Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Panas-Dingin Bais-Bakin

Kewenangan Bais melakukan operasi lebih luas daripada Bakin. Membuat ada persaingan di antara keduanya.

6 Oktober 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah enam badan intelijen disatukan di Badan Intelijen Strategis (Bais), Benny Moerdani membagi Bais menjadi tujuh direktorat, yang masing-masing dipimpin jenderal bintang satu. Direktur A menangani bidang dalam negeri, saat itu dijabat oleh Nugroho. Ia pensiun dengan pangkat mayor jenderal. Nugroho pernah menduduki jabatan Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen dan Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri. Direktur B bidang luar negeri dipimpin Soedibyo Rahardjo, yang terakhir berpangkat laksamana madya. Dia pernah menjadi Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan kini Duta Besar di Singapura.

Direktur C bidang militer pertahanan dipimpin M. Arifin, yang pensiun dengan pangkat laksamana dan menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut. Direktur D bidang pengamanan atau internal security dipimpin Mulya Panjaitan. Direktur E bidang perencanaan penelitian dan pengembangan dipimpin Teddy Rusdy, direktur F bidang pembinaan dipimpin Suwandi, dan direktur G bidang produksi intelijen dipimpin Sudibyo.

Bais segera saja menjadi institusi intelijen yang paling berpengaruh. Lembaga ini ikut berperan dalam memerangi kelompok separatis, yang oleh militer disebut "gerombolan pengacau keamanan", di Aceh dan Timor Timur. Lembaga ini juga terlibat dalam serangkaian pembunuhan para preman tanpa pengadilan, yang kemudian dikenal sebagai penembak misterius alias petrus.

Kekuasaan Bais menjadi begitu luas. Lembaga ini juga menjadi sangat dominan. Markas mereka di Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan-kini menjadi Balai Sudirman-sangat ditakuti. Apalagi, dengan kekuasaan Benny, Bais menggunakan kekuatan ABRI untuk menjalankan operasi-operasinya.

Besarnya peran intelijen militer ini membuat pamor Bais lebih tinggi ketimbang Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), yang sebenarnya bertugas mengkoordinasi semua lembaga intelijen. Jusuf Wanandi, pendiri Centre for Strategic and International Studies, menilai wajar Bais lebih menonjol dibanding Bakin karena mempunyai jaringan di berbagai lapis sipil dan militer. "Saat itu yang berkuasa militer sehingga pasti intel mereka yang lebih menonjol," ujarnya. "Bakin, yang hanya bertugas mengkoordinasi, menjadi redup."

Jusuf tak menampik adanya persaingan antara lembaga yang dipimpin Benny dan Bakin dalam beberapa penanganan operasi. Kekuasaan dan posisi Benny yang berada langsung di ring satu Soeharto membuat dia bisa mengambil alih operasi yang sudah dilakukan Bakin. Menurut dia, persaingan pun dilandasi ego antara kelompok yang ditempatkan di "barak" dan kelompok intelijen yang mendapatkan posisi di Istana. "Yang ditempatkan di Istana nasibnya lebih baik ketimbang militer 'barak'," ucapnya.

Satu hal yang paling diingat Jusuf adalah bagaimana Benny tak percaya Kepala Bakin Yoga Soegomo mampu menangani pembajakan pesawat Garuda Indonesia GA-206 berjenis DC-9 Woyla pada 28 Maret 1981. Saat kejadian itu, Benny tengah melakukan rapat pimpinan ABRI dan latihan gabungan militer di Ambon, Maluku. Mendapat laporan dari Wakil Panglima ABRI/Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Laksamana Soedomo, Benny bergegas ke Jakarta. Adapun Kepala Bakin Yoga Soegomo sudah berangkat menuju Bangkok.

Tiba malam hari di Jakarta, Benny menggelar rapat singkat di Tebet. Ia lalu menuju Cendana, menghadap Presiden Soeharto bersama Teddy Rusdy dan Soedomo. Di Cendana, hanya Benny dan Soedomo yang diterima Soeharto. Benny meminta operasi dilakukan dengan cara militer. Soeharto setuju. "Benny tak percaya Yoga karena dia tidak bisa menghentikan pesawat saat terbang dari Palembang dan sempat berhenti di Penang, Malaysia," kata Jusuf.

Tapi friksi antara Bais dan Bakin itu dibantah oleh Teddy. Operasi yang dilakukan Bais dan Bakin, menurut dia, dilakukan secara terkoordinasi. "Jangan lupa, saat Yoga Kepala Bakin, Benny menjadi wakilnya," ucap Teddy.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus