Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Angka kematian akibat wabah dan jumlah orang yang terjangkit Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia pada 14 Juli.
Positivity rate Covid-19 di Indonesia sudah jauh melampaui standar WHO.
Hampir semua rumah sakit rujukan Covid-19 di Yogyakarta penuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Warga Desa Bangunjiwo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berinisial P meninggal saat antre di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kota Yogyakarta, dua hari lalu. Saat antre, pria berusia 54 tahun itu duduk di kursi di ruang tunggu instalasi gawat darurat rumah sakit rujukan utama Covid-19 tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Warga saya itu belum sempat mendapat penanganan. Dia masih antre. Tahu-tahu kami dapat kabar sudah meninggal di kursi ruang tunggu IGD,” kata Parja, Kepala Desa Bangunjiwo, kemarin.
Parja menceritakan, warganya yang berinisial P itu terpaksa diboyong ke rumah sakit karena kondisinya semakin parah. Awalnya P menjalani isolasi mandiri di rumahnya di Desa Bangunjiwo selama 14 hari. Ia sesungguhnya belum dinyatakan positif menderita Covid-19 karena tak pernah dites usap PCR. Hanya, P menderita sakit yang gejalanya menyerupai Covid-19 dan dia pernah berkontak fisik dengan pasien terjangkit virus corona sehingga masuk kategori suspek.
Menurut Parja, setelah mendapat kabar duka itu, pemerintah desa lantas menjemput jenazah P di RSUP Dr Sardjito. Lalu Satuan Tugas Covid-19 Desa Bangunjiwo menguburkan P layaknya pasien yang terjangkit virus corona.
Kondisi RSUP Dr Sardjito memang sudah sesak dalam dua pekan terakhir. Sesuai dengan data terbaru yang diunduh di website Yankes.kemenkes.go.id kemarin, sebanyak 110 tempat tidur di IGD rumah sakit ini dinyatakan sudah penuh. Bahkan ada 12 orang masuk daftar antrean. Rumah sakit rujukan utama Covid-19 milik pemerintah ini juga sempat mengalami kekurangan oksigen pada 4 Juli, yang menyebabkan 63 pasien meninggal.
Secara umum, hampir semua IGD rumah sakit rujukan Covid-19 di DI Yogyakarta sudah penuh. Dari 57 rumah sakit rujukan di sana, hanya tersisa tiga rumah sakit dengan kondisi IGD masih menyisakan satu tempat tidur.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 juga menunjukkan bahwa laju penularan virus di DI Yogyakarta semakin parah. Jumlah orang yang terjangkit virus per 14 Juli kemarin mencapai 2.731 orang. Angka ini merupakan yang tertinggi di DI Yogyakarta selama pandemi melanda Indonesia.
Kondisi di Yogyakarta ini menjadi gambaran kegawatan pandemi secara nasional. Angka harian penularan Covid-19 di Indonesia per kemarin juga mencatatkan jumlah tertinggi selama masa pandemi, yaitu mencapai 54 ribu orang. Merujuk pada situs Worldometers, website pemantau wabah di dunia, angka harian ini menjadi yang tertinggi di dunia. Jumlahnya bahkan dua kali lipat lebih banyak dari angka harian kasus Covid-19 di Rusia dan Iran. Dua negara ini berada di urutan kedua dan ketiga angka penularan virus per 14 Juli.
Jumlah kematian akibat Covid-19 di Indonesia per hari juga tercatat yang tertinggi di dunia. Kemarin, tercatat 991 orang di Indonesia meninggal karena virus corona. Dua hari sebelumnya, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia menembus 1.000 orang dalam satu hari.
Tercatat 2,67 juta orang terjangkit virus corona di Indonesia sejak pandemi melanda Tanah Air pada Maret tahun lalu. Dari angka ini, 2,1 juta orang di antaranya dinyatakan sembuh. Sebanyak 443 ribu orang lainnya masih terjangkit Covid-19 hingga kemarin.
Kegawatan karena lonjakan jumlah kasus wabah juga sangat terasa di Ibu Kota dan Jawa Barat. Dua daerah ini menjadi penyumbang terbanyak penambahan angka kasus Covid-19, kemarin. Di DKI Jakarta dan Jawa Barat masing-masing bertambah 12.667 dan 10 ribu orang yang terjangkit virus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia, mengatakan pertambahan jumlah kasus baru itu diperoleh dari hasil tes swab PCR terhadap 31 ribu orang. “Jumlah kasus aktif sampai hari ini sebanyak 99.751 orang yang masih dirawat atau isolasi," katanya lewat keterangan tertulis.
Permakaman Covid-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, 9 Juli 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Selama sepekan terakhir, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat positivity rate di Ibu Kota sebesar 43,2 persen. Angka ini jauh di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu sebesar 5 persen. Ahli epidemiologi juga menyimpulkan bahwa situasi wabah tak terkendali ketika positivity rate suatu daerah atau negara berada di atas 10 persen.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengakui tingkat penularan virus di masyarakat semakin tinggi. Ia berdalih pemicu kenaikan jumlah kasus tersebut adalah angka pengetesan Covid-19 yang terus meningkat serta pemerintah memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan data.
Ia menjelaskan, penerapan sistem verifikasi secara otomatis di laboratorium pemeriksa mampu menghilangkan verifikasi berjenjang. Dengan demikian, pelaporan kasus baru menjadi lebih transparan dan tepat waktu. “Walau ada kenaikan jumlah kasus, angka positivity rate kita stabil,” katanya. “Ini sejalan dengan upaya peningkatan testing. Target yang harus dicapai 324 ribu orang yang dites per hari.”
Menurut Nadia, pemerintah akan tetap memperkuat pengetesan dan penelusuran kontak erat dalam mengatasi lonjakan jumlah kasus wabah. “Karena ini kan kasus positif yang masih kami terus deteksi di dalam masyarakat,” ujarnya.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan pemerintah akan memberdayakan masyarakat lewat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro untuk menekan lonjakan angka penularan virus. Pemerintah juga akan mengoptimalkan pos komando tingkat rukun tetangga dan rukun warga. Lalu pemerintah akan memantau dan mengevaluasi PPKM mikro ini secara berkelanjutan.
“Prinsip pengendalian saat ini adalah berjenjang, baik manajemen di fasilitas kesehatan maupun intervensi di hulu atau komunitas,” kata Wiku.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan peningkatan angka kasus harian yang menembus 50 ribu orang per hari bukan sesuatu yang mengagetkan. Ia dan banyak pakar sudah memproyeksi akan terjadi lonjakan angka penularan hingga mencapai ratusan ribu orang yang terjangkit virus setiap hari. Dengan demikian, pemerintah seharusnya menjadikan proyeksi itu sebagai landasan dalam menyusun strategi mitigasi agar prediksi tersebut tidak terjadi.
Menurut Dicky, kegiatan pengetesan memang semakin meningkat sehingga kasus harian Covid-19 juga melonjak. Namun, kata dia, hasil pengetesan tersebut lebih banyak berasal dari orang-orang yang mendatangi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan diri. Ia sekaligus menyarankan pemerintah memperkuat PPKM darurat serta meningkatkan angka pengetesan, pelacakan, dan perawatan untuk mencegah fasilitas kesehatan semakin kolaps karena wabah. “Pengetesan minimal 500 ribu hingga satu juta per hari. Kemudian siapkan strategi karantina wilayah,” kata Dicky.
PRIBADI WICAKSONO (YOGYAKARTA) | EGI ADYATAMA | ADAM PRIREZA | DIKO OKTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo