Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jika mau pergi

Para pengamat menafsirkan akan terjadi pergolakan berat, bila mao meninggal. karena kuatnya pengaruh chou en lai yang diwariskan pada teng shiau ping dan kedudukannya baru saja digeser hua kuo feng. (ln)

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Malagasy, Ratsiraku,meninggalkan Peking awal pekan silam tanpa sempat bertemu dengan ketua Mao. "Sentral Komite Partai kami telah memutuskan untuk tidak lagi mengatur pertemuan antara para tamu dengan ketua Mao", begitu seorang juru bicara dikutip oleh para koresponden asing di Peking hari Senin pekan silam. Sehari sebelumnya. kantor berita Amerika. AP, di Tokyo berhasil memonitor Foto yang disiarkan oleh kantor berita Cina. Hsin Hua. dari Peking. Foto itu adalah foto ketua Mao Tse-tung yang kelihatan segar bugar dan didik tegap di kursinya. Tidak tercantu tanggal pengambilan foto, tapi para pengamat yakin bahwa foto itu diambil beberapa tahun silam. Memburukkah kesehatan ketua Mao? Tidak ada keterangan resmi dari Peking. Tapi diplomat berbagai negara di ibu kota Cina Komunis itu mendapat keterangan pasti bahwa hari-hari terakhir ini terjadi kegiatan penting para pemimpin Cina: hampir setiap sore mereka melakukan pertemuan di Balai Besar Rakyat, dari petang hingga larut malam. Jauh sebelum penyiaran foto dan pernyataan resmi serta kegiatan di Balai Besar Rakyat itu, berita tentang memburuknya kesehatan Mao yang sudah berumur 82 tahun itu bukan pula merupakan rahasia lagi. Tamu asing yahg diterima Mao adalah Presiden Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto, akhir bulan lalu. Berlainan dengan kebiasaan Mao tahun silam, Bhutto yang merupakan sahabat dekat Peking -- memainkan peranan besar dalam pendekatan Cina-Amerika Serikat -- hanya mendapat kesempatan 10 menit dengan Mao. "Beliau menderita masuk angin yang hebat", kata Bhuttu mengomentari kesehatan Mao. Sebelum Bhutto, Perdana Menteri Selandia Baru Robert Muldoon, juga mendapat kesempatan singkat bertemu Mao. Pembesar Selandia ini dengan pasti mengungkapkan keadaan kesehatan Mao yang makin memburuk. "Meskipun otaknya masih bekerja baik, tapi bicaranya sudah sulit, dan selama pertemuan, ia tidak pernah mengangkat kepalanya dari sandaran kursi", kata Muldoon bulan silam. Para penonton televisi di Hongkong membenarkan keterangan Muldoon ini. Dari siaran yang dipancarkan Peking itu jelas sekali memperlihatkan keadaan kesehatan Mao yang memburuk. Dalam keadaan demikian, sudah jelas keadaan di Peking dan seluruh Cina menjadi amat menarik. Di negeri itu baru saja terjadi pergolakan politik yang berakhir dengan tersingkirnya Teng Hsiao Ping dan naiknya Hua Kuo eng. Meskipun tidak banyak lagi terdengar berita mengenai akibat pergeseran yang amat drastis itu, sebagian besar pengamat politik hampir sependapat bahwa di bawah permukaan yang nampak tenang sebenarnya pergolakan lama masih terus berlangsung. Kendati pun orang-orang Cina masih mendiamkan soal itu, tapi kesehatan Mao dan hal yang bakal terjadi selepas kepergiannya kini merupakan soal yang menjadi fikiran para politisi Cina. Penyiaran foto dan film-fihn pertemuan Mao dengan sejumlah tamu asing -- tanpa komentar langsung mengenai kesehatan Mao nampaknya harus ditafsirkan sebagai suatu usaha dari Partai Komunis dalam mempersiapkan rakyat guna suatu kali menerima kematian Mao. Bahkan bagian-bagian terakhir dari film-film tersebut sama sekali tidak memperlihatkan Mao berdiri untuk bersalaman dengan tamunya. Ia tetap saja duduk tersandar lemas di kursinya dengan kepala terkulai. Beberapa orang menyebut Mao mengalami kesulitan untuk berbicara sehinga harus menuliskan apa yang ingin ia katakan. Penyiaran adegan yang kadang-kadang menyedihkan ini adalah suatu cara untuk menyadarkan rakyat Cina bahwa suatu pagi mereka bisa bangun dan tidak lagi memiliki sang pemimpin. Cara yang kini ditempuh oleh Peking nampaknya diilhami oleh pengalaman di sekitar kematian Chou En Lai awal tahun ini. Meskipun para pembesar Cina merasa sudah cukup rapi mengatur perjalan terakhir Chou, tak urung terjadi juga beberapa keributan. Chou adalah orang yang amat dicintai, meskipun ia juga punya lawan yang cukup banyak. Usaha lawan-lawannya untuk menyepelekan mendiang Perdana Menteri Cina yang pertama itulah yang kemudian menyebabkan timbulnya kerusuhan di lapangan Tien An Men tanggal 5 April yang silam. Kejadian di Tien An Men -- yang menyebabkan terbakarnya sejumlah mobil dan perusakan sejumlah bangunan haruslah ditafsirkan sebagai masih kuatnya pengaruh Chou yang dianggap mewariskan kedudukannya pada Teng. Meskipun Teng secara resmi kini telah tersingkir, namun kekuatan tersembunyi bekas-bekas pendukung Chou yang kini bersimpati pada Teng, masih tetap harus diperhitungkan. Karena itulah maka nampaknya sulit untuk menghindarkan Peking dari suatu pergolakan berat tingkat atas di hari-hari mendatang, selepas kepergian Mao, atau bahkan pada saat sang Ketua masih sekarat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus