Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angin pagi yang membekukan tulang masih mendesau kencang dari Pegunungan Panjshir, namun ratusan serdadu Amerika Serikat telah bersiaga di kaki pegunungan berselimut salju itu. Pasukan infanteri menyisir di bawah, helikopter tempur Black Hawk terbang menyusuri punggung pegunungan. Hari itu, pertengahan Oktober lalu, sebuah operasi besar-besaran digelar Pusat Komando Amerika Serikat di Bagram.
Operasi penyisiran besar-besaran itu digelar gara-gara lenyapnya empat tahanan Al-Qaidah kelas kakap dari penjara superketat di lingkungan Pangkalan Udara Bagram. Seorang pejabat militer Amerika Serikat (AS) di Pentagon yang tak bersedia disebut namanya mengakui salah satu buron adalah Umar al-Faruq. ”Saya dengar, salah satu yang kabur itu Faruq,” ujarnya.
Kaburnya Faruq dan kawan-kawan tercium publik setelah sebulan dirahasiakan otoritas militer Amerika. Lolosnya tokoh penting Al-Qaidah Asia Tenggara itu dari Bagram memang membikin AS kebakaran jenggot. Warga Kuwait ini ditangkap aparat keamanan Indonesia pada 2002 atas tuduhan meledakkan bom pada malam Natal 2000. Indonesia menyerahkannya ke aparat intelijen Amerika, yang kemudian menerbangkannya ke Bagram.
Keempat tahanan itu rupanya kabur pada 10 Juli lalu. Namun, pelarian mereka baru terungkap setelah Faruq mangkir di Pengadilan Militer Fort Bliss di AS sebagai saksi terdakwa Sersan Allan Driver atas kasus penganiayaan tahanan Bagram. Ketika dirunut-runut, rupanya klop dengan tayangan wajah Faruq dan kawan-kawan di stasiun televisi Al-Arabiya di Dubai, 18 Oktober lalu. Dalam tayangan video itu, Faruq mengaku lari dari Bagram dan bergabung dengan Taliban.
Para pejabat Pentagon belum yakin benar Faruq lolos dari penjara bersistem pengamanan maksimum itu. Apalagi keempat tahanan itu dikabarkan sempat bersembunyi beberapa hari di antara barak-barak di kamp Bagram. Dalam catatan mereka, pelarian ini yang pertama kali terjadi. ”Kami masih terus menyelidikinya,” kata Letnan Kolonel O’Hara, seorang komandan militer di Bagram.
Jika Faruq benar-benar berhasil lolos, ini prestasi luar biasa. Sebab, selama ini pangkalan udara sekaligus penjara istimewa yang terletak di Provinsi Parvan itu terkenal superketat dengan penjagaan sekitar 10 ribu anggota pasukan AS dan sekutunya. Mereka tersebar di kota-kota dekat Bagram dan bersenjata lengkap. Ratusan tank, helikopter, pesawat transportasi, dan jet tempur juga mangkal di basis operasi itu. Ada pula tiga hanggar pesawat, menara pemandu udara, dan ratusan pondok tinggal serta lumbung-lumbung penyimpanan logistik.
Bagram mulai dipakai pasukan Amerika Serikat menjadi pangkalan utama di Afganistan sejak mereka menjatuhkan rezim Taliban pada 2001. Pangkalan udara ini dibangun tentara Uni Soviet pada 1979 ketika Negeri Beruang Merah itu menginvasi Afganistan. Setahun kemudian, Bagram diputuskan menjadi kamp tawanan alternatif selain pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, Kuba. Fungsinya untuk menahan orang-orang yang dicurigai sebagai anggota Taliban dan Al-Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin.
Lokasi pangkalan udara itu terisolasi dari permukiman dan terletak 47 kilometer di sebelah utara Kabul, ibu kota Afganistan. Kamp ini berdiri di lahan landai yang terhampar 130 ribu meter persegi, dibentengi perbukitan Panjshir. Lokasi ini memudahkan penembak jitu membidik sasaran-sasaran yang mencurigakan. Siapa pun tak bisa sembarangan keluar-masuk kamp tanpa melewati pintu-pintu utama.
Selain sistem pengamanannya berlapis-lapis, para penjaga yang sangar juga akan selalu mengecek dengan teliti dan bahkan menginterogasi semua pendatang. Pengamanan tambahan diperkuat pula dengan ladang ranjau yang tersebar di luar pagar kawat berduri yang mengitari kompleks pangkalan udara itu. Hanya jalur-jalur utama yang bebas dari senjata paling biadab itu.
Pengontrolan tahanan pun sangat ketat. Mereka disekap di sebuah lokasi penjara yang disamarkan, jauh di dalam jantung pangkalan udara utama Amerika Serikat itu. Para bekas tahanan menggambarkan penjara itu terbagi dalam beberapa sangkar di beberapa tempat, sementara di tempat lain terbuat dari ruang kedap suara berdinding beton. Komite Internasional Palang Merah Internasional mengecek kondisi 650 tahanan setiap dua minggu sekali, sesuai dengan Konvensi Jenewa.
Diduga, upaya para tahanan untuk kabur karena terkait trauma kekerasan yang mereka alami. Pada 2002 terjadi kasus dua tawanan tewas didera siksaan oleh 14 tentara AS yang kemudian diseret ke pengadilan. Salah satunya Sersan Allan Driver. Setelah itu, para tahanan yang bebas berani ”bernyanyi”. Kesaksian mereka kian mencuat setelah Presiden Afganistan Hamid Karzai dan Presiden Amerika George Walker Bush menyepakati rekonsiliasi perdamaian, enam bulan lalu. Sebanyak 76 tahanan dibebaskan hingga terakhir kali 9 Juli lalu.
Wesam Abdul Rahman, bekas tahanan Amerika Serikat kelahiran Yordania di Bagram, tidak pernah membayangkan bakal dijebloskan di penjara itu pada Maret 2002. Pria berprofesi guru ini diinterogasi 24 jam tanpa berhenti, hak tidurnya dicabut, dikurung di ruang terisolasi selama setahun. Ia mendapat ransum makan yang buruk dan fasilitas mandi hanya tiga bulan sekali. Sehari-hari ia hanya diberi makan tiga kerat roti. ”Saya tiba di Bagram dalam keadaan kepala tertutup kantong plastik, kaki dan tangan diikat,” ujarnya.
Hussain Yousouf Mustafa, tahanan yang ditangkap ketika kuliah master di Arab Saudi, juga menceritakan pengalamannya yang mengerikan saat ditahan di neraka Bagram. Menurut dia, para sipir biasa melepaskan anjing-anjing buas untuk mengintimidasi tahanan. Mereka pun memaksa tahanan menanggalkan seluruh pakaian agar berdiri dalam keadaan telanjang. ”Kami dipaksa mengakui punya hubungan dengan Al-Qaidah, tapi kami menolak,” katanya.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana keempat tahanan itu bisa meloloskan diri dari benteng penjara berpengamanan supermaksimum. Untuk keluar dari penjara itu saja mereka sudah harus bisa melepaskan diri dari ratusan sipir sangar yang berjaga 24 jam. Jika bisa lolos dari situ, mereka pun harus mampu melewati check point yang dikawal para penjaga yang teliti dan anjinganjing berhidung tajam di segenap penjuru pangkalan. Jika mereka sembarangan menembus benteng, para sniper akan segera bereaksi dan padang ranjau pun akan segera menghajar mereka.
Banyak yang ragu Al-Faruq dan ketiga kawannya tiba-tiba mampu menjadi John Rambo, tokoh rekaan Hollywood yang mampu menembus benteng pertahanan tentara Vietnam. Maka, lahirlah dugaan lain: ada kongkalikong yang membikin keempat orang itu melenggang dari Bagram.
Eduardus Karel Dewanto (Reuters/The Guardian/BBC/AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo