PENYAIR mana yang tidak suka berbuat aneh? kata orang. Padahal, banyak penyair yang tidak aneh. Tapi Yusuf Susilo Hartono, penyair Bojonegoro, menghadap penghulu untuk merundingkan perkawinannya dengan rencana yang aneh. Ketika membicarakan emas kawin, Pak Penghulu terbelalak. "Tidak bisa. Ini kawin, apa kawin-kawinan?" kata Pak Mustajab, penghulu itu. Yusuf sudah menduga bakal ditolak. Tapi ngotot. "Emas kawin itu 'kan tidak harus harta benda, Pak Penghulu," katanya. "Tidak bisa. Mbok ya, emas kawinnya kitab Quran atau perangkat salat, gitu. Ini kok aneh. Puisi," balas Pak Mus. "Apa salahnya, sih? Apalagi puisi yang akan dibaca Mas Yusuf memang saya kagumi." Yang ini kata-kata Erni Lengkong, gadis Manado berkulit kuning berhidung mancung -- yang tidak seagama dengan Yusuf yang akan dikawininya. Gagal pada kesempatan pertama, esoknya Yusuf masih kembali lagi, menggandeng Erni, menemui penghulu Desa Kalitidu itu. "Calon istri saya ini tak mau kawin kalau bukan puisi sebagai emas kawinnya," Yusuf merengek. "Ia kenal saya lantaran puisi, Pak Penghulu," Pak Penghulu mengeleng. Tidak bisa. Yusuf dan Erni, ceritanya, pacaran gara-gara sebuah puisi Yusuf, berjudul Wajah Berkabung, yang dimuat majalah Sahabat Pena. Erni membacanya di Manado dan tergila-gila kepada penulis puisi itu, begitulah. Surat-menyurat pun berlangsung, Manado-Surabaya pp. Yusuf itu wartawan Surabaya Post. Buntutnya, Erni terbang ke Surabaya -- malah sampai nyasar beberapa hari di kota itu untuk mencari sang perjaka yang ia kenali hanya dari foto-fotonya yang dikirimkan. Nah, mengingat perjuangan Erni itulah, Yusuf lebih baik batal kawin kalau tidak boleh menyerahkan puisi sebagai emas kawin, katanya. Untung, perkawinan tak batal. Kali ini Yusuf dan Erni langsung menghadap KUA Bojonegoro. Erni, karena sebatang kara, dicarikan wakil wali untuk keperluan upacara. Ketika ijab kabul berlangsung, awal bulan lalu, Yusuf membacakan puisi perkawinan yang diberi judul Perjanjian Suci. KUA Bojonegoro mengizinkan pembacaan itu karena Yusuf mau menulis puisi ini dan memberinya pigura -- sehingga bagi petugas KUA, yang diserahkan sebagai emas kawin, ya, benda itu, bukan suara dari mulut Yusuf itu. "Yusuf ini, kawin saja aneh-aneh," komentar Kiai Kasim, sesepuh Kalitidu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini