Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pertamina Pangkas Investasi dan Beban Operasi

Efisiensi belum menyentuh celah pemburu rente.

26 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Efisiensi belum menyentuh celah pemburu rente.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memangkas rencana belanja modalnya sebesar US$ 4,8 miliar (sekitar Rp 69 triliun). Jumlah itu turun Rp 17,3 triliun dari target sebelumnya Rp 86,7 triliun. Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Gigih Prakoso, mengatakan pemangkasan perlu dilakukan untuk mengurangi risiko keuangan. Dia mengklaim perusahaan hanya mencoret investasi yang belum mendesak. "Setelah kami review hanya 80 persen yang bisa dilaksanakan tahun ini. Proyek yang tak penting kami mundurkan," ujar Gigih kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proyek yang dimaksud Gigih adalah rencana renovasi sejumlah kantor Pertamina. Selain itu, proyek yang tak berhubungan dengan aktivitas produksi maupun pemasaran minyak dan gas bumi, seperti pembangunan apartemen dan pusat belanja, turut ditunda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertamina juga menunda anggaran proyek yang tak bisa diselesaikan tahun ini. Contohnya pembangunan tangki bahan bakar minyak di sejumlah wilayah di Indonesia timur. Ini adalah penugasan dari pemerintah sejak Mei tahun lalu.

Gigih mengklaim Pertamina tak menunda belanja modal untuk proyek strategis. Investasi di sektor hulu migas tahun ini juga tetap berjalan sesuai dengan rencana. "Program-program besar tak kami batalkan, seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 dan Jambaran Tiung Biru."

Keuangan Pertamina tertekan sejak tahun lalu karena kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah. Kondisi ini diperparah oleh harga minyak yang naik dari rata-rata US$ 55 per barel tahun lalu menjadi US$ 70 per barel sepanjang semester I tahun ini. Walhasil, beban perusahaan naik dari US$ 30,2 miliar pada 2016 menjadi US$ 38 miliar tahun lalu.

Demi menghindari risiko keuangan yang lebih besar, pemerintah menambah subsidi bahan bakar minyak dan liquefied petroleum gas (elpiji) sebesar Rp 103,48 triliun. Angka tersebut melonjak dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 sebesar Rp 46,86 triliun. Pekan lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani berpesan supaya Pertamina bisa bertahan dari tekanan makroekonomi melalui efisiensi dan perbaikan tata kelola. "Kami meminta Pertamina memperbaiki tata kelola, melakukan efisiensi, mengurangi kebocoran, bahkan korupsi. Sebab, program penugasan kami tetap jalankan secara konsekuen," kata dia.

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengemukakan perusahaannya tetap menjalankan penghematan biaya operasi. Targetnya, tahun ini efisiensi perusahaan bisa mencapai Rp 4 triliun. Arief mengakui bahwa nilai penghematan sangat kecil ketimbang beban yang harus ditanggung perusahaan setiap tahun, yaitu sekitar Rp 500 triliun. "Ini memang masih harus dibantu dengan hal-hal lain," tutur Arief.

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, menilai target efisiensi Pertamina tahun ini sangat kecil. Menurut dia, Pertamina belum menyentuh efisiensi di bidang pengadaan minyak yang selama ini menjadi celah pemburu rente. Tanpa efisiensi besar-besaran, kata Fahmy, Pertamina akan terus berhadapan dengan potential loss. "Efisiensi harus digencarkan, kalau tidak keuangan Pertamina semakin berbahaya," kata dia. ROBBY IRFANY


Penghematan Terendah dalam Tiga Tahun

Pemerintah menuntut Pertamina melakukan efisiensi besar-besaran agar kinerja keuangannya tetap prima, di tengah tekanan harga minyak dunia dan kenaikan kurs dolar Amerika Serikat. Pertamina menargetkan efisiensi Rp 4 triliun sepanjang tahun ini, dari pengurangan beban operasi. Ini merupakan angka penghematan terendah dalam tiga tahun terakhir.

Rencana penghematan 2018
- Biaya pengadaan minyak mentah US$ 259 juta.
- Pengendalian losses di kilang dan optimalisasi fasilitas US$ 164 juta.
- Pengendalian biaya operasi semua direktorat US$ 200 juta.
- Efisiensi operasi di lapangan minyak Aljazair US$ 17,4 juta.
- Efisiensi aktivitas lainnya US$ 10,2 juta.

Penghematan belanja modal/investasi 2018
- Penundaan renovasi kantor.
- Penundaan pembangunan apartemen di Medan, Sumatera Utara.
- Penundaan pembangunan tangki BBM di Indonesia timur.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus