Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Malam ketiga Idul Fitri, 30 Juli lalu, Joko Widodo kedatangan tamu, empat belas orang, di rumah pribadinya di Solo. Tamu berbaju batik itu hampir semuanya datang dari Jakarta. Mereka perwakilan Ormas Projo, Relawan Penggerak Jakarta Baru, Pusat Informasi Relawan, Kawan Jokowi, Seknas Jokowi, Pos Perjuangan Rakyat, dan tim media sosial. "Kami ingin melaporkan kegelisahan para relawan," kata Joanes Joko, Koordinator Nasional Duta Joko Widodo, yang ikut ke rumah Jokowi itu, kepada Tempo, bulan lalu.
Kepada tuan rumah, mereka melaporkan, para relawan kini "terpecah" dua. Ada suara yang berpendapat bahwa puluhan kelompok relawan pendukung Jokowi-Jusuf Kalla semestinya bubar. Alasannya, tugas mereka sudah selesai seiring dengan kemenangan Jokowi-Kalla sebagai presiden dan wakil presiden pada pemilihan 9 Juli 2014. Komisi Pemilihan Umum sudah menetapkan kemenangan itu pada 24 Juli 2014.
Tapi ada pula yang menolak pembubaran tersebut. Alasannya, mereka menduga akan ada upaya penggembosan dari "pihak lawan" pada pelantikan Jokowi-Kalla di Majelis Permusyawaratan Rakyat. Partai-partai politik yang mengusung Jokowi-Kalla, yang menamai diri Koalisi Indonesia Hebat, hanya menguasai 37 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan lawan mereka, koalisi pro-Prabowo, menguasai 63 persen kursi dan pimpinan MPR. Saat itu hampir setiap hari media memberitakan ancaman adanya "penjegalan" pelantikan tersebut. "Relawan harus mengawal pelantikan itu," ujar Panel Barus, Koordinator Pusat Informasi Relawan, yang juga ikut pertemuan di rumah Jokowi tersebut.
Malam itu, kata Joanes, Jokowi mengeluarkan "perintah". Jokowi meminta relawan tak membubarkan diri. Mantan Wali Kota Solo itu malah balik menantang para tamunya. "Apakah kami sanggup mengerahkan massa 500 ribu orang pada pelantikan 20 Oktober," kata Panel. Mereka menyanggupi tantangan itu.
Sejak masa kampanye Jokowi-Kalla, relawan terbagi dalam tiga cluster. Pertama, relawan "darat" seperti Projo, Pusat Informasi Relawan, Seknas, dan ratusan kelompok relawan lain. Kedua, para relawan di media sosial. Dan ketiga, kelompok relawan seniman—salah satu pentolannya Abdee Negara, gitaris grup band Slank. Peran tiga kelompok ini mulai tampak dalam konser "Salam 2 Jari" di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 5 Juli 2014. Konser itu sukses. Sekitar seratus ribu orang memadati stadion.
Konser Salam 2 Jari adalah salah satu penentu kemenangan Jokowi. Konser itulah yang kemudian menginspirasi para relawan darat dan seniman untuk menggelar pesta rakyat pada 20 Oktober, seusai pelantikan Jokowi-JK di gedung MPR. Pengerahan massa ini sekaligus aksi untuk mengawal pelantikan Jokowi-JK dari berbagai macam "gangguan" anggota MPR.
Rencana pengerahan massa itu dicetuskan pertama kali oleh para relawan pada pertengahan September lalu. Saat itu, belasan perwakilan relawan datang ke Balai Kota—kala itu Jokowi masih menjabat Gubernur DKI Jakarta. Mereka berencana mengepung gedung MPR saat pelantikan. "Jokowi setuju asal kami bisa menghadirkan massa 200 ribu orang," ujar Budi Arie Setiadi, Ketua Umum DPP Projo.
Ada pula rencana Abdee cs menggelar panggung musik saat pelantikan tersebut. Pada 25 September, Joanes Joko dkk bertemu dengan Abdee di Pacific Place, Jakarta Selatan. Di sana, mereka sepakat membagi tugas. Abdee bersama eks tim konser Salam 2 Jari akan menggelar konser Salam 3 Jari di Monas, sementara para relawan darat bertugas mengerahkan massa ke MPR. "Saya diarahkan langsung Pak Jokowi untuk acara di Monas," kata Abdee.
Sejak itu, kelompok-kelompok tersebut rutin menggelar rapat. Tim relawan darat menggagas acara #Geruduk. Mereka akan mengumpulkan ratusan ribu orang di Jembatan Semanggi, dekat gedung MPR, untuk "menekan" MPR. Dalam perjalanannya, Abdee cs mulai jarang hadir dalam rapat yang digelar kelompok relawan darat ini.
Acara berbeda dirancang Tim Pemenangan Jokowi yang berkantor di Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka berencana menciptakan acara kirab—seusai pelantikan Jokowi di MPR—dengan rute dari Bundaran Hotel Indonesia sampai Istana Negara. Jokowi-Kalla akan diarak dengan kereta kuda.
Koordinator acara ini Aria Bima, Wakil Koordinator Tim Pemenangan Jokowi-JK, yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan di MPR. "Konsep acara itu sudah dibahas bersama Jokowi," kata Aria pekan lalu. Abdee dan kawan-kawan lebih sering mengikuti rapat yang digelar "Kelompok Cemara" ini. Abdee berpendapat, aksi menggeruduk MPR tak diperlukan karena ancaman pelantikan sudah hilang.
Menurut Aria, ancaman penjegalan pelantikan Jokowi praktis hilang setelah Jokowi bertemu dengan Prabowo Subianto, tiga hari sebelum pelantikan. Tapi pihaknya tak bisa memaksa aksi #Geruduk agar dihentikan. "Kami tidak berada di satu struktur organisasi, " katanya.
Silang pendapat muncul di sana-sini, bahkan tak jarang berujung pada saling tarik urat leher. Tim relawan yang dimotori Budi, Joanes, dan Panel berkeras harus ada pengawalan massa saat pelantikan. Mereka menganggap acara kirab menggembosi kesepakatan semua kelompok relawan untuk mendukung acara #Geruduk. Joanes bahkan sempat memprotes Abdee lewat telepon. "Mereka lupa bahwa selama ini kami menjadi penyuplai massa terbesar pada setiap acara," ujar Panel.
Perbedaan pendapat juga terjadi pada kelompok seniman. Jay Subyakto, yang sebelumnya menjadi otak dari tata panggung konser Salam 2 Jari di Stadion GBK, menolak menghadiri konser di Monas. Jay tak setuju konsep acara yang ditawarkan Abdee, misalnya mendatangkan artis seperti Anang Hermansyah dan Ashanty, yang sebelumnya berada di kubu pro-Prabowo.
Senin, 20 Oktober, hari-H pelantikan Jokowi-JK tiba. Pelantikan di gedung MPR itu berlangsung lancar tanpa hambatan. Sekitar pukul 14.00, pasangan ini kemudian menuju Bundaran Hotel Indonesia. Di sana, mereka disambut para relawan dan kemudian naik kereta kuda. Acara kirab pun dimulai. Ratusan ribu warga Jakarta memadati Jalan Mohammad Husni Thamrin yang dilewati ÂJokowi.
Pada hari yang sama, sejak pagi, ratusan ribu relawan darat yang dimotori Budi, Joanes, dan Panel serta puluhan kelompok relawan lain sudah berkumpul di Jembatan Semanggi. Sejak pagi sampai siang, mereka bergantian berorasi sembari mengikuti perkembangan di MPR.
Mendapat kabar pelantikan berjalan lancar, massa bergerak ke Bundaran Hotel Indonesia, lalu bergabung dengan massa yang mengikuti perhelatan kirab Jokowi ke Istana Negara. Sorenya, Jokowi muncul di lapangan Monas menyapa para pendukungnya. Saat itulah perbedaan di antara para relawan mencair. "Kini saatnya mendukung pemerintahan yang baru," kata Joanes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo