Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERANG batu mewarnai pelantikan pasangan David A. Hubi dan Nicholas Yigibalom sebagai Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya 2003-2008 di Wamena, 20 Desember lalu. Aksi itu melibatkan massa yang setuju dan menentang pelantikan. Peristiwa tersebut bermula ketika massa penentang pelantikan mendesak bertemu Gubernur Papua, J.P. Solossa, untuk menyampaikan keberatannya itu.
Ketika rombongan gubernur tiba di tempat pelantikan, massa yang pro dan kontra tampak bergabung. Se- tiba rombongan Solossa di gerbang barat kantor DPRD Jayawijaya, massa penentang memaksa masuk. Tindakan itu memancing ke- ributan di antara kedua kelompok.
Petugas keamanan gabungan dari Polres Jayawijaya, Kodim 1702 Jayawijaya, dan Yonif 310/KK terpaksa melepaskan tembakan peringatan. Kapolres Jayawijaya, AKBP Agung Makbul, mengatakan tembakan itu berhasil membubarkan massa penentang pelantikan.
Namun, kepergian mereka dari gedung DPRD disertai saling lempar batu yang mencederai enam orang. Para korban sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi segera diizinkan pulang. Luka-lukanya ringan saja. "Situasi Wamena dan daerah sekitarnya sejak sebelum dan pasca-pelantikan tetap kondusif, aman, dan terkendali," ujar Agung.
12 Napi Papua Diboyong
NASIB 12 narapidana kasus pengibaran bendera Bintang Kejora kini terkatung-katung. Senin pekan kemarin, mereka dipindahkan dari Lembaga Pemasyarakatan (LP) Wamena ke LP Abepura, Jayapura. Menurut Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Polisi Soenarko, tempat penahanan selanjutnya masih menunggu keputusan Kepala Wilayah Kehakiman Papua.
Mereka sedianya akan diterbangkan ke Surabaya pada Minggu (21 Desember), tetapi batal. Soalnya, masih timbul salah paham antara pihak kepolisian dan ke- jaksaan serta pengacara para narapidana. Sesuai dengan putusan pengadilan, yang dikuatkan Mahkamah Agung, kata Soenarko seperti dikutip Tempo News Room (TNR), "Akhirnya, berdasarkan kesepakatan, ke-12 orang ini akan ditahan di luar Wamena, tapi tetap berada di Papua."
Para narapidana kasus pengibaran bendera Bintang Kejora pada 6 Oktober 2000 itu adalah Pendeta Obet Komba, Murjono Murib, Judas Mag, Yohapun Hubi, Frans Hubi, Sudirman Pagawak, Timanus Kogoya, Heri Kosay, Joel Wenda, Agus Serabut, Isaac Wendah, dan Edi Merian.
Gus Fawaid Masih 'Abstain'
K.H. Raden Fawaid As'ad Syamsul Arifin mengaku masih bersikap netral menjelang Pemilihan Umum 2004. Pemimpin Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Desa Sukorejo, Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, itu mengakui banyak pimpinan partai politik yang sowan ke pondoknya. Termasuk, Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) M. Hidayat Nurwahid, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais.
Setelah keluar dari Partai Kebangkitan Bangsa, November lalu, Gus Fawaid sapaan akrabnyamengaku masih merenung untuk memilih partai yang tepat. Suatu saat, ia akan menentukan pilihan pada satu partai yang mau dan mampu memperjuangkan kemajuan, ke-makmuran, serta kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Ia membantah telah masuk PPP. "Soal katanya saya masuk ke PPP memang benar, tapi bukan PPP yang partainya Pak Hamzah, melainkan Persatuan Penga- suh Pesantren," kata Gus Fawaid.
Namun, ia tak mengelak bahwa banyak santrinya telah menetapkan pilihan. Mantan Ketua Dewan Syuro Dewan Pengurus Cabang PKB Kabupaten Situbondo itu membebaskan santrinya menentukan pilihannya sendiri, karena itu hak asasi mereka. "Yang jelas, pondok tak mengeluarkan instruksi harus memilih partai yang mana, terserah mereka. Kita wait and see dululah, karena pemilu masih lama," ujarnya.
Kiemas Jumpa Haz
TAUFIQ Kiemas sowan ke kediaman Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Hamzah Haz, di Jalan Diponegoro, Jakarta, Selasa pekan kemarin. Dalam per- temuan sekitar satu jam itu, Taufiq disertai Ketua Fraksi PDIP di DPR, Tjahjo Kumolo, dan Wakil Sekjen Pramono Anung. Sementara itu, Hamzah didampingi Ketua DPP PPP Ali Marwan Hanan dan Sekjen Yunus Yosfiah. Sebelumnya, Taufiq sudah berkunjung ke Hasyim Muzadi dari PBNU dan Ketua Partai Golkar Akbar Tandjung.
Suami Presiden Megawati Soekarnoputri itu memilih diam ketika keluar dari ruang pertemuan. Rupanya, Yunus Yosfiah, Tjahjo, dan Pramono yang ditunjuk menjurubicarai. Kata Yunus, per-te-muan kedua tokoh itu hanya silaturahmi. Tapi, mereka membicarakan perihal pemilu dan upaya me-muluskan pelaksanaannya. "Karena disinyalir ada kelompok-kelompok yang berniat menggagalkan pemilu," kata Yunus, tanpa merincinya. Kedua partai sepakat mengerahkan satuan tugas untuk membantu TNI dan Polri mengamankan pemilu.
Baik Yunus, Tjahjo, maupun Pramono membantah bila dikatakan pertemuan itu sebagai upaya menggalang kembali duet Mega-Hamzah pada Pemilu 2004. Mereka juga membantah kemungkinan koalisi PDIP-PPP. Menurut Yunus, koalisi belum dibicarakan, karena PPP baru memikirkan koalisi setelah pemilu legislatif. Tapi Pramono mengakui PDIP terbuka berkoalisi dengan partai mana pun.
FBI: TNI 'Bersih' Timika
JAJARAN TNI sementara boleh bernapas lega. Pasalnya, Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) menyatakan belum menemukan bukti keterlibatan TNI dalam kasus penembakan yang menewaskan tiga karyawan PT Freeport Indonesia di Timika pada 2002. Inilah kesimpulan sementara penyelidikan FBI di lapangan dan uji balistik atas selong- song peluru yang ditemukan di tempat kejadian.
Komandan Pusat Polisi Militer, Mayjen TNI Sulaiman A.B., mengatakan dugaan keterlibatan TNI pada kasus yang menewaskan dua warga AmerikaTed Burcon dan Rickey Spearitu ternyata tak terbukti. Tim FBI sudah tiga kali menyelidiki langsung ke Timika. "Sampai saat ini, tidak ada indikasi atau bukti keterlibatan TNI dalam kasus penembakan itu," tutur Sulaiman menurut Koran Tempo, Selasa pekan silam.
Tim FBI juga mengembalikan barang bukti berupa 70 selongsong peluru kepada TNI. Sebagian selongsong, kata Sulaiman, diambil dari tempat kejadian, sedangkan sisanya milik Batalion 515 Kodam Trikora, yang ber- tugas di sekitar Freeport saat penembakan terjadi. "Setelah diuji di laboratorium milik AS, hasilnya tidak ada kecocokan," katanya.
Uji balistik dilakukan dengan membandingkan kedua proyektil peluru dan selongsongnya. Menurut Sulaiman, peluru milik Batalion 515 itu ditembakkan dan selongsongnya diminta supaya dibawa ke Amerika sebagai pembanding. Ia menambahkan, tidak tertutup kemungkinan FBI akan melanjutkan penyelidikannya di Indonesia. "Itu kewenangan mereka (FBI), dan kita menghargai langkah mereka," ujarnya.
Burcon dan Spear tewas dalam aksi penghadangan dan penembakan iring-iringan kendaraan yang mereka tumpangi di Jalan Raya Timika Mil 62-63, Tembagapura, 31 Agustus 2002. Bersama mereka, tewas pula karyawan Freeport lainnya, F.X. Bambang Riwanto, sedangkan 12 lainnya luka-luka.
Said Agil Digugat
ADA kado istimewa buat Menteri Agama Said Agil AlMunawar memasuki tahun 2004. Sebanyak 123 calon haji asal Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, yang gagal berangkat ke Arab Saudi bakal menggugat Menteri Agama. Menurut pengacara para calon haji, M. Anshoroel, class action itu akan didaftarkan di satu pengadilan negeri di Jakarta pada 2 Januari 2004.
Mereka akan menuntut ganti rugi Rp 15 juta per orang. Alasannya, pembatalan pemberangkatan haji itu telah merugikan para calon haji, baik moril maupun materiil. "Jemaah haji sudah melakukan manasik dan sudah membayar," kata Anshoroel di Surabaya, menurut TNR, Selasa pekan silam.
Kata Anshoroel, haji adalah proses jual-beli. Sebagai penyelenggara haji, pemerintah/Menteri Agama adalah penjual, sedangkan masyarakat pembeli. Pembatalan itu dianggap ingkar janji dan melanggar Undang-Undang No. 17/1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Raider Segera ke Aceh
TNI akan segera mengirim tiga dari 10 Batalion Raider ke Aceh, pekan depan. Ini tugas pertama mereka di Tanah Rencong setelah diresmikan, Senin pekan silam. Batalion Raider dibentuk dengan membekukan delapan satuan Yonif pemukul Kodam dan dua satuan Yonif Kostrad. "Selain sebagai kekuatan penangkal, pasukan Raider ini juga disiapkan sebagai pasukan penindak terhadap semua musuh negara," kata Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu.
Pembentukan 10 Batalion Raider itu, kata Ryamizard, untuk mengimbangi kekuatan persenjataan tentara Indonesia yang ketinggalan. Mereka disiapkan untuk menindak musuh dalam perang modern, gerilya, dan perang berlarut. "Sekarang, dengan besarnya jumlah pasukan dan kemampuan tempur tinggi, tentara kita tidak akan minder lagi," katanya.
Pasukan Raider sangat dibutuhkan, kata dia, karena letak geografis Indonesia dan sumber daya alamnya jadi incaran pihak asing. Ia meyakini sudah ada indikasi penyusupan mereka ke Indonesia. "Hal itu ditandai dengan masuknya intelijen yang mengadu domba TNI," katanya, seperti dikutip Koran Tempo.
Menurut Danjen Kopassus, Mayjen TNI Sriyanto, 50 orang dari tiap batalion akan dilatih kembali 3-4 bulan, seperti antiteror, untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo