Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sudah kering, lapar lagi

Propinsi ntt memiliki daerah tandus yang luas. karena itu pekan penghijauan ke-19 dipusatkan di desa bismar & akan diresmikan oleh presiden soeharto.(dh)

22 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEN Mboi harus bekerja lebih keras. ~Gubernur Nusa Tenggara Timur ini menghadapi tantangan keras keadaa~n alam yang tidak menguntungkan. Ada 10% dari 20 juta ha tanah kritis di Indonesia terletak di daerahnya. Itu berarti 2 juta ha atau 40% dari 49.377 kmÿFD luas wilayah NTT. Hanya 3 kabupaten -- Manggarai, Sumba Barat dan Ngada -- yang bisa disebut "sedikit subur" sedang 9 kabupaten lain dinyatakan rawan. Itulah sebabnya Ben gandrung pada penghijauan. Menyadari tanah di wilayahnya sulit ditumbuhi tanaman pangan, ia menganjurkan rakyat menanam tanaman perdagangan seperti kelapa, kapuk, kemiri, jambu mente, coklat, cengkih. Dengan tanaman keras yang bisa diperdagangkan, Ben berharap daya beli rakyat bisa agak lebih tinggi, ia juga tak henti-henti mengajak warganya bekerja keras. Tapi dengan ajakan tadi, akhir-akhir ini muncul pembicaraan di NTT tentang adanya semacam "kerja rodi" gaya Ben Mboi. Gubernur ini mencanangkan wajib tanaman perdagangan bagi lembaga-lembaga pemerintah, lembaga sosial, keagamaan dan pendidikan, juga perorangan. saik di halaman rumah, kebun atau tanah kosong lainnya. Ini diperkuat dengan Peraturan Daerah yang disetujui DPRD akhir bulan lalu. Bahkan juga disetujui untuk membagikan bibit tanaman keras kepada rakyat dengan cuma-cuma. Persediaan Bibit Dimakan Begitu pentingnya penghijauan di NTT, hingga Pekan Penghijauan Nasional ke-19 dipusatkan di NTT dan dibuka Presiden Soeharto 17 Desember, 3 hari sebelum ulangtahun ke-21 provinsi ini. Kegiatan ini dipusatkan di desa Bismar, antara Kupang-Baun di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang. Sebelumnya, pertengahan bulan lalu, dalam Kursus Penyuluhan Penghijauan di Nule, semua bupati juga sudah wanti-wanti dipesan bahwa penghijauan, di samping koperasi, merupakan syarat konduite baik bagi mereka. Setiap desa dalam Pelita III ini juga, setiap tahun harus menghijaukan 30 ha tanahnya. "Dengan begitu, mudah-mudahan luas tanah kritis di NTT sudah hijau dalam tempo 20 tahun," kata Gubernur. Jumlah desa di sana 1.720 buah. Malangnya, ada daerah yang sulit dihijaukan. Misalnya Kecamatan Sabu Barat. "Masyarakat di sini percaya, bahwa menanam kembali pohon lontar bisa mengakibatkan kematian anggota keluarga," keluh Camat Sanusi. Untunglah ada kepala desa yang menyumbangkan tanah 25 ha untuk dihijaukan dengan turi, kelapa, pepaya. Keadaan alam yang keras seperti itu merupakan penyebab. kekurangan pangan yang parah, seperti yang lagi-lagi muncul bulan lalu karena kegagalan panen akibat hama tikus awal tahun ini. Hujan juga enggan turun. Bahkan di Sumba Timur, sampai bulan ini masih kehausan. Di Kecamatan Lewa bibit padi kekeringan dan hampir di seluruh daerah persediaan bibit padi ludes buat dimakan sehari-hari. Bantuan pangan sebagai penanggulangan bahaya kelaparan jangka pendek, memang sudah berdatangan. Malangnya, untuk menyampaikannya ke pelosok terlambat. Banyak jalan yang hanya bisa dicapai dengan jalan kaki atau berkuda. Memang tidak mudah mengajak rakyat bercocok tanaman pangan. Selain cara bercocok tanam seperti di Jawa misalnya merupakan hal baru, masih banyak kepala suku atau kepala adat enggan membagi tanah buat rakyat kecil. Hujan di NTT cuma 80 hari alias 3 bulan, selebihnya kemarau panjang. Repotnya pula, studi mengenai tanah kering yang agak lama menjadi gagasan pihak Universitas Nusa Cendana, sampai kini belum ada hasilnya, sebab memang belum dimulai. "Studi itu akan kami mulai tahun depan, sebab masih terbentur kesulitan tenaga pengajar," kata Frans E. Likadja, Rektor Undana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus