Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Suara wanita bekerja

Jumlah wanita karier di indonesia meningkat. hidup pisah (commute marriage) makin menggejala pada rumah tangga wanita karier. terjadi konflik dalam mengembangkan karier istri dan suami.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDAPAT mereka menarik disimak, meski belum tentu mewakili pendapat kaum wanita Indonesia. Juga, kecenderungan perilaku mereka itu mungkin tidak mutlak menunjukkan suatu gejala dalam kehidupan wanita kita. Mereka, 182 reseponden wanita poll TEMPO, yang disebarkan bulan September lalu, adalah sebagian kecil dari angkatan kerja wanita Indonesia. Namun, dalam mendiskusikan masalah kariernya, mereka tergolong "partisipan" yang representatif. Para responden ditemui secara tatap muka. Mereka disyaratkan terdiri dari wanita bekerja. Sebagian besar (75,8%) berstatus karyawan, 15,4 persen eksekutif perusahaan, dan 8,2 persen wiraswastawan. Hanya 0,5 persen yang keberatan pekerjaannya disebutkan. Mereka berdomisili di sejumlah kota besar di enam provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Mereka terbanyak tinggal di Jakarta (23,4%) dan rata-rata berada pada usia produktif, yaitu 21-30 tahun (50,5%), 31-40 tahun (28,6%). Hanya 20,9 persen yang tercatat berusia di atas 40 tahun. Separuh lebih (53,8%) berstatus istri, 42,9 persen masih lajang, dan 3,3 persen hidup menjanda. Menurut para ahli, karier menjadi masalah di kalangan wanita terpelajar. Kelompok terbanyak (53,3%) meraih gelar sarjana S1. Ada 5,5 persen malah menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mereka yang punya latar belakang pendidikan SLTA meliputi 36,8 persen. Lulusan SLTP 2,7,persen. Hanya seorang yang mengaku lulus SD, sedangkan dua reponden tak mencantumkan latar belakang pendidikannya. Rata-rata responden berasal dari lingkungan tempat kalangan wanitanya bekerja. Sebagian besar responden (42,3%) menyatakan bekerja karena dorongan otomatis saja. Sebagian lagi, 37,4 persen, menyatakan sudah selayaknya wanita mencari penghasilan. Ada 14,3 persen yang mengatakan mereka bekerja karena tak enak tidak punya kegiatan. Sedangkan 4,9 persen terpaksa bekerja karena penghasilan keluarga tidak cukup (dua responden tidak menjawab). Kepedulian mereka pada masalah karier tidak perlu disangsikan. Uraian yang mereka tuliskan dalam menjawab dua pertanyaan terbuka adalah pendapat-pendapat yang berbobot. Dan hampir semua responden merasa perlu menyorongkan pendapatnya tentang sejauh mana karier wanita bakal menjadi dilema dalam kehidupan keluarga. Hanya dua responden mengosongkan kolom jawaban. Ketika kepada mereka ditanyakan bagaimana upaya terbaik memecahkan dilema tersebut, hampir semua responden ikut memberi pendapatnya. Hanya tiga responden yang tidak tertarik menuliskan sikapnya. Jis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus