Buku HUT ke-20 CSIS menampilkan pemikiran strategis untuk abad ke-21. Hasil kajiannya untuk penentu keputusan. UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP BANGSA dan CSIS 20 TAHUN Editor: Hadi Soesastro Penerbit: Gentre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta 1991, x, 374 halaman, dan 170 halaman. SALAH satu kekuatan yang melahirkan dan membentuk sejarah adalah pikiran manusia. Ada hubungan kausal yang saling mempengaruhi antara pikiran dan perkembangan sejarah manusia. Di satu pihak setiap pemikiran muncul dan berkembang dalam sejarah, sementara di lain pihak sejarah juga dibentuk dan dikembangkan oleh pemikiran. Bahkan sampai saat ini pemikiran manusia masih mengalami pertumbuhan sebanding dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri, baik dalam proses aktivitasnya maupun dalam bentuk produk-produknya. Gagasan dan pemikiran manusia itu kini telah berkembang sedemikian pesat dan majemuk, dan menjangkau segala peristiwa yang dihadapi ataupun yang dapat digapainya. Seiring dengan perkembangan situasi dan meningkatnya kebutuhan akan pemikiran dan kajian strategis, khususnya di Indonesia, maka 20 tahun yang silam, lahirlah Lembaga Pengkajian Strategis dan Hubungan Internasional, yang dikenal dengan nama CSIS. Dalam peringatan hari jadinya yang ke-20 itu, serta untuk mengenal lebih jauh potret diri dan agenda pemikirannya, terbit dua buah buku yang berjudul: Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa dan CSIS 20 tahun. Buku Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa banyak menampilkan agenda pemikiran menuju abad ke-21, ditulis oleh 27 staf lembaga tersebut, dengan editor Hadi Soesastro. Para staf penulisnya antara lain Daoed Joesoef, Harry Tjan Silalahi, Jusuf Wanandi, Hadi Soesastro, A.M.W. Pranarka, Mari Pangestu, Bantarto Bandoro, Soedarsono Hardjosoekarto, Tubagus Feridhanusetyawan, Rizal Sukma, dan Sukardi Rinakit. Pemikiran yang terdapat dalam buku ini memang sangat beraneka ragam. Tapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima agenda pemikiran. Pertama, tentang "Strategi dan Diplomasi dalam Era Pasca-Perang Dingin". Pelajaran yang dapat ditarik dari berakhirnya perang dingin ini antara lain bahwa "kebijaksanaan global harus dibayar mahal oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam bentuk beban ekonomi". Kedua, mengenai "Ketahanan Ekonomi dalam Era Globalisasi dan Regionalisme Ekonomi". Pemikiran ini akan menyangkut perubahan yang sangat mendasar, terutama dalam bidang ekonomi internasional di kawasan Asia Pasifik. Ketiga, membicarakan masalah "Penduduk dan Pengembangan Sumber Daya Manusia". Meski hal ini bukan masalah baru, kenyataannya tetap menjadi tantangan utama bagi kelangsungan hidup bangsa. Sebab, tujuan pembangunan nasional adalah kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Keempat, perihal Demokratisasi dan Pemantapan Kelembagaan Sosial-Politik". Bagian ini antara lain berangkat dari pertanyaan mengenai masalah keterbukaan, pengembangan demokrasi, landasan dan aturan permainannya, termasuk peningkatan fungsi dan kualitas DPR. Kelima, memfokuskan pada "Pengelolaan Transformasi Masyarakat". Diuraikan bahwa cepat atau lambat masyarakat akan mengalami perubahan. Perubahan yang akan dialami pada waktu-waktu mendatang lebih bersifat fundamental, bukan sekadar marginal. Hal itu bukan cuma disebabkan oleh lingkungan eksternal, tapi juga oleh perubahan kualitatif yang terjadi pada masyarakat itu sendiri. Bunga rampai pemikiran ini diakhiri tulisan Daoed Joesoef tentang "Revolusi Ilmiah". Dikatakan oleh penulisnya, "Ilmu pengetahuan telah membuktikan kodratnya sebagai suatu kekuatan revolusioner yang luar biasa. Ilmu pengetahuan tak mengenal batas selama ia sendiri menyadari keterbatasannya." Berbeda dengan buku di atas, CSIS 20 Tahun lebih banyak menampilkan perjalanan dan perkembangan lembaga itu selama dua dasawarsa terakhir. Sebagai contoh, buku itu menyebut bahwa sejak semula CSIS dimaksudkan untuk mencapai tiga hal. Ia memberikan pandangan kepada pengambil keputusan berdasarkan riset dan studi, terutama yang berpandangan strategis jangka panjang. Centre, demikian lembaga ini sering disebut, menjadi semacam clearing house untuk menyalurkan ide-ide dan pandangan yang baik tapi tak tersampaikan kepada para pengambil keputusan, kalangan penentu lain, dan masyarakat luas. Juga ditulis bahwa CSIS merupakan lembaga pengkajian swasta non-profit. Bidang kajiannya terutama tentang masalah strategi dan hubungan internasional serta berorientasi pada kebijaksanaan (policy oriented studies). Dari situlah Centre, selama dua dasawarsa terakhir ini, telah tumbuh dan berkembang menjadi lembaga yang dikenal kalangan luas dan bergengsi. Kusumadmo M.W * Pembantu Rektor II Universitas Atma Jaya, Yogyakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini