DI Kediri, Jawa Timur, Bupati dan para pejabat kota dibikin pusing. Para pemilik tanaman hias yang disebut penitian pada mengamuk -- membabat habis tanaman rimbun di halaman rumah mereka. Mengapa? "Katanya bisa menimbulkan penyakit kanker," jawab Ny. Tumini, 40, yang baru saja memusnahkan 25 batang, di Desa Panjer, Kecamatan Benggolo. Di kawasan Perumnas Ngronggo, Kecamatan Kota, "Hanya dalam lima hari ribuan penitian habis dibabat," ujar Supardi. Isu "kanker" dan "ulat berbahaya" pun menjalar di semua kecamatan yang dulunya diberi anjuran menanam pohon untuk penghijauan itu. Misalnya Pesantren, Ngadiluwih, dan sebagian Gampengrejo -- kini penitian sudah tidak tampak lagi. Keruan saja Bupati, Asono, puyeng. Sesudah rapat yang diadakannya bersama semua kepala dinas dan jawatan, pembantu Bupati dan Camat, dilakukan siaran keliling dengan mobil penerangan sampai ke desa-desa. Juga pengumuman resmi secara terus-menerus, sejak 17 Februari sampai memasuki bulan ini, melalui radio Pemda. Isinya: isu itu sama sekali tidak benar. Dan, ternyata, mujarab. Menurut Koeswanto, asal isu itu memang tidak jelas. "Pokoknya dari mulut ke mulut. Susah diusut." Seperti Tumini dan Supardi tadi, umumnya orang memperoleh kabar dari tetangga. "Katanya mereka mendengar di TV, ada penelitian mengenai pohon hias yang bisa menimbulkan kanker," kata Tumini. Eh, nggak tahunya, kata penelitian, yang kedengaran seperti penitian, itulah yang menjadi sebab - menurut Tumini lagi. Benar?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini