Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pengamat Transportasi Ramai-ramai Kritik Becak Anies Baswedan

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan, kebijakan becak masuk kota yang diusung Gubernur Anies Baswedan tidak masuk akal.

17 Januari 2018 | 06.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, memboncengi istrinya, Fery Farhati, dengan becak motor, di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, 21 November 2016. TEMPO/Friski Riana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana legalisasi becak di wilayah permukiman di DKI Jakarta yang disodorkan Gubernur Anies Baswedan menuai kritik tajam dari kalangan pengamat atau pemerhati transportasi.

Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Ellen Tangkudung mengatakan, becak di Jakarta akan kalah bersaing moda transportasi lain, seperti bajaj dan ojek online. Becak dinilai tidak menarik bagi masyarakat sebagai moda transportasi karena kurang efektif dari segi fungsi.

“Becak, kan menggunakan tenaga manusia. Kenapa tidak naik bajaj atau ojek online saja?” kata Ellen dalam sebuah diskusi di Rumah Makan Bale Lombok, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Selasa 16 Januari 2018.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BacaLama Dilarang, Eh, Anies Baswedan Buka Lagi Rute Becak

Sebelumnya, Anies Baswedan menyatakan akan membuka rute khusus becak di Jakarta dengan alasan alat transportasi roda tiga itu dapat dijadikan transportasi lingkungan. "Kami akan segerakan," kata Anies Baswedan dalam peresmian Community Action Planning (CAP) di Waduk Pluit Jakarta Utara, pada Minggu siang, 14 Januari 2018, hasil kerjasama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK).

Menurut dia, bagian dari community action planning adalah termasuk mengatur becak bisa beroperasi pada rute-rute yang ditentukan sebagai angkutan lingkungan. Anies Baswedan mengatakan, becak tidak akan ada kalau tidak ada kebutuhan atas becak.

Program menghidupkan kembali rute becak adalah salah satu janji politik Anies-Sandi dalam kampanye Pilkada 2017. "Buat abang becak, ini adalah kesempatan untuk bisa ikut sejahtera di kota ini," tutur Anies Baswedan.

Lebih jauh, Ellen menuturkan bahwa becak kurang aman bagi penumpang. Posisi penumpang becak yang berada di depan memberi peluang penumpang lebih banyak mengalami kecelakaan.

Baca: Jokowi: Becak Masih Bisa Beroperasi di Jakarta

“Saya pernah, loh terguling dari becak,” ucapnya.

Pengamat transportasi lainnya, Djoko Setijowarno, berpendapat bahwa kebijakan becak masuk Jakarta tidak menarik. Tidak hanya bagi calon penumpang, tetapi juga bagi sopir.

“Becak itu bayarnya tidak seberapa tetapi harus genjot. Tidak menarik itu untuk cari uang,” ujarnya.

Ketimbang mengizinkan becak masuk Jakarta, Djoko mengimbau Gubernur Anies Baswedan sebaiknya fokus kepada peningkatan keterhubungan moda transportasi di Jakarta. Menurut dia, akan lebih menarik apabila Pemprov DKI membuat bus Transjakarta tidak hanya ada di jalan umum, tetapi juga masuk hingga ke kawasan permukiman.

Adapun pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan, kebijakan becak masuk kota yang diusung Gubernur Anies Baswedan tidak masuk akal. "Lawannya (becak itu) kendaraan bermotor. Ada resiko keselamatan juga. Saya tidak tahu di pikirannya gubernur apa.”

Agus setuju apabila becak diizinkan beroperasi di tempat-tempat wisata, seperti Monumen Nasional (Monas). Namun, Anies Baswedan dinilai melalukan kemunduran apabila becak diizinkan di jalan umum. Menurut dia, becak hanya cocok apabila dijadikan objek wisata, bukan alat transportasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus