Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ormas Islam Berbeda Pendapat Soal Peluang Ma’ruf

Kedekatan dia dengan kelompok Islam dianggap menjadi keunggulan.

28 Juli 2018 | 00.00 WIB

Ma’ruf
Perbesar
Ma’ruf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JAKARTA - Munculnya nama Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kiai Haji Ma’ruf Amin sebagai calon kuat wakil presiden pendamping Joko Widodo pada pemilihan presiden tahun depan mendapatkan tanggapan beragam dari sejumlah organisasi Islam. Ada yang mendukung, ada yang memberikan tanggapan netral, dan ada yang menyayangkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dukungan tegas kepada Ma’ruf datang dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj. Menurut Said, Jokowi tentu telah menghitung secara matang jika pilihannya jatuh kepada Rais Aam Syuriah PBNU itu. Itulah sebabnya, kata dia, tak ada alasan baginya untuk menolak. "Saya pasti mendukung pilihan Pak Jokowi," kata dia di Jakarta, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Abdul Moqsith Ghazali, mengatakan Ma’ruf tak dalam kondisi aktif bergerak untuk mendekati Jokowi. Selain itu, kata dia, PBNU tak pernah membuat kalkulasi politik agar ulama NU menjadi calon wakil presiden Jokowi. Kalau ternyata kelak Jo-kowi jadi berpasangan dengan Ma’ruf, kata dia, itu semata-mata karena pilihan Jokowi. "Apakah secara elektoral Kiai Ma’ruf menguntungkan atau tidak, Jokowi yang punya kalkulasi," kata dia.

Sekretaris Umum Pim-pinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, mengatakan munculnya nama Ma’ruf sebagai kandidat kuat pendamping Jokowi tak lepas dari popularitasnya sebagai ulama yang karismatik. Namun ia menilai Jokowi sebenarnya lebih memerlukan figur wakil presiden yang energetik, gesit, dan mampu memperkuat kerja pemerintah. Selain itu, kata dia, Jokowi memerlukan pendamping yang meningkatkan elektabilitas dan stabilitas pemerintahan.

Calon wakil presiden Jokowi, kata Mu’ti, harus merupakan sosok yang memiliki daya tarik dan daya jual dalam pencalonan. "Ia tidak sekadar pelengkap. Apakah figur Kiai Ma’ruf memenuhi kriteria itu atau tidak, Pak Jokowi yang paling tahu," ujar dia. Meski kedekatan Ma’ruf dengan sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam menjadi keuntungan, menurut dia, Jokowi lebih pas bila menggandeng mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

Adapun wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia, Muhammad Zaitun, mengatakan masuknya Ma’ruf Amin dalam bursa calon pendamping Jokowi merupakan bentuk kepercayaan pada lembaganya. Ia menilai kehadiran Ma’ruf bakal berdampak pada perolehan suara Jokowi. "Beliau mempunyai kedekatan dengan umat Islam. Ini kan pemilihan langsung. Calon harus punya modal kedekatan dengan umat Islam sebagai penduduk terbesar Indonesia," kata dia.

Mantan Ketua Umum Persaudaran Alumni 212, kelompok oposisi terhadap pemerintah Jokowi, Ansufri Idrus Sambo, justru me-nyayangkan jika Ma’ruf menjadi calon wakil presiden Jokowi. "Kami menghormati beliau. Kami tidak mungkin menghina. Tapi, secara politik, kami akan kritisi," ujar dia. INDRI MAULIDAR | ARKHELAUS WISNU


Lahir dan Besar di Lingkungan Nahdlatul Ulama

Nama Kiai Haji Ma’ruf Amin masuk dalam pusaran calon wakil presiden yang akan mendampingi Joko Widodo dalam pemilihan presiden tahun depan. Sejumlah pendukungnya menganggap Ma’ruf sebagai calon pendamping Jokowi yang tepat.

Selama ini, Jokowi kerap diserang oleh lawan politiknya sebagai presiden yang kurang dekat dengan umat Islam. Bila jadi mendampingi Jokowi, Ma’ruf dianggap bisa meredam serangan itu. Berikut ini biodata dia.

Lahir: Tangerang, Banten, 11 Maret 1943

Pendidikan:
- Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur
- Universitas Ibnu Chaldun, Jakarta.
Jabatan:
- Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (2015–2020)
- Ketua Majelis Ulama Indonesia (2015–2020)
Pengalaman organisasi
- Ketua Nahdlatul Ulama Cabang Tanjung (1966–1970)
- Wakil Ketua Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (1968–1976)
- Katib Aam Syuriah PBNU (1989–1994)
- Rais Aam Syuriah PBNU (1994–1998 dan 2004–sekarang)

Karier Politik:
- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar-Agama (2010–2014)
- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama (2007–2009)
- Anggota Koordinator Dakwah (Kodi) DKI Jakarta
- Ketua Fraksi Golongan Islam DPRD DKI Jakarta
- Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPRD DKI Jakarta

- Pemimpin Komisi A DPRD DKI Jakarta
- Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa
- Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
- Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
- Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
- Penasihat Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM-PBNU)

- Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi, Jakarta. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus