Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PARA puan ini boleh jadi tak pernah saling mengenal. Ada yang berasal dari pelosok Sumatera, menetap di tengah Jawa, bergerak di semenanjung Celebes, atau bergiat di Ibu Kota. Namun irama napas mereka sama. Mereka semampunya merentangkan tangan untuk melindungi segelintir satwa liar yang masih berderap, sepetak rimba yang belum rusak, atau setitik laut yang belum tercemar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Kabupaten Bengkalis, Solfarina tergerak oleh seekor gajah yang terluka untuk mendirikan Rimba Satwa Foundation. Bersama suami dan rekan-rekannya, Solfarina memastikan kawanan gajah yang masih tersisa di Suaka Margasatwa Balai Raja dan Giam Siak Kecil, Riau, tetap bertahan meski habitat mereka terus digerus manusia. Dari Aceh, dua perempuan menolak kenyamanan agar alam tetap terpelihara. Rosa Rika Wahyuni akan bergegas untuk mengobati satwa terluka. Sementara itu, Fawriza Farhan mendirikan Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh untuk menjaga Kawasan Ekosistem Leuser.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Gorontalo, Nurain Lapolo mengabdikan diri untuk menjaga mangrove di sebuah desa suku Bajo yang membabat tanaman itu karena dikira beracun. Kini mangrove telah melebat dan suku Bajo pun merasakan manfaat. Dari dasar segara penuh sampah di Kepulauan Seribu, penyelam Swietenia Puspa Lestari bergerak melenyapkan plastik yang berserak. Di daratan pun ia bergiat agar sampah plastik tak bermuara ke samudra.
Kelima perempuan penjaga ini kami pilih agar api yang ada di tangan mereka dapat dinyalakan juga oleh penjaga-penjaga berikutnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo