Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengapa Inkumben dan Pesohor Gagal Kembali Masuk Senayan

Masifnya politik uang membuat Pemilu 2024 dianggap sebagai pemilu terbrutal. Banyak inkumben gagal ke Senayan.

31 Maret 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERKUMPUL di kantor partai pada Sabtu, 23 Maret 2024, sebanyak 89 anggota Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera mendiskusikan hasil Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Mereka menyoroti perolehan suara partai yang jauh di bawah target. “Kami merasa aneh dengan hasilnya,” kata juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, yang mengetahui isi rapat itu kepada Tempo, Rabu, 27 Maret 2024. 

Menurut survei internal menjelang hari pencoblosan 14 Februari 2024, PKS bakal mendulang 13 persen suara, efek menyokong Anies Baswedan dalam pemilihan presiden. Pimpinan PKS pun menargetkan 15 persen suara dan 86 kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Namun rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum mencatat PKS meraup 8,42 persen suara atau 12,78 juta pemilih.

Para petinggi PKS meyakini kegagalan mendapatkan dua digit suara disebabkan oleh masifnya politik uang. Mereka mendapat berbagai cerita bahwa calon legislator dari partai lain mengebom pemilih dengan duit, dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Mabruri pun membenarkan ihwal brutalnya politik uang. “Ada faktor eksternal di luar kontrol kami,” ucapnya. 

PKS kehilangan banyak kursi DPR di basis-basis suara mereka. Kursi PKS berkurang dari dua menjadi satu di daerah pemilihan Sumatera Utara dan Jawa Barat I. Bahkan PKS harus kehilangan kursi di daerah pemilihan Sumatera Utara II, Banten I, dan Sulawesi Tengah pada Pemilu 2024. Padahal, lima tahun lalu, ketiga daerah pemilihan itu menyumbang masing-masing satu kursi.

Meski begitu, ada delapan daerah yang pecah telur, menyumbang kursi baru untuk PKS, seperti di dua daerah pemilihan di Jawa Tengah dan tiga di Jawa Timur. Kekuatan PKS di Senayan bertambah dari 50 menjadi 53 kursi. Perolehan suara PKS juga melonjak menjadi 8,42 persen dari sebelumnya 8,21 persen. Mabruri tak memungkiri jika kenaikan jumlah perolehan suara dan kursi disebut sebagai efek PKS mengusung Anies.

Partai NasDem juga mendapat efek ekor jas dari Anies. Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali mengakui faktor Anies dan kerja keras kader melambungkan perolehan suara NasDem secara signifikan dari 10,26 persen menjadi 11,9 persen pada Pemilu 2024. “Dua faktor ini berkontribusi terhadap kenaikan jumlah suara partai,” ujar Ali, Kamis, 28 Maret 2024.

Di DPR, jumlah kursi NasDem melonjak dari 59 menjadi 69. Kenaikan ikut disumbang dari Aceh dan Sumatera Barat. Di sana, Anies memenangi pemilihan presiden. NasDem mendapat dua kursi baru di Aceh. Di tingkat provinsi, perolehan kursi NasDem meroket dari dua menjadi sepuluh. Adapun Sumatera Barat memberi tiga kursi dari sebelumnya satu. Namun NasDem kehilangan beberapa kursi di daerah timur.

Partai Kebangkitan Bangsa, yang juga menyokong Anies-Muhaimin Iskandar, diperkirakan mendulang 12-13 persen suara berdasarkan survei internal. Ketua PKB Jawa Tengah Muhammad Yusuf Chudlori mengatakan PKB kelimpungan menghadapi serbuan beras dan uang alias “beruang”. PKB mendapat 11,72 persen suara. Perolehan kursi di DPR pun naik dari 58 menjadi 68.

Menurut Yusuf, serbuan beras dan uang salah satunya menyasar basis suara PKB di Jawa Tengah. Empat kursi DPR hilang di sana. PKB mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi di 30 daerah pemilihan dengan dugaan pelbagai kecurangan pemilu, termasuk penggunaan politik uang. “Tidak semua eksternal, ada sebagian gugatan internal sesama caleg PKB,” kata Yusuf. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ketika kampanye akbar Partai Kebangkitan Bangsa di Lapangan Lugjag, Banyuwangi, Jawa Timur, 6 Februari 2024. Antara/Budi Candra Setya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perolehan suara PKB di daerah pemilihan yang selama ini kering malah moncer. Di Jakarta, PKB menggondol dua kursi DPR baru. Perolehan suara PKB juga naik lebih dari sejuta di Jawa Barat. Yusuf Chudlori mengatakan ada dua penyebab kenaikan jumlah perolehan suara PKB. Pertama, kader partai solid. “Kedua, efek ekor jas dari Muhaimin,” ujar Yusuf. “Efek Anies ada karena wakilnya Muhaimin.”

Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, mengatakan kenaikan jumlah perolehan suara PKS, NasDem, ataupun PKB tak lepas dari faktor Anies Baswedan. Exit poll SMRC pada 14 Februari 2024 menunjukkan pemilih Anies yang mencoblos PKS sebanyak 24 persen. Sedangkan pemilih Anies yang memilih PKB dan NasDem masing-masing 20 dan 18 persen.

“NasDem, PKB, dan PKS berhasil mengasosiasikan diri dengan Anies,” tutur Saidiman, Rabu, 27 Maret 2024.

Tiga partai itu juga mendapat tambahan suara dari pemilih calon presiden lain, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. SMRC mencatat pemilih Prabowo yang mencoblos NasDem sebanyak 7 persen. Adapun yang memilih PKB dan PKS berturut-turut 8 dan 3 persen. Adapun pemilih Ganjar yang mencoblos PKB, NasDem, dan PKS berturut-turut 7, 4, dan 2 persen.

Partai Demokrat, yang sempat menyokong Anies Baswedan tapi beralih mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, justru bernasib tragis. Demokrat diperkirakan kehilangan 10 kursi DPR dan 16 inkumbennya tak lolos ke Senayan. Dari empat partai penyokong Prabowo, hanya Demokrat yang boncos pada Pemilu 2024.  

Kepala Badan Komunikasi Strategis Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan inkumben yang tak lolos bukan karena tak bekerja. Selama lima tahun, mereka membantu pemilih melalui program beasiswa atau perbaikan infrastruktur. “Tapi tumbang di hari pencoblosan karena tidak melakukan serangan fajar,” kata Herzaky, Kamis, 28 Maret 2024.

Menurut dia, Pemilu 2024 adalah pemilu paling brutal karena politik uang makin kental. Di beberapa tempat, Demokrat menemukan calon legislator tak berkampanye tapi bisa terpilih karena politik uang. Demokrat pun mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi soal hasil pemilu di sebelas provinsi karena dugaan kecurangan.

Perolehan suara Partai Gerindra juga tak segaris dengan raihan suara ketua umumnya, Prabowo Subianto. Meski Prabowo memenangi pilpres, Gerindra malah nangkring di posisi ketiga di belakang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar dengan perolehan suara 13,22 persen. Kenaikan jumlah perolehan suara Gerindra tak sampai 1 persen.

Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengklaim jumlah perolehan suara partainya tak naik signifikan karena kader partai berfokus memenangkan Prabowo Subianto. “Sebenarnya perolehan suaranya naik. Tapi ada juga kursi yang hilang karena pertarungan sengit di lapangan,” ucap Wakil Ketua DPR ini kepada Tempo melalui WhatsApp, Kamis, 28 Maret 2024.

Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno juga menilai perolehan suara Gerindra tak sejalan dengan kemenangan Prabowo karena segala sumber daya dikerahkan untuk memenangkan Menteri Pertahanan itu. Para calon legislator berharap mendapat efek ekor jas dari Prabowo. “Padahal medan pilpres berbeda dengan pemilu legislatif,” tutur Adi pada Sabtu, 30 Maret 2024.



Di antara partai penyokong Prabowo-Gibran, Partai Golkar mengalami peningkatan perolehan suara terbesar, yaitu dari 12,31 menjadi 15,29 persen atau naik hampir 3 persen. Golkar berada di peringkat kedua setelah PDI Perjuangan. Perolehan kursi DPR partai beringin pun meningkat dari 85 menjadi 102. 

Sejumlah politikus Golkar dan orang dekat Ketua Umum Airlangga Hartarto bercerita, menjelang Pemilu 2024, Menteri Koordinator Perekonomian itu menggelontorkan duit untuk kampanye sejumlah calon legislator. Ario Bimo Nandito Ariotedjo, calon legislator Golkar daerah pemilihan Jakarta I, membantah informasi tersebut. “Saya tidak dapat kursi karena kalah logistik,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Francisca Christy Rosana, Hussein Abri Dongoran, dan Egi Adyatama berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Lepas Kursi karena Beruang"

 

Erwan Hermawan

Erwan Hermawan

Menjadi jurnalis di Tempo sejak 2013. Kini bertugas di Desk investigasi majalah Tempo dan meliput isu korupsi lingkungan, pangan, hingga tambang. Fellow beberapa program liputan, termasuk Rainforest Journalism Fund dari Pulitzer Center. Lulusan IPB University.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus