Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Penjara Tak Berasa Bui

Di Australia, tepatnya di Negara Bagian Victoria, penjaranya terlihat berbeda. Selain dikelola swasta, di dalam terali besi itu ada ruang rekreasi dengan fasilitas lengkap. Menu makanannya pun membuat lidah bergoyang. Meski bukan yang pertama, penjara swasta di Negeri Kanguru itu adalah yang terbaik di dunia. Standar bui yang lain juga di atas rata-rata. Pada awal November lalu, Sandy Indra Pratama dari Tempo mengunjunginya.

25 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

+ "Kamu, ya..., kamu, sudahkah kamu minum susu bagianmu hari ini?" tanya seorang sipir wanita kepada anak muda yang sedang asyik bermain Grand Theft Auto.

+ "Belum," jawab si anak muda sembari bangkit dari depan televisi melepaskan joypad atau kontrol permainan PlayStation 2.

+ "Ambil segera, lalu naik ke kamarmu sekarang," kata si sipir sambil menunjuk sebuah lemari es yang di dalamnya tersimpan berkotak-kotak susu berukuran satu liter yang disusun rapi.

Tanpa banyak bicara, anak muda yang umurnya kira-kira baru 20 tahun itu bergegas menyambar sekotak susu dingin lalu berlari kecil menaiki anak tangga yang membawanya persis ke kamar tempatnya tinggal.

PERCAKAPAN kilat itu terdengar menggelikan. Dialog ini bukan berlangsung dalam sebuah asrama mahasiswa dengan nenek penjaga yang cerewet, melainkan di dalam sebuah blok penjara, di balik tembok tinggi dengan penjagaan superketat, pada siang yang berawan, awal November lalu.

Saat itu, saya diajak mengikuti tur berkeliling Port Phillip Correctional Centre, kompleks penjara di Truganina, 24 kilometer barat daya Swanston Street, pusat kesibukan Kota Melbourne, Australia. Penjara ini yang terbesar di Negara Bagian Victoria. Sebuah rumah tahanan dengan status "maximum security".

Krak! Bunyi selot pintu terbuka tak lama setelah Nick Selisky si manajer operasional penjara, yang berbadan tinggi besar, memutar anak kunci khusus kepunyaannya. Selangkah masuk, saya berada dalam ruang kaca perantara yang memisahkan ruangan dalam blok tahanan dengan tempat terbuka di halaman dalam kompleks penjara. "Ayo, silakan masuk," kata Selisky mengajak saya ke sebuah aula besar yang berisi anak-anak muda yang terbalut sweater dan celana training serba hijau.

Di tengah ruangan, sebuah meja kontrol disusun melingkar, terisi tiga petugas yang sigap mengawasi satu per satu kegiatan tahanan. Dua perempuan, dan satu orang laki-laki. Gara-gara Selisky, sesaat kegiatan para tahanan terhenti. Sebentar bertegur sapa, semuanya kembali ke kegiatan semula.

Dahi saya mengernyit tatkala mata berpaling ke sebuah televisi tabung 29 inci yang tersambung dengan perangkat Play­Station 2. Ada sebuah meja biliar, dua pesawat telepon umum koin, mesin minuman ringan yang biasa ditemukan di tempat umum, meja pingpong, dan terhampar karpet hijau yang cukup empuk ditapaki.

"Panggil saja saya Ann," sapa seorang wanita paruh baya berseragam sipir membuyarkan rasa heran saya. Namun senyumnya yang ramah cukup menghangatkan tubuh, tatkala angin di wilayah tenggara Australia bertiup dingin bagi saya yang datang dari Jakarta, di musim dengan siang yang panjang.

Ann, yang mungkin usianya sebaya dengan nenek para pesakitan itu, membawa saya berkeliling. Setiap narapidana yang berkontak mata dengan saya langsung mengangguk hormat. Walau tak semuanya tersenyum, sensasi ramah dan sopan terasa begitu kental. Sekelebat pikiran bertanya, di mana saya. Secepat kilat kesadaran langsung menjawab, "Ini penjara."

l l l

"INI salah satu tempat kerja mereka," kata Ann sambil menunjukkan sebuah ruangan yang cukup berantakan dengan peralatan sablon yang ada di halaman belakang blok pemuda. Ada karet rakel penggesut, meja percetakan melingkar khas pabrik konfeksi penyablon, dan sebuah papan tulis putih yang berisi struktur perusahaan.

Struktur perusahaan? Ya, di penjara yang penghuninya mencapai 800-an orang dengan kapasitas maksimal 900 narapidana itu, para terpidana memiliki berbagai macam kegiatan. Di blok remaja, ada perusahaan pembuatan kaus oblong bermerek Doing Time—merek kaus ciptaan mereka.

Di Doing Time, struktur perusahaan terbangun rapi. Sebanyak 26 tahanan bahu-membahu berbagi kerja, dari yang menjabat CEO, sekretaris perusahaan, hingga divisi produksi dan hubungan masyarakat. "Mereka mengerjakan semuanya dengan serius. Hasilnya, kerja mereka pernah dijadikan percontohan bagi narapidana lain di seluruh Australia, bahkan di mancanegara," kata Ann.

Uang yang berputar di Doing Time tak sedikit. Dalam sebulan, perusahaan bisa menghasilkan ribuan dolar dari kaus seharga Aus$ 25 selembar. Ann dan teman-teman sipir wanitanya secara sukarela menjadi tenaga pemasaran di luar tembok tinggi itu, sekaligus sebagai pemasok bahan kaus oblong polos yang siap dicetak. "Uang yang mereka hasilkan kembali kepada mereka, menjadi bekal mereka, baik untuk kebutuhan mereka di dalam penjara maupun di luar nantinya," kata Ann.

Krak! Bunyi kunci kembali berderak. Kini Selisky membawa saya berpindah ke sebuah aula yang sangat gaduh. Letaknya persis di tengah kompleks penjara Port Phillip. Bunyi mesin cuci dan gerahnya uap mesin pelicin pakaian membawa pemandangan yang berbeda. Mirip kawasan industri.

Di Port Phillip ada enam lahan usaha komersial: tekstil, pencucian baju, mebel, pembuatan alat dari logam ringan, dan pengecatan. Lainnya ada pertanian holtikultura, perawatan gedung penjara, dan katering untuk memasok kebutuhan internal penjara. Pekerjaan didatangkan dari luar terali, yang dicarikan dan dikoordinasi oleh manajemen penjara.

Hampir 80 persen penghuni penjara memiliki pekerjaan tetap di Port Phillip. Mereka mendapat upah hampir seragam, berkisar Aus$ 26 atau sekitar Rp 260 ribu per giliran kerja (lima jam). Dalam satu pekan, biasanya mereka mendapat lima kali giliran. "Upah itu bisa dicairkan dalam satu pekan atau disimpan di otoritas penjara dan diambil kalau mereka bebas nanti," kata Selisky.

Biasanya, menurut Selisky, upah itu dihabiskan para pesakitan untuk membeli kebutuhan tambahan di dalam penjara. Rokok, camilan, dan layanan telepon umum menjadi kebutuhan yang paling menyedot pundi-pundi Bang Napi. Mereka juga mentraktir keluarga dengan makanan enak saat menjenguk. "Terpenting dari semuanya adalah mereka mendapatkan sertifikasi keahlian untuk setiap pekerjaan di dalam penjara, yang berguna saat mereka bebas," katanya.

l l l

Puas berkeliling di blok industri, Selisky membawa saya ke sebuah blok bertembok tinggi berdinding abu-abu kusam. Penjagaan di sana ketat sekali, dan lokasinya terpisah dari lainnya. Saya pikir ini adalah blok bagi para bandit paling berbahaya, ternyata tebakan saya meleset. "Ini adalah blok bagi pemerkosa dan siapa pun yang melakukan kejahatan terhadap anak atau orang tua. Mereka sering jadi sasaran narapidana lain, sehingga kami isolasi hingga akhir masa tahanan," ujar Selisky.

Perlindungan. Kata itu diucapkan berulang kali oleh Selisky. Penjara, menurut dia, sebenarnya bukan tempat penghukuman, melainkan tempat pesakitan memperbaiki diri. Karena itu, banyak sekali perempuan setengah baya, bahkan nenek-nenek, menjadi anggota staf penjara Port Phillip. Mereka dipilih karena bisa berperan sebagai ibu yang disegani tapi melindungi.

Krak! Tur kemudian masuk ke sebuah bangsal berbau obat kimia yang menusuk. "Selamat datang di bangsal narapidana yang mengalami gangguan mental dan psikologi," kata seorang wanita tua penjaga blok.

Mendengar itu, saya merinding. Segera saya mendekati Nick Selisky, yang tubuhnya besar menjulang. Biar aman. Selangkah masuk, aula dengan tata letak serupa dengan blok lain menyapa. Namun di sini lebih hening, hanya ada suara tek-tok permainan bola pingpong. Membisu dan serius. Penjaga dan perawat ditempatkan lebih banyak daripada biasanya, lengkap dengan beberapa psikolog yang memantau gerak-gerik para pesakitan dari cermin tembus pandang.

Pemilahan serta penempatan terpidana dilakukan tak sembarangan. Selain melihat umur dan gender, manajemen Port Phillip menerapkan tes kejiwaan dan tes minat bakat bagi setiap pesakitan. Maka pihak penjara tahu lingkungan seperti apa yang cocok bagi narapidana. Ada sembilan blok dengan beragam kekhususan, dari blok pemuda hingga blok bagi tahanan dengan gangguan jiwa. "Pemilahan dilakukan agar narapidana bisa beradaptasi lebih baik," kata Selisky.

Sandy Indra Pratama (Truganina)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus