Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERGI ke Surabaya pada Kamis, 28 September lalu, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menemui puluhan kiai Nahdlatul Ulama di Hotel Shangri-La. Ulama yang hadir dalam pertemuan selama tiga jam bersama calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju itu antara lain Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Anwar Iskandar.
Anggota Dewan Pembina Gerindra, Mochamad Irfan Yusuf, bercerita, Prabowo menyampaikan pandangannya tentang kondisi Indonesia di masa depan. Sedangkan para ulama meminta Prabowo memperhatikan isu keberagaman, pendidikan, dan ketimpangan ekonomi. “Pak Prabowo satu frekuensi dengan para kiai,” kata Irfan kepada Tempo, Jumat, 29 September lalu.
Di tengah diskusi, para kiai menyinggung calon wakil presiden Prabowo dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Mereka menyampaikan harapan agar Menteri Pertahanan itu mengambil tokoh dari kalangan nahdliyin.
Tiga politikus Gerindra menyebutkan Prabowo menganggap saran kiai itu sebagai salah satu cara memenangi pemilihan presiden. Prabowo sudah tiga kali kalah dalam pemilihan—sekali sebagai calon wakil presiden dan dua kali sebagai kandidat RI-1. Pada Pemilu 2019, kelompok Nahdlatul Ulama menjadi salah satu penentu kemenangan Joko Widodo, rival Prabowo.
Survei Indikator Politik Indonesia di tempat pemungutan suara atau exit poll mencatat 56 persen warga nahdliyin mencoblos Jokowi, yang menggandeng Ma’ruf Amin—pernah menjabat Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Sigi Alvara Research Center waktu itu juga menunjukkan 54,3 persen orang NU merupakan pemilih Jokowi.
Salah satu nama yang muncul adalah Khofifah Indar Parawansa. Gubernur Jawa Timur itu adalah Ketua Umum Muslimat NU sejak tahun 2000. Irfan tak membantah jika nama Khofifah dikabarkan sempat dibahas Prabowo bersama para ulama. “Beberapa nama yang dibahas berasal dari kalangan nahdliyin,” ujar Irfan, pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Kunjungan Prabowo kepada para kiai berlangsung di tengah gagasan menduetkan bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu dengan calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ganjar Pranowo. Sebab, dua calon presiden itu tak kunjung mengumumkan nama wakil presiden kendati masa pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum makin dekat.
Ide menduetkan Prabowo dengan Ganjar bukan skenario baru. Maret lalu, Presiden Joko Widodo mengajak keduanya mengikuti panen raya di Kebumen, Jawa Tengah. Sejak itu, gagasan menduetkan Ganjar dengan Prabowo menguat. Sigi Litbang Kompas pada Maret lalu memperkirakan duet Prabowo-Ganjar meraup 43,4-62,6 persen suara.
Kolega Prabowo menyebutkan ide menduetkan Ganjar dengan Prabowo pernah dibicarakan Jokowi dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada pertengahan Maret lalu. Dalam pertemuan itu, Jokowi menyebutkan Prabowo berpeluang mendapat limpahan suara dari pendukung Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan jika salah satunya kalah pada ronde pertama. Karena itu, skenario dua poros bisa menjadi opsi dalam pemilihan presiden 2024.
Rancangan itu kemudian buyar pada 21 April 2023. Hari itu Megawati menetapkan Ganjar sebagai calon presiden di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan Prabowo telah didaulat sebagai calon presiden dalam Rapat Pimpinan Nasional Gerindra di Sentul, Bogor, pada Agustus 2022. Tak ada yang mau menjadi calon wakil presiden.
Duet Prabowo-Ganjar mencuat kembali setelah para elite Gerindra dan PDIP mengaku tak menutup peluang bekerja sama. Ganjar menyebutkan kesempatan berkongsi mungkin terwujud karena politik itu dinamis. “Semua bisa saja terjadi sebelum ditetapkan KPU,” tuturnya seusai rapat Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo di gedung High End, Jakarta Pusat.
Puan Maharani, anak Megawati yang memimpin kampanye pemenangan Ganjar, juga tak menampik kabar tentang peluang Ganjar berpartner dengan Prabowo. Puan meminta publik menunggu perkembangan politik sampai tenggat pendaftaran calon presiden di KPU.
Menurut Puan, PDIP membuka peluang berkomunikasi dengan elite Gerindra. Keputusan partai banteng bekerja sama dengan Gerindra bergantung pada lobi yang berlangsung. “Semua partai punya kalkulasi,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu.
Politikus Gerindra yang mengetahui rencana duet ini menyebutkan, Puan sempat mengkomunikasikan ide pasangan Prabowo-Ganjar saat bertemu dengan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan. Luhut adalah Ketua Dewan Penasihat Golkar dan telah membentuk tim bernama Pandawa 5 untuk mendukung Prabowo.
Narasumber yang sama menuturkan, Luhut sependapat jika Prabowo bisa berkolaborasi dengan Ganjar. Lewat pesan pendek pada Sabtu, 30 September lalu, juru bicara Luhut, Jodi Mahardi, mengaku tak mengetahui isi pertemuan Luhut dengan Puan.
Di kompleks Istana Negara pada Rabu, 27 September lalu, Luhut bercerita, dia dan Puan berdiskusi tentang peta politik. Puan juga disebut meminta sejumlah pendapat. “Kami bicara banyak dan saya memberikan pendapat,” kata purnawirawan jenderal itu.
Dimintai tanggapan mengenai pertemuan Puan dengan Luhut, Ketua Bidang Perekonomian PDIP Said Abdullah meminta lobi Puan itu ditanyakan kepada Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Sementara itu, Hasto menjelaskan bahwa pihaknya kerap berkomunikasi dengan bekas Kepala Staf Kepresidenan tersebut. “Kami memberi masukan soal komitmen investasi ke depan,” ujarnya.
Ihwal peluang berpasangan dengan Prabowo Subianto, Hasto menyebutkan Megawati Soekarnoputri telah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Menurut dia, partai banteng siap menghadapi pemilihan presiden 2024 dengan berbagai opsi skenario koalisi. “Mas Ganjar itu menjadi calon presiden dengan pertimbangan yang matang,” tutur Hasto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo, Arsjad Rasjid, memberikan keterangan seusai pertemuan partai politik pengusung Ganjar Pranowo di Jakarta, 27 September 2023. Antara/Akbar Nugroho Gumay
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim kampanye juga meyakini Ganjar akan berlaga sebagai calon presiden. Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo, Arsjad Rasjid, mengatakan kubunya belum memikirkan peluang Ganjar menjadi pendamping Prabowo. “Yang saya lakukan adalah mencari dan menganalisis wakil yang tepat untuk Mas Ganjar,” ujar bos Indika Group itu kepada Tempo pada Jumat, 29 September lalu.
Gerindra pun tak menutup peluang bekerja sama dengan PDIP. Tapi peluang itu nyaris mustahil. Dua petinggi partai itu bercerita, opsi berpasangan dengan Ganjar sulit terwujud di tengah tren elektabilitas Prabowo yang meningkat. Dalam berbagai survei, tingkat keterpilihan Prabowo mengungguli Ganjar. Sigi Indikator Politik Indonesia pada 30 September lalu menunjukkan elektabilitas Prabowo 45,3 persen dan Ganjar 41,2 persen dalam simulasi dua nama.
Anggota Dewan Pembina Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan duet Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo hampir tak mungkin terjadi. “Kedua tokoh itu dicalonkan oleh masing-masing partai sebagai calon presiden dan tak ada yang dimajukan sebagai calon wakil presiden,” kata Ketua Gerindra Sumatera Barat tersebut.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Air-Minyak Dua Poros"