HARI Rabu pekan berikut adalah batas waktu penetapan tanda
gamhar partai-partai politik oleh Lembaga Pemilinan Umum. Pihak
LPU hingga pekan ini nampaknya belum memberi kepastian apakah
tanda gambar Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi
Indonesia ditolak atau diterima. Namun demikian pernyataan yang
dilontarkan Menteri Dalam Negeri Amirmachmud selaku ketua LPU
akhir-akhir ini menguatkan dugaan ditolaknya kedua tanda gambar
itu "Saya yakin mereka punya alternatif lain", begitu
Amirmachmud berulang-ulang menjawab pertanyaan pihak pers.
Konon sebuah surat resmi dari LPU kepada parpol-parpol pun
meminta agar yang bersangkutan menyiapkan tanda gambar lain,
"Keyakinan Mendagri tersebut memang baik", ucap seorang tokoh
penting dalam DPP PPP. "Tapi bagaimana kalau itu tak sesuai
dengan kenyataan " Maksud orang PPP tadi bahwa partainya sama
sekali tidak punya calon tanda gambar yang lain sebagaimana
dibayangkan ketua LPU Pendirian seperti itu lebih jelas lagi
tercantum dalam surat DPP-PPP dua pekan lalu. Surat tersebut
yang ditandatangani Idham Chalid, Mintareja SH, KH Masykur, dan
Yahya Ubaid SH -- menegaskan kepada LPU bahwa tidak ada
alternatif lain di luar gambar Ka'bah. Sebelumnya Majelis Syura
PPP yang diketuai KH Bisri Syamsuri juga memutuskan dalam
sidangnya bahwa tak ada pilihan lain kecuali gambar yang telah
diajukan itu. Alasannya tanda gambar Ka'bah "tidak bertentangan
dengan pasal 18 UU 15/1969 juncto UU no. 4/1975 tentang
pemilihan umum", tutur Chalik Ali Karena itu Chalik Alli
sebaliknya berkeyakinan tanda gambar Ka'bah akan segera disahkan
LPU".
Lain PPP, lain pula Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang
belakangan ini nampaknya sudah bersiap-siap mengajukan tanda
gambar lain Lewat seorang pemuka partai itu dikatakan, kongres
yang lalu memang menetapkan lebih dari satu tanda gambar sebagai
cadangan
Sisa Merembet
Sementara itu perkembangan yang terjadi di beberapa daerah
menurut Kepala Staf Kopkamtib Laksamana Sudomo menunjukkan
"naiknya suhu politik akhir-akhir ini . Ini disebabkan pada
orang atau golongan yang sudah siap-siap memenangkan pemilu yang
akan datang, di samping munculnya da'wah yang disalah-gunakan
untuk tujuan-tujuan politik". Di depan wartawan di Bina Graha
selepas menemui Presiden, Sudomo juga mengakui adanya sementara
oknum yang overacting di daerah. Kaskopkamtib menambahkan,
adanya tindakan oknum-oknum tadi antara lain disebabkan "karena
ternyata ada yang sudah memasang tanda gambar padahal belum
disetujui".
Tidak disebutkan siapa orang-orang dan golongan yang dimaksud
daiam pernyataan Sudomo. Namun dugaan sementara pihak luar bahwa
pernyataan tadi terutama dialamatkan kepada pihak PPP. Dalam
soal overacting misalnya ada juga dialami petugas-petugas PPP
terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Begitu pula
"da'wah yang disalah gunakan" -- seperti kata Kaskopkamtib --
agaknya dialamatkan kepada PPP. Antara lain Tengku H. Muhammad
Saleh dari PPP menyatakan keprihatinannya atas keterangan
Kaskopkamtib itu.
Keprihatinan terutama dalam hubungan keharusan meminta izin
dalam melaksanakan da'wah. Alasan harus meminta izin yang
dikemukakan Kaskopkamtib menurut H.M. Saleh, "bukan karena
da'wahnya, tapi berkumpulnya lebih dari lima orang". Ini dinilai
akan bisa merembet lebih jauh. "Bisa terjadi", demikian anggota
DPR yang mewakili PPP dari D.I. Aceh tersebut. "shalat berjamaah
kita yang biasanya lebih dari lima orang itu bagaimana?" kata
Saleh. Meskipun tentu bukan begitu maksud Sudomo. HM Saleh lalu
meminta perhatian "sekiranya ada mubalik yang memfitnah,
menghasut dalam da'wahnya, agar diseret saja ke pengadilan",
katanya.
Agaknya Pemerintah tak ingin main "seret" atau tuding begitu.
Tapi lebih suka bersikap sebagai wasit. Maka Sabtu lalu,
Presiden Soeharto -- dalam kesempatan menerima para peserta
raker Departemen Agama di Istana Negara -- tak lupa mengingatkan
perlunya diwujudkan suasana yang "tata tentrem karta raharja".
Akan halnya khotbah dan da'wah, Presiden mengatakan bahwa
tujuannya adalah membuat agar masyarakat menjadi lebih baik.
"Sesuai dengan ajaran keluhuran agama, khotbah-khotbah itu perlu
dilakukan dengan tutur kata yang baik dan dengan khidmat
kebijaksanaan", kata Presiden. "Dan sekiranya perlu membantah
atau mengemukakan kritik tentu saja harus dengan cara-cara yang
sopan dan baik". Presiden juga mengingatkan agar khotbah agama
jangan sampai dicampuri tujuan politik, karena untuk itu sudah
ada lembaga yang mengaturnya di MPR, DPR dan Parpol. "Saya
tegaskan di sini bahwa khotbah dan da'wah agama memang tak boleh
dihalang-halangi. Tapi juga harus ada kesadaran dan kejujuran
kita semua, agar khotbah dan da'wah itu tak kita kotori sendiri
dengan tujuan-tujuan lain", demikian Presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini