Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Triple A Pengumpul Koin

Para musikus menggelar konser amal untuk membantu korban bencana. Steril dari perkubuan politik.

15 Desember 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOIN semula tak berarti apa-apa. Nama itu dicomot begitu saja dari Koin untuk Prita, kegiatan menghimpun uang receh untuk membantu Prita Mulyasari, yang dipaksa membayar tuntutan Rumah Sakit Omni Internasional oleh pengadilan. Pada 2009 itu, setelah mengeluhkan pelayanan Omni melalui surat elektronik, Prita diadukan rumah sakit tersebut ke polisi dan digugat ke pengadilan dengan tuduhan pencemaran nama lewat Internet.

Sekumpulan musikus dan orang-orang yang berkecimpung di dunia musik tergerak untuk berpartisipasi. Digagas gitaris Abdee "Slank" dan dua pemimpin redaksi majalah musik, Adib Hidayat dari Rolling Stones Indonesia dan Andre Opa Sumual dari Trax, sejumlah penyanyi menggelar konser amal di Hard Rock Cafe Jakarta pada 20 Desember 2009. Dari acara itu terkumpul sekitar Rp 18 juta, yang seluruhnya langsung disalurkan ke posko Koin untuk Prita. "Dari situ kami berpikir kegiatan itu dilanjutkan saja," kata Abdee, akhir November lalu.

Sebulan kemudian Abdee dan kawan-kawan membuat acara serupa. Kali ini untuk menggalang dana pengobatan basis Yudhie "Grass Rock" yang mengidap sakit lever. Konser digelar di MU Cafe di pusat belanja Sarinah, Jakarta. Sebagaimana acara di Hard Rock, konser ini pun dimeriahkan sederet pemusik papan atas, seperti Slank dan Gigi. Sementara di Hard Rock acaranya bernama "Konser Koin untuk Keadilan", di Sarinah judulnya "Rock Charity for Yudhie Grass Rock".

Di sekitar hari konser di Hard Rock dan Sarinah itu, Koin menemukan arti yang lain. Menurut Andre Opa Sumual, kepanjangan Koin pertama kali dilontarkan wartawan sekaligus pengamat musik Remy Sutansyah—kini almar­hum. Remy menyebut Koin sebagai akronim dari "Kepedulian Orang Indonesia". "Koin ini charity-nya musikus Indonesia," kata Andre. Sebelum meninggal, Remy juga aktif di Koin.

Sepanjang 2010 itu, Koin mementaskan dua konser amal lagi. Pada 28 Maret, mereka membuat "Konser untuk Anak" di Sekolah Cikal, Cilandak, Jakarta. Uang derma disalurkan untuk biaya pengobatan 12 bocah dari keluarga tak mampu yang dirawat di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo. Pada November, mereka kembali menggelar acara di Hard Rock Cafe Jakarta bertajuk "Koin Senandung untuk Negeri". Dananya disumbangkan kepada korban bencana alam di Pulau Mentawai, di lereng Gunung Merapi, dan Wasior, Papua.

Walau melibatkan banyak musikus, motor Koin tetap trio Abdee, Adib, dan Andre. "Anak-anak Koin menyebut kami 'Triple A'," kata Andre. Dalam susunan kepanitiaan tiap acara Koin, ketiganya bergantian menjadi ketua panitia. Ketiganya dibantu tim—anak-anak Koin yang lain. "Saya posting di grup percakapan, 'Siapa yang mau jadi panitia?'," kata Abdee. "Banyak yang bersedia."

Pesohor yang rutin membantu antara lain Gading Marten dan Anji, mantan vokalis Drive. Belakangan, penyanyi rap J-Flow juga bergabung. "Awalnya saya diajak Abdee untuk ikut tampil di acara Koin," kata pria bernama asli Joshua Matulessy ini. "Akhirnya keterusan."

Posisi ketua panitia atau wakil ketua sebenarnya hanya di atas kertas. Tiap acara, tugas Abdee, Andre, dan Adib tak banyak berubah. Andre berperan sebagai koordinator artis. Adapun Adib lebih banyak berkutat di publikasi. Dia kebagian mengabarkan acara Koin kepada khalayak. Adapun Abdee bertanggung jawab mengurus sound system dan panggung. Dia juga yang biasanya menyediakan alat musik. Bila tidak, band yang pentas membawa alat musik masing-masing.

Koordinasi memang selalu dilakukan lewat grup percakapan di telepon seluler dan mailing list. Awalnya mereka menggunakan BlackBerry Messenger. Baru dua tahun terakhir mereka migrasi ke grup perbincangan WhatsApp. Anggota grup Koin ada 26 orang. "Ada musikus, wartawan, pelaku di industri hiburan," kata Abdee. Tapi yang paling aktif di grup ya "Triple A" itu tadi. Mereka jarang kopi darat. Komunikasi dilakukan di grup percakapan di ponsel. "Kalau ada masalah, baru kami berkumpul," Abdee menambahkan.

Kegiatan Koin memang tak terjadwal. Serba spontan dan dadakan, tergantung kelonggaran waktu anggotanya. Pada 2011, Koin tak menggelar konser amal sama sekali. Mereka kembali genjrang-genjreng pada 10 Februari 2012 di Rolling Stone Cafe, Jakarta. Misi kali ini mengumpulkan dana bagi pengobatan Donny Fatah "God Bless". Pada 26 September tahun itu, Koin kembali membuat pentas "Konser Koin Senandung Negeri" untuk membantu korban banjir dan tanah longsor di Sulawesi Tengah.

Tahun lalu Koin absen membuat panggung amal. Mereka kembali menyelenggarakan pentas pada 5 Februari tahun ini. Waktu itu banjir merendam sejumlah tempat di pelosok Indonesia. Tapi Andre Opa mengusulkan agar acara itu khusus ditujukan buat menolong korban banjir di Manado, daerah asalnya. Tak ada yang keberatan. "Kebetulan istri Abdee juga orang Manado," kata Andre.

Berulang kali menyelenggarakan acara amal, Abdee menyimpulkan kegiatan tersebut sebenarnya tak sulit diselenggarakan. "Kalau mau ada kegiatan, saya posting di grup," kata Abdee. "Kalau yang respons banyak, pasti acara jalan." Ia meyakini kegiatan amal bakal mengetuk hati banyak orang.

Itu sebabnya Koin bisa mengumpulkan dana lumayan tiap kali konser. Menurut Andre Opa, dalam satu konser mereka bisa menghimpun Rp 400-500 juta. Dana yang dikumpulkan dari konser "Koin untuk Prita" tak sebanyak ini karena waktu itu mereka masih "amatir".

Kini panitia menghitung lebih dulu "harga" penyanyi dan band yang tampil di konser. "Kami bikin target," kata Andre. Dana diperoleh dari tiket, lelang barang-barang memorabilia artis, sumbangan donatur, dan "jual meja" di arena konser. Bila ingin duduk di meja tertentu, pengunjung mesti membayar Rp 10 juta.

Namun uang yang dihimpun tak ada yang mampir ke kantong panitia. Seluruhnya disalurkan ke pihak yang membutuhkan. Penyanyi dan band yang manggung juga tak dibayar. Abdee dan kawan-kawan panitia hanya kebagian kudapan yang disediakan tempat penyelenggara. Mereka justru menombok. "Biaya operasional dari kantong sendiri-sendiri," kata Andre.

Dimaksudkan untuk acara kemanusiaan, Koin steril dari perkubuan politik. Menjelang pemilihan presiden, Koin "pecah". Separuh anggotanya mendukung Joko Widodo dan sisanya Prabowo Subianto. Abdee sempat mengirim pesan di grup WhatsApp mengenai rencana deklarasi mendukung Jokowi dan menggelar konser "Salam 2 Jari". "Siapa yang mau ikut? Yang menjawab tidak banyak," ujar Abdee. Untuk urusan ini, Abdee membuat tim baru. Komunikasi juga dilakukan di grup percakapan baru.

Setelah berjalan lima tahun, para anggotanya justru berharap Koin dibubarkan. "Karena Koin identik dengan bencana," kata Andre Opa. "Kami tak ingin ada bencana lagi." Namun ada juga yang berpikir agar Koin berlanjut. Dari yang tadinya hanya pengumpul sumbangan bagi korban bencana atau pengobatan, nantinya Koin akan menjadi penghimpun dana bagi pendidikan anak dari keluarga tak mampu. "Tapi ini baru wacana," ujar Andre.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus