Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Intelijen Strategis (Bais) dibangun Benny Moerdani bukannya tanpa latar belakang teori atau pendidikan intelijen. Pada usia 28 tahun, dengan pangkat kapten, Benny mengikuti pendidikan di Fort Benning, pangkalan militer di Georgia, Amerika Serikat. Meskipun di sana selama enam bulan mengikuti pendidikan pasukan komando Infantry Officers Advanced Course, ia juga belajar ilmu lain.
Dan ilmu yang dipelajarinya termasuk telik sandi. Di Amerika, Benny terlihat haus seluruh ilmu militer. "Pak Benny memilih sekolah intelijen, marinir, serta penjinakan bahan peledak bawah air," kata Teddy Rusdy, mantan ajudan Benny Moerdani. Selepas dari Georgia, Benny mengikuti pendidikan intelijen selama 10 pekan di pangkalan angkatan laut US Navy's Little Creek Base di Virginia.
Pelatihan berlanjut di Fort Knox, Kentucky, selama 10 pekan dalam kesatuan militer 101 Airborne Division. "Ia mengikuti latihan terjun, memantapkan pengalamannya yang selama ini dilakukan tanpa memiliki dasar dan teori," kata Soedarso dalam buku L.B. Moerdani: Pengabdian tanpa Akhir.
Laksamana Madya TNI Soedibyo Rahardjo, mantan Direktur B Bais, tak pernah melupakan ucapan Benny kepadanya saat ia bekerja di Bais. Sebuah ucapan yang mungkin didapat Benny dari Amerika. "Gentleman, please do not forget this phrase. An intelligence officer is a faceless hero." Seorang perwira telik sandi, menurut Benny, harus mampu bekerja cermat di belakang layar, tanpa menampilkan diri.
Dalam bukunya, Think Ahead, Teddy mengatakan seorang intelijen harus mampu berpikir jauh ke depan. Intelijen seperti yang dipelajarinya dari Benny harus mampu membaca suatu "tren" perkembangan sebelum suatu peristiwa benar-benar terjadi. Tugas utama telik sandi adalah menafsirkan dan meramal rangkaian kejadian. Tapi penafsiran dan ramalan seorang intelijen juga tak dapat dihindarkan dari unsur bias dan kesalahan.
Tatkala di Bais, Benny tiap hari bekerja sampai larut malam. Soedibyo dalam sebuah tulisannya mengenang, dia dan perwira-perwira Bais lain harus senantiasa kuat mengikuti rapat-rapat Benny. Sampai-sampai ia dan anggota staf lain harus banyak minum multivitamin. Sebelum berangkat rapat dengan Benny di Bais, Soedibyo selalu minum 10 macam vitamin, dari Supradyn, Omega 3, vitamin E, vitamin C, vitamin B kompleks, sampai ginseng.
Pernah suatu hari Benny memulai rapat pukul 11 malam. Seorang perwira intelijen bertanya mengapa tidak besok saja rapatnya. Benny menjawab dingin, "Kalau ada jam 25 pun akan saya pakai." Soedibyo menulis, "We never ask such silly question anymore. Its done."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo