Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Rahim atau uterus adalah bagian dari organ reproduksi perempuan yang berperan dalam proses menstruasi hingga kehamilan. Rahim memiliki tiga bagian, yaitu fundus uteri (bagian atas rahim), badan rahim yang merupakan bagian tengah, dan serviks atau leher rahim di bagian bawah, dekat dengan vagina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Letak rahim normal adalah di sebelah belakang atas dari kandung kemih dan di depan rektum yang disebut anteversi uteri. Pada orang dewasa, posisi rahim akan cenderung condong ke depan, ke arah perut. Namun letak rahim yang normal sebenarnya bisa sedikit berubah-ubah, tergantung dari kondisi kandung kemih. Saat kandung kemih sedang kosong, maka posisi rahim akan terlihat sedikit lebih maju. Lalu saat kandung kemih sudah mulai terisi, lama-kelamaan posisinya akan bergeser sedikit ke belakang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Posisi rahim pada perempuan bisa berubah-ubah sesuai kondisi. Misalnya pada ibu hamil, letak rahimnya tentu akan berbeda dari perempuan yang baru masuk masa puber. Namun ada batas yang membedakan posisi rahim yang normal dan yang tidak normal.
Perempuan dengan letak rahim abnormal bisa merasakan berbagai gejala seperti nyeri di vagina, sakit saat menstruasi, dan tidak nyaman saat berhubungan seks. Kelainan letak rahim juga bisa disebabkan oleh penyakit seperti endometriosis dan fibroid rahim.
Kelainan posisi rahim yang sering terjadi adalah retroversi uterus. Artinya, rahim yang normalnya terletak menghadap ke arah perut, kini terbalik agak miring ke belakang dan jadi menghadap ke arah tulang belakang. Perempuan yang memiliki kondisi ini sebenarnya tidak bisa disebut memiliki rahim abnormal. Sebab yang berubah hanyalah posisinya dan bukan fungsinya. Retroversi uterus tidak akan membuat perempuan sulit hamil.
Hanya saja, terkadang kondisi ini bisa jadi salah satu tanda adanya kelainan di organ reproduksi, seperti endometriosis misalnya. Endometriosis lah yang akan memengaruhi kesuburan dan bukan letak dari rahim tersebut.
Sebagian besar perempuan yang memiliki retroversi rahim tidak merasakan gejala apa pun. Namun, sebagiannya lagi dapat merasakan gejala seperti nyeri di vagina atau punggung bawah saat berhubungan seks, sakit saat menstruasi, kesulitan menggunakan tampon, sering buang air kecil, kandung kemih terasa seperti tertekan, ada infeksi saluran kemih, dan perut bagian bawah terlihat agak turun.
Jika retroversi uteri terjadi sejak lahir, tentu hal ini akan sangat sulit dicegah. Kelainan letak rahim yang terjadi tanpa dipicu penyakit apapun dan tanpa gejala sebenarnya bukanlah kondisi yang berbahaya. Namun, Anda bisa mencegah penyakit yang bisa menyebabkan rahim menjadi terbalik, seperti fibroid dan dan endometriosis.
Cara mencegah rahim terbalik
1. Berolahraga secara teratur
Berolahraga teratur, minimal selama 4 jam dalam seminggu bisa membantu meluruhkan kadar lemak dalam tubuh. Dengan berkurangnya lemak, sirkulasi hormon estrogen di tubuh akan jadi lebih lancar, dan endometriosis pun dapat dicegah. Berolahraga juga akan membuat aliran darah ke rahim jadi lebih lancar, sehingga rahim akan menjadi lebih sehat.
2. Menghindari konsumsi alkohol berlebih
Konsumsi alkohol berlebih bisa meningkatkan kadar estrogen di tubuh. Memiliki estrogen berlebih ternyata berkaitan dengan meningkatnya risiko endometriosis.
3. Membatasi konsumsi kafein
Konsumsi kafein berlebih juga bisa meningkatkan kadar estrogen di tubuh. Mengurangi asupan kafein harian bisa mencegah terjadinya endometriosis dan fibroid rahim sekaligus.
4. Memperbanyak konsumsi sayur
Mengosumsi banyak sayur, terutama brokoli, kembang kol, dan kol bisa membantu melancarkan sirkulasi estrogen di tubuh.