Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pengarang alger di amerika

Pengarang di as abad 20, horatio alger. berkat bukunya yang berjudul "ragger dick, or street life in new york" isinya semacam mithos tujuan hidup yang kemudian dikenal orang amerika untuk mencapai sukses.

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADALAH seorang anak Amerika yang bernama Horatio. Bapaknya seorang pendeta abad lalu. Dan seperti banyak pendeta, ia orang alim dan menuntut agar anaknya alim pula. Maka si anak dididik keras dalam soal disiplin belajar dan sembahyang. Bapaknya mendesak agar anaknya jadi pendeta. Maka ketika selesai sekolah di Harvard, ia masuk lagi ke jurusan "ketuhanan", yakni Harvard Divinity School. Ia lulus waktu umurnya 28. Tapi sebagaimana layaknya anak yang baik, ia tak mau didikte. Dan sebagaimana layaknya anak yang normal, ia tak kepingin jadi pendeta. Ia lari ke Paris dan hidup serampangan bagaikan seniman. Lalu ia kembali ke Amerika. Gagal masuk tentara, ia akhirnya jadi pendenta -- sesuai dengan kehendak si bapak. Tak lama kemudian, ia jadi pengarang. Nah, dari sinilah Horatio, atau lengkapnya Horatio Alger, mulai terkenal. Sebetulnya tak akan ada seorang pun yang sudi menyebutnya sebagai "sastrawan" atau "pujangga". Tapi suatu hari di tahun 1867, bukunya yang berjudul Ragged Lick, or Street Life in New York terbit. Buku ini sukses. Karena tertarik oleh kisah Alger, seorang pekerja sosial mengundangnya ke sebuah rumah tempat menampung anak-anak yang melarikan diri dari orang tua. Dari rumah inilah Alger kemudian banyak menghasilkan buku yang banyak dibaca. Ceritanya sebenarnya itu-itu juga: tentang anak yang jujur, tahan menderita dengan hati riang, dan bekerja keras, sehingga di akhirnya datang nasib baik dan si anak jadi orang sukses. Dengan cerita semacam itu, ternyata Alger adalah pengarang paling berpengaruh di Amerika dalam abad ke 20. Tokoh ceritanya, "tokoh Alger", jadi semacam mithos. Amerika sendiri kemudian menyaksikan betapa banyak dari anak-anaknya yang naik ke puncak, dari anak tangga terbawah dan paling keras. Mithos itu kini mungkin di Amerika dipertanyakan, ketika orang mulai ragu benarkah tujuan hidup adalah sukses. Tapi betapapun juga ada sesuatu yang rupanya secara universil bisa diterima: kejujuran kerja keras, ketabahan menderita tanpa mengeluh adalah hal-hal yang bahkan dalam mithos "proletariat" di RRT pun ditonjolkan. Kita tidak tahu adakah mithos semacam itu di antara kita kini. Memang pernah ada beberapa orang sukses macam itisemito di Kudus sebelum perang: jutawan yang menurut sahibul hikayat berasal dari tukang rokok miskin. Tapi seperti digambarkan dalam lakon Tengul Arifin C. Noer. Banyak cerita beredar di kalangan rakyat: untuk jadi setan bisa membantu. Mungkin dewasa ini setan yang angker itu bisa juga berarti lain

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus