Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengundang amarah washington

Duta besar as untuk libanon, francis meloy jr. bersama sopirnya ditemukan mati dengan luka tembak. akibat pembunuhan ini, as memperkuat armadanya ikut campur tangan dalam ketegangan di libanon. (ln)

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI pekarangan Kedutaan Besar Amerika Serikat, pukul 11 Rabu pagi pekan silam, meluncur mobil anti peluru milik Duta Besar. Dalam mobil terdapat Francis Meloy Jr sang duta besar AS, dan Robert Warring kepala bagian ekonomi serta Zuher Magribi, sopir duta besar yang mengemudikan mobil. Untuk sampai di bagian Beirut yang dikuasai golongan kanan, mobil harus melewati daerah tak bertuan. Di wilayah yang dikuasai sayap kanan itu Presiden terpilih Libanon, Elias Sarkis, telah menanti Meloy. 'Kedua pembesar akan bersama-sama mencari jalan penyelesaian kekeruhan berdarah sekarang ini", komentar seorang juru bicara Kedubes AS di Beirut. Tapi sampai kapan pun Sarkis menanti. Duta Besar Amerika tidak akan muncul. Berita yang mula-mula sampai di Gedung Putih hanya menyebut hilangnya Meloy Jr dan Warring. Presiden Ford seara amat darurat mengumpulkan pembantu-pembantu dekatnya. "Presiden juga menghubungi keluarga terculik untuk menunjukkan betapa seriusnya Gedung Putih menghadapi kejadian itu". kata Ron Nessen, jubir Ford. Tapi beberapa saat kemudian, terbukti bahwa kedua putera Amerika beserta sopirnya yang berkebangsaan Libanon itu, sudah tiada. Mayat mereka diketemukan di wilayah yang dikuasai sayap kiri", kata juru bicara kedutaan Amerika di Libanon. Mayat-mayat tersebut masih mengeluarkan darah segar ketika dijumpai oleh Tentara Pembebasan Palestina. Meloy terkena tembakan tiga kali --dua kali di kepala dan sekali di dada -- sedang Warring tertembus dadanya sebelah jantung, sementara sang sopir kebagian dua peluru di kepala. Washington segera menembakkan amarah dan kutukannya. "Pembunuh itu harus dihukum, siapa pun dia", kata Ford. Tapi siapa? Hari Rabu pekan silam itu muncul kutukan yang sama -- baik dari golongan Kanan maupun kiri yang kini saling berhadapan. Dan 24 jam kemudian, PLO mengumumkan tertangkapnya lima orang yang diduga keras terlibat dalam pembunuhan keji -- yang menimbulkan kepanikan di kalangan 1800 warga Amerika yang tinggal di negeri rusuh itu. Meskipun PLO tak punya hubungan dengan Washington -- malah tidak diakui oleh Amerika Serikat -- tapi keinginan Ford ada juga diperhatikan oleh pengikut-pengikut Yuser Arafat. "Pembunuh-pembunuh itu akan diserahkan kepada tentara gabungan Arab pemelihara perdamaian di Libanon agar mereka yang lima itu mendapat hukuman yang setimpal", kata sebuah komunike PLO hari Kamis pekan silam. Tidak ada penjelasan resmi mengenai siapa-siapa dan dari golongan mana mereka. Tapi dari sumber-sumber golongan kiri di Beirut diperoleh keterangan. "Dua di antara mereka adalah anggota Partai Komunis Arab, sebuah kelompok radikal sayap kiri Libanon yang bertanggung jawab atas terjadinya perampokan terhadap kekayaan Amerika di Beirut tahun 1973 yang silam" Batalion Suriah Di Washington, pejabat-pejabat keamanan Amerika mengumumkan rencana pengungsian besar-besaran terhadap hampir 2000 warga mereka di Libanon. Sejumlah besar pesawat helikopter Amerika dikirim ke pulau Siprus untuk memperkuat armada yang sudah ada di lepas pantai Libanon sqak beberapa pekan silam. Sembilan buah kapal perang Amerika, termasuk kapal induk Guadalcanal, sudah berada dalam jarak amat dekat dengan pantai Beirut pekan silam. Keadaan ini menimbulkan kegelisahan di kalangan negara-negara Arab yang kini dengan segala daya mencoba mengatasi keruwetan berdarah di Libanon itu. Mereka teringat pengalaman belasan tahun silam: ketika AS, atas nama "menyelamatkan hidup warga Amerika", pasukan marinir mereka campur tangan dalam keangan di Libanon. Usaha pihak Liga Arab dengan pasukan gabungannya ternyata juga tidak berjalan sebagai yang direncanakan. Pasukan-pasukan Suriah memang ditarik dari beberapa tempat, tapi keadaan untuk memulai perundingan penyelesaian masih jaun. Sementara berbagai pemimpin Arab berusaha mengatasi keadaan ruwet itu, Presiden Hafez Assad dari Suriah terbang ke Paris pertengahan pekan silam. Kunjungannya yang pertama ke ibukota Perancis itu sebenarnya sudab pernah tertunda, dan sekarang dilakukan karena "Presiden merasa keadaan dalam negeri cukup memungkinkan". Tapi sumber di pihak Palestina itu menyebut adanya kegelisahan di kalangan tentara Suriah. Kabarnya mereka tidak bersuka cita dengan kebijaksanaan Presiden Assad yang memerintahkan mereka bertempur melawan saudara-saudara mereka sendiri. Sementara Israel yang merupakan musuh bersama mereka berdiri di tepi lapangan sebagai penonton yang menarik banyak keuntungan. Sebuah berita tidak resmi yang sulit dibuktikan, malah sudah menyebut adanya pemberontakan sebuah batalion Suriah yang menolak untuk bergabung dengan pasukan lainnya yang sudah terlebih dahulu dikirim ke Libanon. Tapi ada tidaknya pergolakan itu, kedudukan Assad sekarang memang dalam keadaan sulit. Selain menghadapi tekanan dari berbagai negara Arab, juga Moskow dan Washington mendesaknya untuk mengakhiri campur tangan militer di Libanon itu. Sulit bagi Assad untuk bertahan terhadap tekanan berbagai penjuru. Dan kalau ia toh akhirnya harus menarik pasukan-pasukannya dari Libanon jumlahnya merupakan 10% dari keseluruhan tentara Suriah -- maka kekecewaan di kalangan tentara itu mungkin merupakan ancaman yang tak mudah diabaikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus