Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) meminta warga kembali menggunakan masker guna mengantisipasi terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat memburuknya kualitas udara Jakarta beberapa waktu terakhir.
"Ya, memang kondisi udara Jakarta akhir-akhir ini semakin jelek ya, tetapi itu tidak berpengaruh signifikan bagi peningkatan kasus ISPA di Jakbar. Yang perlu kita buat itu antisipasinya, pakai masker," kata Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari, Senin, 14 Agustus 2023 seperti dilansir dari Antara.
Kendati tidak ada peningkatan signifikan kasus ISPA di Jakarta Barat, Erizon mengimbau wargatetap menggunakan masker saat bepergian sebagai langkah antisipatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situs pemantau kualitas udara IQAir mencatat kualitas udara Jakarta pada Senin, 14 Agustus 2033, dengan indeks kualitas udara (air quality index/AQI) di angka 148 pada pukul 15.00 WIB atau berada dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.
AQI Jakarta tersebut menjadi kota dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia, setelah Dubai, Uni Emirat Arab yang memiliki AQI di angka 156 pada pukul 15.00 WIB.
Erizon menegaskan bahwa belum ada peningkatan signifikan kasus ISPA di Jakarta Barat, khususnya berdasarkan data selama Januari sampai dengan Juli 2023.
"Laporan bulanan sampai akhir Juli tidak ada perbedaan signifikan (kasus ISPA), dengan bulan-bulan sebelumnya," kata Erizon.
Ia merinci total ada 9.709 kasus ISPA. Rinciannya, 1.615 kasus ISPA pada Januari 2023, 1.518 kasus pada Februari 2023, 1.831 kasus pada Maret 2023, dan 1.237 kasus ISPA pada April 2023.
"Lalu, Mei 1.095 kasus, Juni 1.311 kasus dan Juli 1.102 kasus," kata Erizon.
Dia menyampaikan tidak ada persiapan khusus di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, untuk penanganan ISPA. Kendati demikian, dia menjamin ketersediaan obat-obatan untuk pasien.
"Ketersediaan obat dipastikan tercukupi," imbuhnya.
Selain menggunakan masker, Erizon juga meminta masyarakat untuk selalu menerapkan gaya hidup yang bersih, konsumsi vitamin yang seimbang, makanan yang sehat yang berpengaruh kepada daya tahan tubuh.
"Kalau polusi udara sulit kita kontrol, ya kita kontrol pola hidup dan pertahanan tubuh kita," kata Erizon.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebut, sekitar 100 ribu warga di Ibu Kota mengalami ISPA setiap bulan akibat peralihan cuaca.
"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, Jumat, 11 Agustus 2023.
Ngabila menyebut dampak dari polusi udara bisa mengakibatkan penyakit kronis ataupun penyakit tidak menular seperti radang paru, penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya penyakit selama peralihan cuaca, Ngabila menyarankan untuk tetap di rumah jika tidak ada keperluan mendesak.
Menurut Ngabila, selama Januari hingga Juni 2023, terdapat 638.291 kasus ISPA.
Rinciannya, Januari sebanyak 102.609, Februari 104.638, Maret 119.734, April 109.705, Mei 99.130 dan Juni 102.475 kasus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Berdasar Arahan Jokowi, ASN DKI Mulai September Kerja WFH-WFO