Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Punglinya berdering

Kadin d.u.y mengatakan ada pungli dalam pemasangan telpon baru di yogya. tidak menolak ada penyimpangan, karena untuk jatah baru 2.000, baru terpasang 351, yang sudah mengajukan permohonan 3.700.

17 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WALAU tanpa kehadiran Ketua Opstib Laksamana Sudomo, kantor telepon Yogya terkena penertiban pertengahan Agustus lalu. Tiga g pejabat teras kantor itu secara tiba-tiba diserah-terimakan kepada pengganti yang baru. Mereka adalah Adenan (Kepala Kantor Telepon Yogyakarta), Soetrisno sebagai Kepala Dinas Luar dan Soegiono, Kepala Tata Usaha. Meskipun pengusutan masih terus dilakukan, dugaan masyarakat kota itu tak salah lagi: mereka melakukan pungutan liar alias pungli. Dugaan itu berdasarkan berita koran beberapa hari sebelum penertiban itu bahwa menurut seorang pengurus Kadin Daerah Istimewa Yogyakarta ada praktek pungli dalam pemasangan telepon baru di kota itu. Di lingkungan kota Yogyakarta selama ini terdapat 2.000 nomor telepon. Tapi sejak akhir Mei lalu Kantor Telekomunikasi II (Jawa Tengah dan DIY) mengumumkan terbukanya kesempatan pemasangan baru sebanyak 2.000 nomor untuk Kantor Telepon Yogya. Dalam pengumuman tadi disertakan pula beberapa syarat bagi pemasang baru. Antara lain: masih dalam lingkungan kantor telepon (radius 3 Km) dikenakan biaya Rp 11.800 di luar radius itu dikenakan tambahan biaya sekurang-kurangnya Rp 65.000 tiap seratus meter dan untuk sementara ini calon langganan harus menyediakan peralatan yang diperlukan. Pengalaman Sapto Hudoyo Masalahnya, rata-rata tiap langganan baru dikenakan ongkos lebih tinggi dari tarif resmi itu. Yaitu berkisar antara Rp 400.000 hingga Rp 500.000, bahkan lebih. Seperti pelukis Amri Yahya yang mengajukan permohonan sejak 1973, ditarik ongkos Rp 384.980 meskipun ia mengantongi surat pengantar dari Menteri Perhubungan Emil Salim, Dantarres 96 Yogya dan Walikota Yogya sendiri. "Saya merasa itu sudah murah dibanding dengan lainnya" kata Amri Yahya. Sebuah toko buku yang hanya berjarak 1 Km dari kantor telepon, dipungut Rp 500.000. Begitu pula sebuah toko di Jalan Malioboro. Pada mulanya permohonan keduanya selalu dijawab oleh petugas Kantor Telepon dengan "jalur itu sudah penuh." Tapi begitu uang Rp 500.000 diserahkan, seminggu kemudian telepon sudah berdering. Lain lagi pengalaman pelukis Sapto Hudoyo. Ia dimintai biaya Rp 4,5 juta untuk memasang telepon di sanggarnya yang terletak di Jalan Solo itu. Jarak sanggar dengan kantor telepon memang cukup jauh, sekitar 6 Km. Menurut petugas Kantor Telepon, jika kediaman pelukis itu akan dipasang telepon harus dengan memasang tiang-tiang baru. "Padahal saya sudah bilan, kalau bisa numpang saja pada jalur yang ke Lapangan Udara Adisutjipto, tapi mereka tidak mau" kata pembantu Sapto. "Dari pada saya membayar Rp 4,5 juta lebih baik saya beli Colt dua buah" ujar Sapto Hudoyo. Tak lama setelah 3 orang pejabat teras Kantor Telepon Yogya itu diganti, pemasangan nomor-nomor baru untuk sementara dihentikan sampai pengusutan selesai. Dari jatah 2.000 nomor yang tersedia, sudah terlanjur dipasang sebanyak 351 nomor. Padahal calon langganan yang sejak dulu-dulu sudah mengajukan permintaan tercatat 3.700 orang. Sumber TEMPO di Kantor Telepon Yogya tidak menolak kemungkinan adanya penyimpangan dalam pemasangan nomor-nomor telepon yang baru itu. Sebab katanya dibanding permintaan yang cukup besar itu, nomor-nomor baru yang tersedia memang memberi kesempatan untuk dijadlkan bahan rebutan para calon langganan dengan cara-cara yang tak semestinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus