Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Palugada Berkantong Kresek

Radius Christanto bertahun-tahun merajai proyek pasokan kertas uang dan mesin sortasi di Bank Indonesia dan Peruri. Supel, mudah bergaul, serta pintar melobi pejabat.

31 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEDUNG berlantai tiga persis di pinggir Jalan Cideng 55, Jakarta Pusat, itu terlihat biasa saja. Letaknya berimpitan dengan rumah penduduk dan toko. Tulisan ”Fujitsu” merah terpampang di kaca gedung berwarna gelap. Rabu siang pekan lalu, tampak mobil Lintas Artha sedang parkir di halaman gedung tersebut.

Di sanalah PT Askomindo Dinamika berkantor. Perusahaan perdagangan umum itu milik Radius Christanto. Nama pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 62 tahun silam ini melambung lantaran diduga terlibat suap-menyuap dengan pejabat Securency International Australia (produsen bahan plastik polimer) dan Note Printing Australia perusahaan pencetak uang milik pemerintah Australia kepada dua pejabat Bank Indonesia berinisial ”S” dan ”M”. Radius memakelari proyek pencetakan uang kertas Rp 100 ribu pesanan Bank Indonesia dari Note Printing Australia.

Radius bukan orang kemarin sore dalam bisnis yang berhubungan dengan kertas uang. Selama bertahun-tahun, pria paruh baya ini malang-melintang menjembatani para pemasok kertas uang dunia dan produsen mesin pencetak fulus ke Bank Indonesia serta Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). ”Dia main di dua kaki, di Bank Indonesia dan Peruri,” kata sumber Tempo di Jakarta pekan lalu.

Kiprah Radius di bisnis pencetakan uang bermula ketika ia menjadi pemasok alat tulis kantor dan kebutuhan kelontong di Bank Indonesia pada 1992. Menurut sumber Tempo di Bank Indonesia, Radius dibawa oleh direktur logistik dan pengamanan di bank sentral berinisial ”S”. Kedekatan ini membuat Radius ”naik pangkat” menjadi agen atau perwakilan produsen mesin sortasi uang terkenal di dunia, seperti Giesecke & Devrient (G&D Jerman), De La Rue (Inggris), Glory dan Toshiba, keduanya dari Jepang. Bank Indonesia memiliki 53 mesin sortasi uang. ”Hampir semuanya dipasok melalui Radius,” bisiknya.

Dalam memasok mesin sortasi uang kertas ke Kebon Sirih kantor Bank Indonesia Radius menggunakan lebih dari satu perusahaan. Misalnya, tatkala mendatangkan mesin dari De La Rue, Radius menggunakan bendera PT Aneka Star. Untuk mesin sortasi dari Giesecke & Devrient, Radius memakai PT Startek Data Sistem. Dokumen yang dimiliki Tempo menunjukkan, pada 2000, Bank Indonesia pernah meminta Startek Data Sistem memasok mesin sortasi merek G&D tipe BPS 2000 senilai US$ 1,55 juta (sekitar Rp 1 miliar) dan uninterruptible power supply penyimpan listrik merek Best Power senilai Rp 972,7 juta.

Bukan hanya memasok mesin sortasi uang, Radius, menurut sumber Tempo tadi, juga menjadi makelar kertas uang dari Goznak (Rusia), Arjo Wiggins (Prancis), dan Kimsco (Korea) ke Bank Indonesia.

Radius mulai menjamah Peruri ketika sang pejabat yang menjadi sohib dia tadi ditempatkan di perusahaan pelat merah itu sebagai direktur niaga pada 1999. Awalnya, kata sumber Tempo di Peruri, Radius juga hanya memasok barang kelontong dan alat kebutuhan per usahaan lainnya. Di kalangan orang Peruri, Radius dijuluki Palugada. ”Apa aja yang lu mau, gua ada,” kata dia menyebut kepanjangan Palugada. Lama-kelamaan, Radius semakin dekat dengan jajaran direksi Peruri. Bahkan ia bisa mempengaruhi keputusan manajemen. ”Dia seperti direksi keenam,” kata sumber Tempo. Saat itu anggota direksi di Peruri berjumlah lima orang.

Sumber Tempo lainnya di Peruri menyebutkan, Direktur Aneka Star itu punya julukan lain, Napoleon dan Mister R, atau dengan nama samaran ”Rakyat”. Kehebatan Radius di Peruri adalah ketika ia berhasil memerantarai pembelian tiga unit mesin pencetak uang kertas dari Swiss pada 2005 dan 2006.

Hasil investigasi majalah ini pada 2007 menunjukkan, Radius berada di balik keputusan manajemen Peruri memilih mesin cetak uang dari Koenig & Bauer Aktiengesellschaft-Giori (Swiss) senilai Rp 339,89 miliar. Pengadaan mesin cetak uang itu membuat jengkel Komori Corporation, perusahaan asal Jepang yang menawarkan mesin sejenis tapi dengan harga murah (lihat ”Royal Peruri, Beban BI”, Tempo edisi 19 Maret 2007).

Dalam investigasi Tempo itu terungkap, Radius ternyata kepanjangan tangan ”Swiss Connection”. Jaringan ini membuat para pemasok lain kesulitan menembus Peruri. Maka jangan heran jika Peruri selalu memilih tinta dari Sicpa Group produsen tinta uang terbesar di dunia yang berkantor satu kota dengan Giori di Swiss, Lausanne. Padahal Peruri memiliki sendiri Bagian Pembuatan Tinta (Batanta).

l l l

Radius pengusaha ulet dan sukses. Perusahaannya banyak menyebar di berbagai daerah di Tanah Air. ”Sedikitnya dia punya 37 perusahaan,” kata sumber Tempo. Bidangnya beragam, mulai perusahaan pemasok perangkat lunak komputer, perusahaan data dan telekomunikasi, hingga pro perti serta perhotelan. ”Swiss-Bell Hotel Bali Aga di Nusa Dua milik Radius,” ujar dia. Pada 2004, PT Aneka Spring Telekomunindo (Astel), perusahaan milik Radius, membeli PT Sisindosat Lintasbuana senilai Rp 40 miliar dari PT Indosat Tbk. Semula Radius ingin mempertahankan nama Sisindosat, tapi ditentang oleh karyawan Indosat.

Salah satu pejabat senior Indosat, Ade Rafli, paling keras menentang penggunaan nama Sisindosat. Radius mengalah dan mengganti nama Sisindosat menjadi Sisindokom Lintasbuana. Kepada Tempo, Ade, yang sudah mundur dari Indosat, tak membantah, tapi juga tak mengiyakan cerita ini. ”Nantilah akan saya jelaskan,” ujarnya.

Radius supel dan mudah bergaul. Alhasil, dia dekat dengan para pejabat Peruri, seperti Direktur Logistik Marlan Arif dan pejabat Bank Indonesia lainnya. Radius senang bermain golf bersama pejabat bank sentral dan Peruri. Salah satu lapangan golf favoritnya Rainbow Hill di kawasan Desa Cijayanti, Ciawi, Bogor. Meski senang bermain golf, penampilan Radius sama sekali tak tampak seperti orang kaya. ”Dia sering membawa kantong kresek yang isinya kaus-kaus kotor.”

Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Rochadi membantah bahwa para pejabat Bank Indonesia kenal dekat dengan Radius. Menurut Budi, setiap melakukan perjanjian bisnis dengan lembaga lain, Bank Indonesia selalu berhubungan langsung tanpa melalui perantara. ”Kontraknya langsung,” ujar dia dalam jumpa pers pekan lalu. Tapi, dalam kasus pencetakan uang di Negeri Kanguru, Budi mengakui ada peran perantara lantaran kesulitan menghubungi prinsipal.

Hal itu segendang sepenarian dengan Sekretaris Perusahaan Peruri Toni Pandelaki. Menurut Toni, pejabat-pe jabat Peruri juga tak dekat dengan Radius. Tapi, dia mengakui, dulu Radius pernah punya peran dalam sejumlah pengadaan barang di Peruri. Kinerja Radius memasok barang ke Peruri sangat lancar dan tak pernah wanprestasi. ”Dia sangat profesional dan tak ada aturan yang dilanggar,” ujarnya.

Adapun Marlan menolak berkomentar. ”Saya sudah pensiun. Lagi pula saya sedang menunggui ayah berusia 92 tahun yang sedang sakit,” katanya kepada Tempo pekan lalu. Begitupun Radius. Saat dimintai konfirmasi, Radius menampik semua tudingan. ”No comment. Semua cerita itu ngawur,” ujarnya di Jakarta pekan lalu.

Upaya meminta penjelasan lebih detail dari Radius belum berhasil meski Tempo sudah mendatangi kantornya di Askomindo. ”Pak Radius sudah lama tidak masuk kantor, katanya sedang di luar negeri,” ujar seorang petugas keamanan. Tempo dijanjikan untuk bertemu dengan seorang dari manajemen Askomindo bernama Hendro. Tapi tak satu pun yang mau menampakkan diri.

Dalam Tempo edisi 19 Maret 2007, Marlan dan Radius mengakui pernah bermain golf bersama. ”Dia sering ikut bermain golf dengan kami,” kata Marlan.” Golf suka, tapi sekali-sekali,” kata Radius ketika itu. Tapi dia mengaku sudah berhenti sejak tujuh tahun lalu. Dia membenarkan informasi telah memasok kertas, komputer, jaringan listrik, sampai mesin sortir ke Bank Indonesia, tapi tidak banyak di Peruri. ”Di BI proyeknya lumayan, Peruri cuma sedikit,” katanya.

Padjar Iswara, Ferry Firmansyah, Agus Supriyanto, Febriyan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus