Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Proposal Berani Mati Yamada

Sekelompok orang tua di Jepang menawarkan diri menjadi sukarelawan memperbaiki reaktor nuklir Fukushima.

12 September 2011 | 00.00 WIB

Proposal Berani Mati Yamada
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

DARI sebuah kantor kecil di kawasan Nishi Shimbashi, Tokyo, sebuah rencana besar disiapkan. Di gedung seluas 6 x 4 meter persegi, sekelompok orang tua yang tergabung dalam korps veteran yang memiliki keterampilan merancang sebuah proposal maut, yaitu mengumpulkan sukarelawan yang siap mati. Mereka akan diterjunkan untuk memperbaiki reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi di Prefektur Fukushima yang rusak parah dihantam gelombang tsunami 11 Maret lalu.

Adalah Yasuteru Yamada bersama dua rekannya yang menyiapkan ide gila ini. Lelaki 72 tahun ini memulai aktivitasnya pada April lalu. Semula digunakan Twitter dan blog untuk menjaring sukarelawan. Karena kurang efektif, lalu dipakai telepon dan e-mail guna mengontak satu demi satu peminat potensial. Upaya ini berhasil. Hingga awal Juli lalu, tercatat 2.500 orang mendaftar menjadi sukarelawan.

Setelah melalui seleksi dengan mempertimbangkan latar belakang usia dan kemampuan, akhirnya terpilih 450 orang. Mereka yang lolos yang berusia 18-61 tahun sebanyak 44 orang, sedangkan 406 sisanya berumur di atas 61 tahun. "Paling tua berumur 82 tahun," kata Yamada kepada Tempo dan lima wartawan negara-negara Asia Tenggara yang menyambangi kantornya akhir Juli lalu.

Menurut dia, orang yang terpilih memiliki beragam latar belakang ilmu. Ada insinyur teknik, ahli mesin, dan pensiunan tentara. "Kami ini orang terlatih," katanya.

Tawaran Yamada dan kawan-kawan memang disampaikan pada saat yang tepat. Pemerintah Jepang tengah berupaya keras memperbaiki pembangkit nuklir Fukushima. Selain menimbulkan ancaman radiasi nuklir, kerusakan itu menurunkan pasokan listrik hingga 50 persen di kawasan Provinsi Miyagi dan Tokyo.

Memilih sukarelawan berusia lanjut ternyata menjadi alasan utama bagi Yamada. Pertimbangan utama adalah bahaya radiasi nuklir yang akan mereka hadapi. Daerah di sekitar pembangkit Fukushima merupakan wilayah yang paling berbahaya dengan tingkat radiasi sangat tinggi. "Hanya orang yang berani dan siap mati yang bisa terjun ke sana," ujar dia.

Yamada mengatakan dia dan kawan-kawan yang sudah sepuh memilih mengambil risiko itu. Pertimbangannya, bahaya radiasi baru akan berdampak dalam waktu panjang, 30-40 tahun kemudian. Kondisi ini tentu akan sangat berbahaya bagi teknisi muda, yang memiliki masa hidup lebih panjang. "Berbeda dengan kami, yang memang sudah berusia senja," katanya. "Kalaupun ada dampaknya, misalnya kanker, itu bisa dinilai sebagai penyakit tua."

Pertimbangan lain, sel-sel orang yang sudah tua bereaksi jauh lebih lambat daripada sel orang normal lainnya, sehingga dampak radiasi tidak terlalu parah dan besar.

Agar tidak dinilai sebagai usul main-main, Yamada merancang tujuh langkah yang akan ditempuh untuk memperbaiki reaktor. Tak hanya membuat langkah perbaikan, dia juga mengajukan syarat kepada pemerintah Jepang untuk menyediakan asuransi bagi semua sukarelawan yang bekerja.

Guna merealisasi niat baik itu, Yamada juga telah menyampaikan proposal tersebut kepada Goshi Hosono, penasihat khusus Perdana Menteri Naoto Kan. Hosono menyambut baik tawaran itu. Namun, hingga sekarang, belum ada jawaban resmi dari pemerintah untuk mengabulkan permohonan Yamada.

Adapun Makino, juru bicara Badan Keamanan Nuklir Jepang, mengaku pihaknya belum membahas proposal yang diajukan para sukarelawan tersebut. "Kami masih tetap menjalankan program perbaikan reaktor Fukushima," katanya.

Yamada mengatakan tetap akan menunggu jawaban pemerintah. Dia kembali menegaskan, usul yang dikirimnya bukan proyek main-main. "Jangan mengira ini kami pasukan kamikaze," katanya. "Ini proposal yang sangat logis."

Setri Yasra (Tokyo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus