Punya penampilan mirip Hambali, orang yang diduga operator kelompok teroris di Asia Tenggara, bisa membawa sial. Itulah pengalaman Acun Hadiwijoyo, 44 tahun, ningrat dari Keraton Yogyakarta. Selasa pekan lalu, ia bepergian dari Kota Yogyakarta ke Ja-karta via kereta api kelas atas. Sesampai di Stasiun Bekasi, sekitar 30 kilometer dari Jakarta, ia ditangkap aparat Kepolisian Resor (Polres) Be-kasi.
"Saya dikira tersangkut kasus bom Bali. Petugas bahkan menyatakan saya adalah Hambali," kata Acun. Walau telah membantah dengan menunjukkan surat izin mengemudi, kartu tanda penduduk, dan kartu nama, si "Mirip Hambali" digelandang ke markas kepolisian. Penang-kapannya pun dramatis. Se-jumlah polisi dengan penutup wajah mengiringi penangkap-annya.
Namun Acun, yang sempat diinterogasi enam jam, kemudian dibebaskan, setelah seorang pejabat Sekretariat Negara yang diteleponnya datang ke markas Polres Bekasi menjemput Acun.
Acun adalah anak G.B.P.H. Hadiwijoyo, adik almarhum Sultan Hamengku Buwono IX. Ketua Pendukung Setia Megawati, sebuah organisasi di Jogja ini, pergi ke Jakarta untuk mengantar barang berupa benda-benda kristal dan kerajinan senilai Rp 70 juta, pesanan Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri.
Merasa dirugikan, Jumat pekan lalu Acun mengadukan kejadian itu ke Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta. "Saya meminta agar Kepala Polres Bekasi mau minta maaf atas salah tangkap yang saya alami ini," kata Acun. Ketika berita itu dikonfirmasi ke Polres Bekasi, petugas piket tak bisa menjawabnya. "Hanya Kepala Polres yang bisa menerangkannya," kata petugas piket Polres Bekasi.
Darmawan Sepriyossa, Rian Suryalibrata, Kelik M. Nugroho, dan Tempo News Room
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini