500 kilogram kristal metafetamin, dan 300 kilogram heroin ditemukan dalam penggerebekan di Negara Bagian Shan.
Polisi juga menemukan lebih dari 3.700 liter methylfentanyl, produk yang digunakan untuk membuat fentanyl opioid.
Penemuan methylfentanyl ini menunjukkan tren baru produksi opioid sintetis dalam skala yang tidak diantisipasi siapa pun.
YANGON – Polisi Myanmar menyita narkotik dalam jumlah terbesar di Asia Tenggara. Dilansir Reuters kemarin, lebih dari 200 juta tablet metamfetamin, 500 kilogram kristal metamfetamin, dan 300 kilogram heroin ditemukan dalam penggerebekan di Negara Bagian Shan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi juga menemukan lebih dari 3.700 liter methylfentanyl, produk yang digunakan untuk membuat fentanyl opioid. Fentanyl 50 kali lebih kuat dari heroin dan 100 kali lebih kuat dari morfin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 33 orang ditangkap dalam sebuah operasi yang dilakukan pada Februari hingga April lalu. Myanmar diketahui merupakan pemasok metamfetamin terbesar dalam skala global. Kepolisian menyebutkan penangkapan kali ini merupakan skala terbesar di luar grafik normal.
"Para tersangka mengaku hendak menjual narkoba di dalam negeri dan beberapa negara tetangga," kata Kolonel Zaw Lin dari badan anti-narkotik Myanmar.
Negara Bagian Shan dikenal sebagai daerah "Segitiga Emas", dengan daerah hutan terpencil yang tersebar di Myanmar, Laos, Cina, dan Thailand. Wilayah ini dulunya merupakan sumber utama opium serta heroin dunia, dan sekarang menjadi produsen utama metamfetamin.
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kejahatan Narkoba (UNODC) mengatakan penangkapan di Myanmar ini merupakan salah satu operasi kontra-narkotik terbesar dan paling sukses dalam sejarah negara dan wilayah tersebut.
"Penemuan sejumlah besar methylfentanyl ini menunjukkan tren baru produksi opioid sintetis dalam skala yang tidak diantisipasi siapa pun," ujar Jeremy Douglas, perwakilan UNODC di Asia Tenggara dan Pasifik.
REUTERS | FOX NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo