Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Literasi media sosial menjadi kebutuhan penting bagi orang tua supaya bisa mendampingi anak-anak memanfaatkan media sosial secara sehat. Tujuannya agar anak terhindar paparan radikalisme. Begitu kata pengamat yang juga mantan kominioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Maria Advianti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli hendaknya menjadi momentum untuk membentengi anak dari radikalisme dari medsos dan hal negatif lainnya," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menyebut medsos menjadi salah satu alat penyebaran paham radikal yang luar biasa. "Anak-anak ketika mendapat informasi radikalisme, biasanya pertama penasaran, bukan takut. Justru para teroris ini memanfaatkan rasa penasaran anak-anak sehingga menggiring mereka untuk mengakses informasi yang sudah dirancang melalui medsos," jelasnya.
Oleh karena itu, dia meminta orang tua harus ikut aktif mengikuti perkembangan medsos sehingga tidak gagap teknologi terhadap media tersebut. Meski tidak secanggih anak, minimal dengan aktif bermedsos, komunikasi dan pengawasan orang tua terhadap anak bisa lebih baik.
Ilustrasi anak dan orang tua bermain gadget. itechgadget.com
Maria mengatakan melihat ciri-ciri anak terpapar radikalisme tidak mudah. Namun biasanya dengan penampilan mereka lebih mudah mendeteksinya. Akan tetapi, secara umum radikalisme dan terorisme di Indonesia melegitimasi terhadap agama. Padahal, potensi radikalisme ada di enam agama Indonesia. Dia mengatakan salah satu ciri yang mudah diketahui terkait dengan paparan radikalisme adalah pakaian dan perilaku.
"Perlu ada pemahaman terhadap masyarakat agar mereka lebih waspada, biasanya mereka tinggal di kampung, kontrakan, perumahan di pinggiran, dan tidak pemanen. Hal ini harus diwaspadai, ini peran keluarga dan masyarakat untuk mengenali orang di sekeliling mereka," katanya.
Selain itu, keluaga atau lebih khusus orang tua, memberikan perhatian seksama terhadap aktivitas anak, seperti saat mengaji atau sekolah, yang maksudnya orang tua harus selalu mengawasi pelajaran yang didapat anaknya.
"Pasalnya radikalisme bisa disusupkan melalui lagu, kisah, soal pelajaran, seperti jihad, benci kepada orang lain, dan lain-lain," tegasnya.