SEPANDAI-pandai maling berkili-kili, ya, bertekuk lutut juga di kaki polisi. Semula, polisi resor Kota Padang sempat pening. Dua tahun terakhir, si maling mulus menyikat brankas di sejumlah kantor swasta dan Pemerintah. Misalnya, milik sekolah, kantor camat, Balai Latihan Kerja di Pauh V. Bahkan, Kantor Kejaksaan Negeri Padang pun digerayangi. Di tempat kejadian, tidak pernah tercecer sesuatu yang mungkin menyingkap penyidikan. Belum lagi rangkaian kejadian itu terungkap, eh, digotong pula peti besi milik kantor PT Tani Subur di Jalan Veteran. Lima juta rupiah menguap, pertengahan bulan lalu. Dan kali ini petugas memergoki seonggok tinja di tempat kejadian -- satu model maling untuk menyirap orang seisi rumah. Temuan semerbak itu mendorong petugas mengingat-ingat siapa gerangan langganan polisi yang punya tradisi buang hajat untuk melumpuhkan korbannya. Lemari arsip dibuka. Setelah dikebet satu per satu maka, dalam catatan 1984, ketemu nama Bujang Purwanto, maling yang menganut "aliran buang bom" itu. Warga Desa Simpang Tiga, Kabupaten Pasaman, itu pun diintai. Sebab, selain residivis, dan sehari-hari tak punya kerja jelas, menurut laporan intel, ia baru membeli pick-up Toyota Kijang. Ketika polisi mendatangi rumahnya, Bujang, 31 tahun, gagal kabur lewat jendela dari kamar istrinya. Semula, ia menyanggah mengupak kantor PT Tani Subur. Tapi, ketika polisi menyodori onggokan tinja itu, Bujang tak berkutik. Bukan karena si tinja ditaruh di bawah hidungnya, melainkan karena gagap menjelaskan asal-usul uang pembeli mobil baru itu. Bujang lalu "menyanyi". Hampir selusin nama komplotannya disebut satu demi satu. Dari operasi selama ini, mereka panen sekitar Rp 150 juta. Ada yang membeli mobil seperti dia, ada yang menyimpan di bank, dan ada yang menggunakan untuk modal usaha. Dari info Bujang, polisi menangguk Epi Syamsu, 29 tahun, Ramli Tonik, 24 tahun, dan Ujang Kuciang, 30 tahun, masing-masing di Pekanbaru, Padang, dan Pasaman. Sejumlah nama lain masih dirahasiakan, namun sumber di kepolisian menyebut sudah mencium jejak mereka, misalnya, ada yang kini bersembunyi di Jakarta. Menurut Bujang, ia tak selamanya ikut dalam aksi. Sebab, sesuai dengan kepercayaannya, ia tak akan beroperasi jika tidak kebelet buang hajat. "Saya baru berani kalau merasa bisa berak di sana," kata pria berperawakan sedang dan berkulit kuning ini. Dengan membuang bom di tempat kejadian, kata Bujang, "Penghuni rumah tidak bakal terjaga." Cara maling menyirap korbannya, memang, macam-macam. Ada lagi dengan menggerayangi lemari makan, atau buang air kecil di tempat. Itu keyakinan versi maling. Lain lagi keyakinan polisi. "Kami kan mencatat karakter tiap penjahat, termasuk kebiasaan mereka," kata Mayor Memet Hidayat, Wakapolresta Padang, kepada Fakhrul Rasyid dari TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini