Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Rezeki keriting

Iyem, warga desa sentang, kisaran timur, sum-ut, tiba-tiba rambutnya yang panjang bergumpal dan keriting seusai keramas. setelah dari dukun, sebagian rambutnya dapat disisir, selebihnya dipotong.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMARAU belakangan ini bagi Paliyem, 35 tahun, membawa rezeki. Warga Desa Sentang, Kisaran Timur, 187 km dari Medan, Sumatera Utara, itu suatu siang yang gerah awal Oktober lampau ingin menyejukkan diri. Iyem -- demikian panggilannya -- mandi di sumur dekat rumahnya. Ia membasuh rambutnya yang panjang lurus sampai ke tumit, sekaligus melumurinya dengan air jeruk purut dan lidah buaya serta sampo dari toko. Selesai keramas, ibu tujuh anak itu terkejut bukan main karena mendadak ujung rambutnya mengeras. Ia lebih terkesiap lagi saat ujung rambutnya pelan-pelan menggumpal sendiri ke atas. Rambut itu berubah keriting, persis rambut Negro. Panik. Ia lari ke rumah tetangganya, minta tolong. Ihwal rambut Iyem itu segera menjadi buah bibir, bukan hanya di Desa Sentang, tapi juga di seantero Kota Kisaran. Anak sulung dari empat belas bersaudara itu diboyong ke rumah sakit umum Kisaran, 7 km dari desa itu. "Baru kali ini kami temukan kasus seperti ini," kata Dokter Tanto Nugroho dari rumah sakit itu. Artinya, rambut Iyem tak bisa ditolong. Karena dokter menyerah, Iyem ke dukun -- masih di Kisaran. Wak Dukun, yang tak bersedia disebut namanya, komat-kamit sejenak. Kemudian ia menyisir rambut itu dengan sebilah pisau. Sukses meski hanya sebatas bahu. Yang selebihnya tetap saja keriting bergumpal. Tak panjang cerita, sreset... rambut yang mengeriting itu dibabat. Potongannya direndam dalam mangkuk kaca yang dilapik kain kuning. Maka, komentar pun ikut bergumpal. Ada yang bilang Iyem kualat kepada mertua. Iyem memang mengaku pernah bertengkar dengan mertuanya sekeluarga. Itu beberapa tahun lalu, hanya karena soal kecil, tapi sempat menjadi urusan polisi. Itu sebabnya ia pindah ke rumah orangtuanya sendiri, 50 meter dari rumah mertuanya. Menurut mertuanya, Kasun, 67 tahun, Iyem pernah menghina ibu mertuanya yang sudah renta dengan julukan buntel. Tapi sampai di mana keabsahan hubungan dua kejadian itu tak mudah dilacak. Yang jelas, rambut Iyem telanjur dianggap ajaib. Dari berbagai penjuru Kabupaten Asahan, orang tumplek ingin melihat dengan mata kepala sendiri keajaiban itu. Dan seperti lazimnya, mereka datang seraya memberi duit. Ada yang lima ratus, ada yang lima ribu rupiah. Semua ikhlas. Cuma ada lagi yang bukan sekadar ingin tahu. Mereka menyauk air perendam rambut itu dan meminumnya. Katanya, sih, bisa menjadi obat berbagai macam penyakit. Wah. "Kami tak pernah menyatakan air rendaman rambut Iyem itu bisa jadi obat," sanggah ayah Iyem, Mijo, kepada Makmun Al-Mujahid dari TEMPO. Cuma petugas kebersihan kompleks pekuburan muslim Desa Sentang itu tak membantah bahwa rambut anaknya lumayan mengobati kantung mereka seisi rumah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus