Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GUNAWAN Santosa, 40 tahun, akhirnya mengaku. Rencana menghabisi nyawa bekas mertuanya, Boedyharto Angsono, ia sampaikan dalam beberapa pertemuan. Pengakuan ini didapat polisi setelah pemeriksaan maraton sejak malam penangkapan hingga Sabtu siang lalu. "Ada pertemuan di Jalan Kartini dan Hotel Laotze," ujar seorang penyidik yang enggan disebut namanya, menirukan pengakuan Gunawan.
Sabtu siang itu, di ruang pemeriksaan Satuan Keamanan Negara Polda Metro Jaya yang pengap asap rokok, Acin—demikian Gunawan akrab disapa—harus menghadapi rentetan pertanyaan penyidik. Masih menggunakan kemeja merah muda bercorak bunga-bunga—seperti saat ditangkap—dan dua jempolnya yang diborgol, Gunawan digelandang dari ruang tahanan ke tempat pemeriksaan.
Berbeda dengan pemeriksaan sebelumnya, Sabtu siang hingga malam polisi berhasil menuai pengakuan. "Ia sudah mulai kooperatif dan mau cerita," kata polisi. Gunawan membenarkan tudingan yang selama ini diarahkan kepadanya sebagai dalang pembunuhan Boedyharto Angsono, bos PT Asaba, dan Sersan Dua Edi Siyep, pada 19 Juli lalu.
Sebelumnya sempat beredar kabar, pembunuhan sadistis itu direncanakan Gunawan dalam pertemuan dengan Suud Rusli di sebuah restoran di kawasan Lokasari, Jakarta Barat. Suud kemudian menghubungi rekan-rekannya yang juga dekat dengan mantan bos PT Zebra Asaba Industri ini. Mereka, antara lain, Letnan Dua Sam Achmad Sanusi, Kopral Dua Fidel Husni, dan Prajurit Santoso Subianto. Menurut sumber TEMPO, diduga masih ada empat nama lain yang terlibat. Merekalah yang sering disebut "Kelompok Delapan".
Dalam keterangannya kepada polisi, Gunawan mengaku menyuruh Suud Rusli cs melakukan pembunuhan. Tiga kali survei dilakukan untuk mengetahui dengan pasti kegiatan sehari-hari Boedyharto, dari Apartemen Syailendra, Kuningan, Jakarta Selatan, sampai GOR Pluit, yang berjarak hampir 20 kilometer. Masih menurut polisi, Gunawan sendiri mengatakan ia berada di lapangan basket ketika eksekusi dilakukan.
Akan hal wajahnya yang berganti rupa, Gunawan mengaku menjalani operasi plastik di sebuah klinik di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan. "Renovasi" paras itu ia lakukan tak lama setelah tiba di Jakarta, setelah melarikan diri dari Penjara Kuningan, Jawa Barat. Sedangkan dokter yang merawat, dan tempat ia berkonsultasi, berasal dari Klinik Dr. Afandi di Jalan Cendana 20, Menteng, Jakarta Pusat.
Tapi dr. Dewo Aksoro, pemilik klinik di dekat rumah mantan presiden Soeharto itu, ketika ditemui TEMPO mengatakan tak pernah membedah wajah Gunawan Santosa.
Untuk menghilangkan tanda lahir berupa tompel di paha kirinya, Gunawan melakukan operasi kecil di sebuah klinik di Mangga Dua, awal Agustus lalu. Luka di bekas tahi lalat itulah yang dikenali Ketua Tim Pemburu, Ajun Komisaris Besar Polisi Tito Karnavian, pada saat penangkapan Gunawan. Menurut polisi, Gunawan mengaku lupa dua nama klinik tersebut.
Semua keterangan Gunawan versi polisi ini dibantah keras oleh pengacaranya, Iwan Fahzizi Hasan, yang sejak Sabtu siang hingga malam tak diperbolehkan mendampingi kliennya. "Ini aneh, saya tak boleh mendampingi klien saya selama pemeriksaan. Ini kan kasus dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun, wajib hukumnya bersama pengacara," kata Iwan, gusar.
Iwan, yang juga pengacara Andre Basuki—sepupu Gunawan yang meminjamkan sepeda motornya kepada Suud Rusli ketika penembakan dan berstatus tersangka atas tuduhan turut membantu pembunuhan—tak mau mengomentari pengakuan Gunawan versi polisi itu. "Pemeriksaan belum sampai ke materi persoalan. Kalau pengakuan itu ada di BAP, saya protes," katanya.
Edy Budiyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo