Ia santai, terbuka, dengan gaya penampilan yang lebih Barat daripada gaya pemimpin negeri komunis. Ia mengkritik kediktatoran Stalin, yang sewenang-wenang terhadap petani yang sedikit makmur, ketika masih mahasiswa. Ia jalankan kebijaksanaan perestroika dan glasnost. Tapi Richard Nixon, bekas presiden AS, menulis esai panjang untuk The New York Times Magazine: ia memperingatkan agar pihak Barat tetap waspada terhadap Gorbachev yang ramah itu. Diterjemahkan oleh A. Dahana, esai Nixon dilengkapi dengan profil Gorbachev oleh Zaim Uchrowi, ditulis dari berbagai sumber. SEJAK naik ke puncak kekuasaan , tiga tahun lalu sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet (PKUS), Gorbachev telah menjadi fokus imajinasi banyak orang Barat. Terutama dalam hal gaya kepemimpinan pribadinya yang segar, berbeda dengan gaya para pendahulunya. Tapi kita keliru bila menganggap perubahan gaya kepemimpinan merupakan juga tanda perubahan tujuan yang ingin dicapai Soviet di dunia intemasional. Permulaan era Gorbachev tak berarti berakhirnya rivalitas antara kedua negara superkuat. Malah itu merupakan pertanda dimulainya suatu fase baru yang berbahaya dan penuh dengan tantangan. Di bawah Gorbachev politik luar negeri Soviet lebih mantap dan luwes. Apabila langkah-langkah Gorbachev di dalam negerinya berhasil, Amerika akan menghadapi Uni Soviet yang lebih produktif dan lebih kuat. Dalam 40 tahun terakhir ini saya telah bertemu dengan sejumlah pemimpin besar. Churchill, De Gaulle, Adenauer, De Gasperi, Yoshida, Mao Zedong, dan Zhou Enlai. Gorbachev termasuk ke dalam golongan itu, pemimpin besar. Saya pernah bertemu dengan tiga pemimpin utama Uni Soviet pasca-Perang Dunia Nikita Khrushchev pada 1959 dan 1960, Leonid Brezhnev pada 1972, 1973, dan 1974, dan Gorbachev pada 1986. Sebegitu jauh Gorbachev adalah yang paling pandai daripada ketiganya. Pada usia 57 tahun kini, lebih muda daripada kedua pendahulunya ketika diangkat sebagai sekjen, terkesan ia bisa memerintah Uni Soviet untuk selama paling sedikit satu generasi. Potongan jasnya yang rapi, tutur katanya yang sopan, dan istrinya yang cantik dan hubungannya yang begitu baik dengan wartawan telah menjadikannya seorang bintang di kalangan pers dan diplomat. Seorang pejabat Amerika yang pemah berjumpa dengannya terkesan oleh "pandangan matanya yang ramah, jabatan tangannya yang erat, dan suaranya yang dalam dan berirama." Seorang politikus Inggris bahkan sampai mengatakan Gorbachev sebagai orang yang paling dikaguminya di dunia ini. Seorang aktivis perlucutan senjata memuji lebih jauh "Gorbachev tak bedanya dengan Yesus Kristus. Ia terus memberikan hal-hal yang baik seperti usulan-usulan mengenai perlucutan senjata. Saya pikir semua itu dungu dan omong kosong. Dulu, ketika seorang diplomat Amerika bertemu dengan Stalin, komentamya, "Matanya yang cokelat menunjukkan kebijaksanaan dan kehalusan. Seorang anak akan suka duduk di pangkuannya, dan seekor anjing akan senang duduk dekat kakinya." Sebaliknya, ketika Khrushchev naik ke jenjang kekuasaan, beberapa orang yang amat terpelajar memandang sebelah mata kepadanya dan memberikan julukan badut. Itu lantaran Khrushchev mengenakan pakaian yang kedodoran, tampangnya tak terpelajar, bahasa Rusianya buruk, terlalu banyak minum, dan peri lakunya tak sedap. Brezhnev memperoleh nilai lebih tinggi - ia memakai kemeja sutera dengan kancing lengan Prancis - tapi menjadi bahan tertawaan karena kesahajaannya dan tingkah canggungnya di muka umum. Cerita-cerita panjang tentang Yuri Andropov, pengganff Brezhnev, menunjukkan pada kesukaannya akan musik jazz wiski Skot, dan seni abstrak. Tapi kenyataannya sebagai berikut. Mata yang"halus" Stalin menyembunyikan otaknya yang kejam. Tata cara Khrushchev yang kepetani-petanian tak menyebabkan ia urung mendirikan Tembok Berlin. Dan kecanggungan Brezhnev tak mencegahnya dari usaha untuk menciptakan suatu mesin militer yang paling besar dalam sejarah umat manusia. Gaya Andropov yang "enak" tak kuasa menyembunyikan fakta bahwa ia pernah mengepalai pasukan polisi yang paling kejam di dunia. Siapa pun yang pernah mencapai puncak kekuasaan di Kremlin, ia akan belajar seninya berpolitik di sekolah politik praktis yang paling keras di muka bumi ini. Kalau kita menerima pandangan-pandangan Gorbachev yang begitu diagungkan para pengagumnya, kita menanggung risiko akan terlucuti oleh orang yang menguasai angkatan bersenjata yang paling kuat di dunia. Kita memiliki dan selalu mempunyai perbedaan-perbedaan yang besar tentang dan dengan para pemimpin Soviet. Salah satu alasannya adalah keyakinan kita atas sistem yangkita miliki dan Uni Soviet menentangnya. Tapi banyak orang Amerika yang mendapat kesukaran untuk mengerti apa yang ada di balik itu. Yakni keyakinan orang Rusia akan kesuperioran sistem mereka ketimbang sistem kita. Pandangan kita sendiri tentang Gorbachev menyiratkan dengan kuat bahwa kita menganggap sepi Uni Soviet. Ia merupakan manusia yang punya inteligensia dan kepiawaian tinggi. Dengan demikian, ia merupakan - kata kita antitesis dan persepsi umum tentang orang-orang Bolshevik yang berewokan dan bermaksud menghancurkan dunia. Pandangan itu berbahaya. Pada Juli 1986 saya bertemu dengan Gorbachev dan berbicara selama satu tiga perempat jam di Kremlin. Ia menerima saya di ruangan yang dihias meriah daripada ruangan tempat saya diterima oleh Khrushchev atau Brezhnev, dulu. Sebelumnya, pada pekan yang sama, saya telah berbincang-bincang secara lebih rinci selama dua jam dengan Presiden Soviet Andrei A. Gromyko dan Penasihat Menteri Luar Negeri Anatoly F Dobrynin tentang perlucutan senjata dan masala' lasalah lain. Dari pertanyaan dan komentar-komentarnya jelaslah bahw Gorbachev paham benar segala yang telah saya katakan dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya. Itu memberi peluang kepadanya untuk memperbaiki nuansa atau melihat kembali dasar-dasar baru. Sejauh ini, pertemuanku dengan Gorbachev merupakan yang paling impresif yang pemah kualami dalam pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin dunia 40 tahun terakhir ini. Gorbachev memiliki rasa percaya diri yang sangat besar dan kontrol diri yang sangat kuat. Ia tidak bereaksi secepat Khrushchev dan dengan demikian tak memiliki kelemahan untuk berbuat kesalahan. Ia berpikir sebelum membuka mulut. Ia sangat ahli dalam percakapan-percakapan sepele, tapi lebih menyukai langsung ke inti persoalan. Ia jarang terlibat dalam humor dan lebih suka mengonsentrasikan diri pada masalah-masalah serius yang sudah ia persiapkan untuk dibicarakan. Banyak yang mengatakan ia mudah naik darah. Saya tak sependapat. Ia menggunakan kemarahannya, tapi jarang sampai terperosok secara mendalam. Dalam beberapa peristiwa ia kehilangan kesabaran, tapi dengan cepat dapat menguasai diri, dan memegang kemudi kembali. Ia bisa saja melantur, tapi itu dilakukannya untuk menyatakan pendapat. Ia tak pernah kehilangan pikiran. Ia memiliki pikiran yang terkontrol dengan baik. Khrushchev sering mengancam dengan mengatakan bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan Sovietlah yang paling benar. Meskipun demikian, ia tak pernah melewati propaganda yang telah digariskan. Brezhnev membaca pernyataan-pernyataan yang telah dipersiapkan, dan menyerahkan semua diskusi kepada para pembantunya. Gorbachev berbicara tentang pendapat Soviet tanpa catatan. Ia sepenuhnya memahami liku-liku perlucutan senjata dan masabh-masalah lainnya. Ia mengerti soal kekuasaan dan tahu bagaimana cara menggunakannya. Sama halnya dengan para pendahulunya, Gorbachev berusaha memperluas pengaruh dan kekuasaan Uni Soviet. Apa pun teknik yang telah diperkenalkannya untuk memperhalus penampilannya di Moskow, ia berhasil mempertahankan tujuan jangka panjang bagi terciptanya dominasi dunia. Tapi, di samping itu, ia merupakan pemimpin pertama Soviet yang harus berhadapan dengan kenyataan bahwa negerinya terancam oleh perpecahan dari dalam, dan itu bisa mengancam kedudukan Soviet sebagai salah satu negeri superkuat. Ia seorang komunis sejati. Tapi dalam melihat posisi Soviet di dunia, ia tidak mengenakan topeng ideologis. Dalam waktu 15 tahun terakhir ini Uni Soviet telah meningkatkan keunggulannnya di bidang kekuatan militer konvensional. Ia telah memperluas angkatan lautnya dari penjaga pantai menjadi angkatan laut yang mengarungi samudera. Dilihat dari segi tonase, angkatan laut Soviet terbesar kedua di dunia. Yang paling mengganggu Amerika, ia telah merebut keunggulan yang menentukan dalam bidang sengala nur, terutama dalam bidang peluru kendali antarbenua yang berpangkabn di bumi. Ia telah memproyeksikan kekuatan itu ke Asia Barat Daya dan para bonekanya telah mengantungi kemenangan di Asia Tenggara, Amerika bagian selatan dan Amerika Tengah. Kehebatan ofensif politik dan propagandanya di Eropa Barat telah menggugah partai-partai politik utama di sana menganut landasan netralisme yang kalau dilaksanakan akan membawa kita ke pembubaran Persekutuan Militer Atlantik Utara (NATO). Komunisme telah terbukti menjadi alat paling efektif untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Pengalaman semacam itu makin meyakinkan Gorbachev bahwa Uni Soviet masih harus menghadapi banyak tantangan, tapi itu merupakan hari depan yang dijanjikan umat manusia. Tapi, ketika ia mengamati dunia intemasional Gorbachev tak bisa berbesar hati. Di mata orang Barat, kelihatannya ia menghadapi tanda-tanda kekacauan di setiap negara dalam blok Soviet mulai dari Polandia sampai ke Bulgaria. Sementara itu, ia harus menghadapi satu persekutuan yang telah berusia jauh lebih lama ketimbang persekutuan mana pun dalam sejarah. Yakni NATO. Anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara yang berasal dari Eropa telah menghabiskan uangnya untuk persenjataan yang jauh lebih banyak daripada Amerika, dalam kurun waktu 1972-1982. Dengan demikian, NATO secara keseluruhan telah memperkuat pasukan-pasukannya yang ada di lapangan. Sementara itu, Uni Soviet memang telah berhasil meruntuhkan posisi intemasional Partai Buruh di Inggris dan Partai Sosialis di Jerman Barat. Namun, berubahnya pandangan kedua partai tersebut ke netralisme telah menyebabkan keduanya kehilangan dukungan dari para pemilih. Itu menyebabkan lawan politik merekalah yang menang. Kanselir Helmut Kohl terpilih kembali untuk memegang jabatan selama empat tahun lagi. Sedangkan Perdana Menteri Margaret Thatcher berhasil menggilas golongan oposisi yang terpecah. Di bawah Presiden Prancois Mitterrand dan PM Jaques Chirac, Prancistelah memperkuat kekuatan militenya dan meningkatkan kerja samanya dalam NATO. Dan bila Gorbachev melihat ke timur, ia menghadapi tantangan hebat dari Cina dan Jepang. Cina, yang merupakan musuh potensial Soviet, dewasa ini tidak merupakan ancaman militer. Tapi penduduknya yang demikian banyak dan kekayaan alamnya yang demikian berlimpah akan merupakan bahaya yang sangat besar di kemudian hari. Reformasi ekonomi yang dilakukan Beijing juga mempertebal ancaman tersebut. Kalau tingkat perkembangan Uni Soviet terus-menerus berada di bawah Cina, seperti kejadian dalam lima tahun terakhir ini, menjelang pertengahan abad depan Naga Merah akan melampaui Beruang Merah dalam hal produksi nasional bruto (GNP). Dengan memiliki sedikit sumbersumber energi jumlah penduduk yang hanya setengahnya, serta wilayah hanya seluas seperenamnya Uni Soviet - Jepang memiliki pendapatan per kapita lebih dari dua kali Uni Soviet. Dengan pertumbuhannya yang jauh di muka Soviet, Jepang akan meninggalkan negara komunis besar itu jauh di belakang pada abad yang akan datang. Yang makin mengganggu lagi bagi Soviet, akhir-akhir ini Jepang tidak membatasi lagi penggunaan dana bagi pertahanannya hanya sampai 1% dari GNP-nya. Negeri Matahari Terbit telah meningkatkan pertahanannya walaupun masih bisa dikatakan dalam skala yang rendah. Dan jauh di sana para klien Rusia di dunia ketiga masih antre untuk mendapatkan bantuan. Mereka bukanlah sekutu Moskow, tapi negara-negara yang bergantung padanya. Tak ada satu pun dari mereka itu yang bisa survive tanpa bantuan ekonomi atau militer. Lenin pernah menulis bahwa negara-negara kapitalis berubah menjadi imperialis dalam usaha mencari laba. Kalau itu benar, Revolusi Komunis di Rusia memelopori suatu zaman baru. Yaitu kekaisaran Moskow justru mempermiskin, dan bukannya memperkaya, Kremlin. Vietnam menjadi beban Moskow karena harus dbantu lebih dari US$ 3,5 milyar per tahun. Kuba menelan lebih dari US$ 4,9 milyar. Angola, Mozambique, dan Etopia lebih dari US$ 3 milyar dolar. Sedangkan Nikaragua hampir US$ 1 milyar. Pendeknya, jumlah yang harus dikeluarkan Moskow untuk memelihara kedudukannya sebagai imperium lebih dari US$ 35 juta setiap harinya. Sekarang ini, dalam peperangan ideologi komunisme telah kehilangan daya tariknya. Pada 1950-an banyak negara nonkomunis di Dunia Ketiga mengagumi Uni Soviet sebagai model pembangunan ekonomi mereka. Kini tak ada lagi pemerintah negara-negara sedang berkembang berminat menjadi suatu negara yang demikian birokraffsnya. Uni Soviet adalah hutan belantara birokrasi dengan pembangunan ekonomi yang sudah mandek. Pada 1930-an orang-orang yang menjadi matamata untuk Uni Soviet dilatarbelakangi oleh keyakinan ideologis. Sekarang, orang Amerika yang melakukan kegiatan itu dilatarbelakangi oleh keperluan akan uang. Salah satu problem terbesar bagi Uni Soviet tak lain dari Afghanistan. Gorbachev mengibaratkan itu sebagai "luka dengan perdarahan". Ia ingin melepaskan dirinya dari sana, dan kita mesti menolongnya. Tapi pertolongan itu tidak seharusnya merugikan jutaan orang antikomunis yang ada di sana yang juga percaya kepada kita. Oleh karena itu, Uni Soviet harus menarik semua tentaranya dari sana terlebih dahulu, sebelum Amerika menghentikan bantuan senjatanya kepada para gerilyawan Afghanistan. Setiap persetujuan yang tak didasarkan pada kedua syarat tersebut berarti suatu penghianatan. Pada 1972-1975 Vietnam Selatan kita tinggalkan ketika Kongres memotong dua pertiga bantuan Amerika kepada negeri itu. Padahal, pada waktu yang sama Soviet sedang sibuk-sibuknya meningkatkan bantuan kepada Hanoi, Vietnam Utara. Itu merupakan halaman hitam dalam sejarah Amerika. Dalam berhubungan dengan para pejuang kemerdekaan Afghanistan kita tak boleh menulis lagi halaman yang semacam. Mereka sangat bergantung kepada kita untuk kelangsungan hidup mereka sendiri. Kita juga harus mendesak agar di Afghanistan dibentuk suatu pemerintah netral yang akan menjamin keselamatan tiga juta pengungsi Mghanistan di Pakistan dan dua juta lagi di Iran ketika mereka kembali ke tanah air mereka. Sementara itu, tuntutan Presiden Pakistan Zia Ul-Haq untuk berdirinya sebuah pemerintah sementara yang nonkomunis tak boleh diabaikan begitu saja cuma untuk melicinkan pertemuan puncak AS-US berikutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini