Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perempuan-perempuan Brandt

Kisah hidup Willy Brandt penuh drama percintaan dengan sejumlah perempuan. Salah satu istrinya mengakui dia sebagai pria flamboyan.

8 Juni 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Willy Brandt dan Getrud Meyer, 1939.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPUCUK surat tiba di rumah Willy Brandt pada Desember 1970. Surat itu hanya berselang beberapa hari setelah sang politikus mendapat Hadiah Nobel Perdamaian atas upaya rekonsiliasinya setelah Perang Dunia II. Pengirimnya, Gertrud Meyer, seorang perempuan dari masa lalu Brandt. Meyer merasa diabaikan karena tidak masuk daftar tamu undangan Brandt saat menerima penghargaan. “Saya mesti mengakui bahwa saya mengharapkan undangan dan saya mempertimbangkan itu sebagai apresiasi atas kerja sama kami pada masa lalu,” kata Meyer dalam sebuah tulisan di museum Willy Brandt Haus.

Tulisan yang tersimpan di museum itu merupakan salah satu jejak kisah cinta Brandt dengan sejumlah perempuan. Meyer adalah cinta pertama Brandt. Kisah asmara dua sejoli itu berlangsung dalam situasi politik yang tak menentu di Jerman seusai Perang Dunia. Adolf Hitler naik ke pucuk kekuasaan dan menguasai pemerintah. Saat itu, di kalangan anak muda muncul tren sikap anti-pemerintah. Meyer dan Brandt adalah aktivis muda anti-Nazi. Suatu hari, Meyer ditangkap polisi karena menyebarkan poster anti-Nazi di Lübeck. Dia pun dipenjara selama lima minggu. Setelah bebas, Meyer mengikuti seorang aktivis remaja, Herbert Ernst Karl Frahm alias Willy Brandt, menjadi eksil di Norwegia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Willy Brandt dan Brigitte Seebacher, 1985.

Hidup sebagai eksil boleh dibilang sangat menyusahkan bagi Brandt remaja. Beruntung ada Meyer, yang belakangan bekerja sebagai asisten Wilhelm Reich, psikoanalis berkebangsaan Austria, di Oslo. Berkat penghasilan dari Meyer inilah keduanya yang semula tinggal di sebuah apartemen kecil di pinggiran Oslo pindah ke tempat yang lebih layak. Hubungan keduanya berlangsung selama sekitar delapan tahun. Pada 1939, Meyer pindah ke New York, Amerika Serikat, mengikuti bosnya. Dari Negeri Abang Sam, Meyer mengusahakan visa untuk Brandt. Namun upaya itu tak membuahkan hasil. Hubungan keduanya pun kandas meskipun belakangan Meyer kembali ke Norwegia.

Kisah Meyer dan Brandt disinggung dalam buku yang ditulis Gertrud Lenz berjudul Gertrud Meyer - A Political Life in the Shadow of Willy Brandt. Gemma Pörzgen, jurnalis Jerman, mengulas buku ini dalam tulisan berjudul “Brandts Gefährtin im Norwegischen Exil” (Pasangan Brandt selama Periode Eksil Norwegia) di situs Deutschlandfunk. Kandasnya hubungan dengan Brandt membuat Meyer dilanda frustrasi dan jatuh ke krisis emosional yang dalam. Dia berusaha melupakan Brandt. “Tapi itu susah, saya merasa sendirian,” tulis Pörzgen menggambarkan perasaan Meyer.

Sebelum Meyer pergi, Brandt telah mengenal seorang perempuan. Namanya Carlota Thorkildsen, bekerja sebagai sekretaris di Institute for Comparative Cultural Research di Oslo. Dia bertemu dengan Brandt, yang usianya delapan tahun lebih muda, pada 1935. Belum ada bibit cinta yang tumbuh di antara mereka. Kisah cinta mereka baru bersemi setelah Meyer hijrah ke Amerika Serikat pada 1939. Hubungan mereka menghasilkan seorang putri bernama Ninja Frahm, yang lahir pada 30 Oktober 1940. Setahun setelah kelahiran putri mereka, keduanya secara resmi mendaftarkan pernikahan di Stokholm, Swedia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Willy Brandt bersama putrinya, Ninja, dan istrinya Carlota Thorkildsen di Stockholm, 1944.

Di tengah pernikahan ini, Brandt jatuh cinta kepada Rut Bergaust pada 1944. Mulanya Bergaust banyak membantu urusan rumah tangga Brandt dan Thorkildsen. Belakangan, hubungan Brandt dan Bergaust menjadi lebih dari sekadar rekan biasa. Kisah cinta keduanya membuat pernikahan dengan Thorkildsen di ambang krisis. Sempat berpisah apartemen, keduanya kembali tinggal bersama. Namun hubungan itu mengalami krisis parah pada 1945 sehingga mereka memutuskan bercerai. Perceraian keduanya baru disahkan pada 1948. Ninja Frahm mengatakan ayahnya adalah orang yang susah berkomunikasi di ruang privat dan kerap tak terjangkau. “Tapi saya tak pernah merasa dia meninggalkan saya,” kata Ninja dalam wawancara dengan Zeit Online pada 18 November 2013.

Kehidupan bersama Bergaust sekaligus memulai babak baru bagi karier politik Brandt. Dengan pasangannya itu, Brandt pindah ke Berlin. Pernikahannya dengan Bergaust menghasilkan tiga anak, yakni Peter, Lars, dan Matthias. Bergaust adalah perempuan yang jauh dari ingar-bingar politik. Dia hanya berfokus pada kehidupan rumah tangga, membesarkan tiga anaknya. Bergaust mengajari tiga anaknya bahasa Jerman meskipun untuk alasan tertentu keluarga ini juga berbicara dalam bahasa Norwegia.

Bergaust menjadi salah satu tulang punggung kesuksesan politik Brandt. Dia ikut mendongkrak popularitas Brandt sebagai politikus di Berlin. Dia kerap disebut sebagai Jacqueline Kennedy—istri Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy—ala Jerman. Masyarakat Berlin menyukai Bergaust karena sikapnya yang bersahaja dan penampilannya yang elegan di depan publik. Meskipun tampak harmonis di depan publik, rumah tangga mereka tak lepas dari kerentanan. Apalagi suatu hari Brandt pernah kepergok mengirim surat cinta kepada seorang perempuan bernama Susanne Sievers. Belakangan, Brandt juga menjalin hubungan dengan perempuan lain bernama Heli Ihlefeld, yang notabene sahabat karib Bergaust. Keduanya kemudian berpisah pada 1979 dan diikuti perceraian secara resmi pada 1980.

Heli Ihlefeld, 1969.

Di tengah hubungan yang gonjang-ganjing dengan Bergaust, Brandt juga kedapatan menjalin hubungan dengan Brigitte Seebacher. Perempuan ini jurnalis yang bertugas di Komite Eksekutif Partai Sosial Demokrat, tempat Brandt berkarier. Brandt berhasil menarik Seebacher dari jurnalis menjadi penulis pidato untuk partai tersebut. Relasi ini memungkinkan Seebacher dan Brandt kerap bepergian ke luar negeri dalam berbagai kunjungan politik. Keduanya kemudian melangsungkan pernikahan secara resmi pada 9 Desember 1983 di Public Records Office, Unkel, yang jauh dari ingar-bingar media. “Brigitte memberi Brandt sebuah sensasi apa yang biasanya anak muda diskusikan,” tulis John Vinocur dalam “Willy Brandt Emerging from Political Shadows” yang terbit di The New York Times pada 15 Juni 1981.

Di luar empat nama itu, Brandt juga ketahuan memiliki kisah cinta dengan Heli Ihlefeld, jurnalis majalah Stern. Kisah cinta ini terungkap tak lama setelah Brandt meninggal pada 8 Oktober 1992. Salah satu yang mengungkap hubungan Brandt dengan Ihlefeld adalah mantan istrinya, Brigitte Seebacher. Dalam satu kesempatan, kepada Seebacher, Brandt sempat mengakui bahwa Ihlefeld adalah perempuan yang sangat dia cintai. Kisah asmara Brandt dengan sejumlah perempuan itu diakui sendiri oleh mantan istrinya, Rut Bergaust. “Dia memang pria flamboyan,” ucap Bergaust.

WAYAN AGUS PURNOMO
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Wayan Agus Purnomo

Wayan Agus Purnomo

Meliput isu politik sejak 2011 dan sebelumnya bertugas sebagai koresponden Tempo di Bali. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk menyelesaikan program magister di University of Glasgow jurusan komunikasi politik. Peraih penghargaan Adinegoro 2015 untuk artikel "Politik Itu Asyik".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus