Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEHARI setelah Mahkamah Konstitusi mengukuhkannya sebagai presiden terpilih pada 21 Agustus 2014, Joko Widodo secara resmi dikawal Pasukan Pengamanan Presiden. Prosedur protokoler mengharuskannya menaiki mobil Mercedes-Benz tahan peluru serta dikawal tiga mobil dan tiga sepeda motor sebagai perintis di barisan paling depan.
Seperti ketika memberikan pidato dalam Penghargaan Pemimpin Muda Inspiratif di Kemang Village, Jakarta Selatan, dua hari setelah putusan Mahkamah itu, Jokowi menyatakan agak kagok. "Hari ini saya agak bingung karena dikawal Paspampres," katanya disambut tawa hadirin.
Jokowi keki karena jumlah pengawal begitu banyak. Terdiri atas tujuh mobil yang menghimpun jip polisi militer, jammer, mobil cadangan Kijang Innova, Paspampres II, dan sedan patroli pengawalan (patwal). Dua grup voorrijder sepeda motor perintis dengan sirene meraung di barisan paling depan. Biasanya ke mana-mana paling banter ia diiringi lima orang: sopir, dua ajudan, dan dua pengawal jalan yang naik sepeda motor.
Saat masih menjadi Gubernur Jakarta pun pengawalannya unik. Pasukan sepeda motor perintis yang membunyikan sirene biasanya di depan mobil yang dikawal, tapi untuk Jokowi mereka berada di belakang. "Jadi justru mereka yang saya kawal," katanya kepada Tempo. Gaya begini bukannya tanpa masalah. Ketika Jokowi berkunjung ke Kementerian Pekerjaan Umum, penjaga menahan dia karena tak memakai kendaraan dinas gubernur, sementara motor pengawal tertahan di belakang akibat macet.
Selama menunggu pelantikannya sebagai presiden pada 20 Oktober 2014, Jokowi masih melakukan kegemarannya sebagai Gubernur Jakarta, yakni blusukan. Karena risi dengan pakaian resmi para pengawal-safari dan batik untuk kegiatan harian dan jas saat acara resmi-ia meminta mereka memakai kemeja lengan pendek. "Dia bilang sumuk melihat pengawal memakai lengan panjang saat blusukan," kata Mayor Anan Nurakhman, Ketua Satuan Tugas Paspampres, awal Oktober lalu.
Memakai kemeja lengan pendek, menurut Anan, baru kali itu terjadi sepanjang sejarah Paspampres. Aturan lain yang diubah Jokowi adalah jarak pengamanan yang bakunya setiap presiden minimal 20 meter dari kerumunan orang banyak. Jokowi meminta jarak itu dihapus dengan alasan tak bebas jika ia bertemu dengan masyarakat. "Bapak tak pernah menolak jika ada masyarakat yang meminta foto bersama," kata Anan.
Jokowi mengubah paradigma pengamanan pejabat yang selama ini berlaku. Dalam dunia pengamanan, seorang pengawal presiden mesti siap sedia memasang semua indra terhadap ancaman, apalagi jika pejabat itu berada dalam kerumunan. Jokowi membaliknya. Ia ingin saat blusukan nanti dikawal beberapa petugas saja. Menurut dia, saat blusukan peluang orang berbuat jahat justru kecil. "Masak, ada yang mau membunuh saya mencegat di pasar? Kan, tak ada yang tahu saya berkunjung ke sana," katanya enteng.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seorang militer yang taat protokoler, pernah terluka saat bersalaman dengan orang ramai ketika berkunjung ke Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada Maret lalu. Sejumlah pengawalnya dengan sigap membentuk barikade begitu jari Yudhoyono terlihat mengucurkan darah. Mereka bersiap menghalau kerumunan dan meredam lambaian tangan.
Tanpa diduga, Yudhoyono menahan gerak para pengawal dengan tangan kirinya. "Jangan!" ia berteriak, seperti dituturkan seorang petinggi Paspampres yang mengawalnya ketika itu. "Mereka sama sekali tak berniat melukai saya." Salaman terus berlanjut meski luka di tangan Presiden terus mengeluarkan darah.
Menurut petinggi Paspampres ini, selalu ada risiko tak terduga jika seorang presiden berbaur dengan massa. Namun, kata dia, keinginan dan kenyamanan tiap presiden tetap diutamakan meski prosedur bakunya sudah disusun dengan rapi. Saat tangan Yudhoyono terluka itu, protokoler menggariskan, para pengawal mesti mengisolasi Presiden dari massa yang merangsek.
Selama menjadi presiden, Yudhoyono dikawal satu unit pengawal yang terdiri atas 22 mobil dan sepeda motor. Saat berkunjung ke daerah, satu tim pengawal lebih dulu tiba di lokasi sehari sebelumnya dan pulang sehari setelahnya. Mereka akan mensterilkan lokasi tempat kunjungan Presiden dan menjaganya enam jam sebelum acara. Pengamanan ini juga berlaku untuk ibu negara.
Agaknya prosedur ini masih canggung dilakoni Jokowi dan istri serta anaknya. Menurut Jokowi, Iriana tak terlalu nyaman ke mana-mana dikawal. "Istri saya masih suka beberes rumah," katanya. "Kalau sedang mencuci ditungguin kan repot juga." Bahkan suatu kali ia berkomplot dengan istrinya melarikan diri ke Solo, rumah mereka, tanpa pengawalan. Pelarian Iriana itu sukses, tapi Jokowi diprotes Paspampres. Sebagai kompromi, enam pengawal kemudian menyusul Iriana ke Solo.
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga termasuk yang risi dikawal begitu ketat. Pada 2005, ketika ia menjadi wakil presiden semasa Yudhoyono, bibinya di Makassar marah-marah. Pasalnya, rumah sang bibi digeledah dan dipasangi pendeteksi logam di pintu masuk karena Kalla akan mengunjunginya di sela-sela kunjungan resminya. "Setelah saya paham prosedurnya, pengawal saya beri tahu setengah jam sebelumnya, sehingga tak ada pemeriksaan," kata Kalla.
Prosedur pengamanan yang menyiapkan pejabat negara beberapa jam sebelumnya juga membuat pejabat lokal menyiapkan penyambutan tak alamiah. Kalla sering melihat jalan-jalan yang dilaluinya mulus dan terlihat baru diperbaiki. Karena itu, ia selalu mengubah rute dan memilih jalan yang rusak. "Jadinya semua jalan merata diperbaiki jika saya mau berkunjung," kata Kalla.
Komandan Paspampres Mayor Jenderal Doni Monardo tak mempersoalkan gaya Joko Widodo ataupun Jusuf Kalla dalam hal pengawalan. Ia lebih senang bercerita tentang jadwal rutin yang harus dilakukan anak buahnya setiap hari. Menurut dia, para pengawal menggelar apel pagi setiap pukul 06.30 di Markas Komando Paspampres di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Setelah apel, setiap personel melakukan kegiatan olahraga untuk menopang kebugaran dan keahlian. Di Markas Paspampres, segala fasilitas olahraga tersedia: fitness, sauna, trek lari, ruang menembak statis dan bergerak, serta kolam renang. Menjelang siang, kelompok pengawal berlatih mengemudikan kendaraan di tengah lapangan.
Menurut Doni, pengawal presiden merupakan gabungan dari empat angkatan tentara yang diseleksi dengan ketat dan memiliki nilai paling baik. Selain postur tubuh tak boleh kurang dari 180 sentimeter, mereka yang lulus seleksi mesti ahli menembak dan lulus tes psikologi serta logika. Prajurit yang lolos akan menjalani pelatihan selama tiga bulan di Detasemen Latih Lawang Gintung di Bogor.
Jika tak sedang bertugas, setiap anggota pengawal wajib mengasah keterampilan dan kemampuan dalam teknik pengamanan presiden. Mereka dituntut prima fisik dan prima pikiran saat bertugas. "Kami sudah dilatih untuk siap dalam kondisi apa pun," kata Mayor Anan.
Gaya Jokowi, Prosedur SBY
JOKO Widodo ingin pengawalannya simpel agar tak memacetkan jalan jika ia lewat. Jumlah pengawalnya pun dipangkas drastis dibanding pengawalan untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ini pantauan langsung kedua kepala negara:
Rangkaian Pengawalan SBY
Rangkaian Pengawalan Jokowi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo