Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kepolisian RI menengarai sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah mencari pasokan senjata dengan berbagai cara. Di samping merampas senjata milik aparat keamanan, kelompok itu mendatangkan senjata dari Ambon, Filipina, dan Papua Nugini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jalur pasokan senjata itu terungkap dari sejumlah kasus penyelundupan yang dibongkar polisi selama tujuh tahun terakhir. "Beberapa kali (penangkapan), kami menduga senjata itu berasal dari eks konflik Ambon," kata Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, Rabu lalu. "Dulu banyak senjata beredar di situ. Gudang Brimob saja dijebol."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan dokumen penegak hukum yang diterima Tempo, ada belasan kasus upaya penyelundupan senjata api dari Ambon ke Papua sejak 2011. Penyelundupan itu menggunakan jalur laut melalui Tual, Dobo, hingga tiba di Timika. Adapun penyelundupan senjata api dari Filipina melalui jalur laut dengan rute General Santos, Melonquane, Tobelo, Ternate, Sorong, Manokwari, hingga Nabire.
Pada 30 Juni 2014, misalnya, polisi menangkap anggota OPM dari jaringan Paniai, Simon Kararbo. Ia dibekuk ketika membawa tiga pucuk senjata api dari Filipina. Kepada polisi, Simon juga mengaku diperintah oleh kelompoknya untuk mencari senjata dan amunisi di Maluku Utara. Polisi menduga senjata itu bakal digunakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Baratsayap militer OPMuntuk melawan petugas.
Menurut Tito, senjata juga mengalir melalui jalur ilegal di perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Sejumlah pelaku yang ditangkap merupakan aparat yang berjaga di perbatasan. "Saya tidak mengatakan (senjata) dari pemerintah (Papua Nugini) ya, tapi dari jalur ilegal. Oknum-oknum di perbatasan Papua Nugini itu beberapa kali kami tangkap," kata Tito.
Kepala Sub-Bidang Penerangan Masyarakat Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, Ajun Komisaris Besar Suryadi Diaz, membenarkan bahwa sejumlah anggota TNI-Polri terbukti membantu sayap militer OPM mendapatkan amunisi. Para penegak hukum itu, kata Suryadi, merupakan warga Papua. Sabtu lalu, sekitar 50 anggota Komando Daerah Operasi III Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat menembaki pekerja di proyek pembangunan jembatan Kali Yigi dan Kali Aurak di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Sebanyak 16 pekerja ditemukan tewas. Kelompok yang sama juga menyerang pos jaga TNI di Mbua dan menewaskan seorang tentara. Baku tembak antara OPM dan pasukan gabungan TNI-Polri terjadi selama proses evakuasi.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Sebby Sambom, mengatakan kelompoknya memiliki 29 komando daerah operasi di Papua. Masing-masing daerah operasi, kata dia, memiliki 2.500 anggota. Sebby mengklaim bahwa senjata yang mereka gunakan kebanyakan hasil rampasan dari anggota TNI yang dibunuh. "Kami kumpul-kumpulkan. Mereka datang, jual, kami beli," katanya.
MAYA AYU PUSPITASARI | AHMAD FAIZ IBNU SANI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo