Pelajaran untuk penjudi

SEORANG pencuri rupanya merasa perlu memberikan "pelajaran" kepada seorang penjudi. Sudah lama rumah Djojosumarto di Desa Kandang Macan Cilacap, Jawa Tengah, dijuluki "terminal judi. Suatu pagi belum lama ini, setelah penjudi tamu pada pulang, Djojo bergegas hendak tidur. Tapi ia terkejut: lemari pakaiannya menganga kosong dan kamar tidurnya berantakan. Ia tak mendengar suara gaduh, mungkin karena asyiknya berjudi tadi. "Pakaian saya yang bagus-bagus semua disikat maling," katanya. "Cuma yang usang yang ditinggalkan berserakan." Tidak sekadar kehilangan. Di kolong tempat tidur, ia menemukan seprainya tergulung, mirip buntalan. Ia mengira jangan-jangan sebagian bajunya masih dibungkus seprai itu, dan lupa diangkut maling. Setelah Djojo membukanya, ternyata "barang sisa" alias seonggok tahi. "Sudah mencuri, masih menghina pula," gerutu Djojo. Masih ada lagi "pelajaran" buat si penjudi ini. Maling itu rupanya sempat meninggalkan pesan yang ditulis di secarik kertas dengan pensil. Isinya cukup menggugah Djojo untuk merenungi profesinya. Saya senang mencuri di rumah orang yang suka main judi. Hormat saya: Maling. Tak jelas apakah setelah itu Djojo kapok berjudi.