Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rekam Jejak di Jariungu
Sekelompok konsultan mengelola situs data dan berita seputar calon anggota Dewan dan anggota Dewan terpilih. Menjadi rujukan puluhan juta pemilih.
RUMAH toko dua lantai itu seperti tenggelam di antara gedung-gedung jangkung di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan. Di pintu kaca ruko itu hanya terpampang stiker seukuran telapak tangan bertulisan "jariungu.com", tersamarkan oleh papan nama ruko sebelah kirinya. Selebihnya, tak ada pertanda bahwa di situ dikelola situs Internet yang pernah membetot perhatian puluhan juta pengunjung.
Kantor Jariungu.com memang sengaja dibuat tak menonjol. "Kami belum siap bila kantor tiba-tiba digeruduk," kata pendiri Jariungu.com, Teuku Radja Sjahnan, Rabu dua pekan lalu. Dia khawatir soalnya situs tersebut tidak sungkan menyimpan data dan berita mengenai perilaku buruk para wakil rakyat dari berbagai daerah.
Radja bercerita, ide membuat situs database ini muncul pada Pemilihan Umum 2009. Keluar dari bilik suara, dia dan teman-temannya berdiskusi mengenai para calon yang baru mereka pilih. "Kami pikir, apa kerja orang-orang itu nanti," ujar Radja menuturkan lagi diskusi saat itu.
Mereka lalu sepakat memantau berita seputar anggota legislatif periode 2009-2014 dari semua daerah pemilihan dan menyimpannya dalam sebuah situs agar bisa diakses. "Kalau kami perlu, pemilih lain juga mungkin perlu," kata Radja.
Enam bulan setelah pemilu, pada November 2009, situs tersebut akhirnya diluncurkan. Terilhami warna jari pemilih setelah dicelupkan pada tinta, mereka memberinya nama Jariungu.com Koordinator Pendataan Jariungu.com Lativa bercerita, segera setelah peluncuran tersebut, dia menyurati semua anggota parlemen di Senayan. Mereka ditawari kesempatan berkomunikasi langsung dengan konstituen lewat Jariungu.com. "Tapi nyaris tak ada yang merespons," ujar Lativa.
RADJA, 45 tahun, bukan ahli di bidang teknologi informasi. Dia alumnus Sekolah Tinggi Akuntasi Negara yang sempat bekerja sebagai auditor Badan Pemeriksa Keuangan selama 17 tahun. Sejak 2007, dia mundur dari BPK dan menjadi konsultan lepas di bidang keuangan. Radja pernah bekerja sebagai konsultan publik manajemen finansial Bank Dunia dan pernah gagal dalam seleksi anggota BPK di Dewan Perwakilan Rakyat pada 2007.
Pada 2003, mempekerjakan seorang programmer profesional, dia mendirikan situs beasiswa dan perguruan tinggi www.radja-radja.net. Suatu ketika, situs tersebut bermasalah, tapi tak bisa diperbaiki lantaran sang programmer keluar. Bertekad memperbaiki sendiri situsnya, Radja pun mulai belajar teknik pemrograman. Setelah berbulan-bulan menggeluti buku-buku komputer dan berguru secara online melalui Google, dia berhasil mengatasi masalah pada situsnya. Belakangan, karena terus merugi, www.radja-radja.net akhirnya ditutup.
Dengan keahlian yang dipelajari secara otodidaktik itulah Radja membangun database dan situs Jariungu.com. Tapi dia tidak bisa buru-buru karena, sembari membangun Jariungu.com, ia harus mengurus perusahaan konsultan PT Dua Radja Net, yang ia dirikan bersama Lativa. Lativa juga seorang sarjana akuntansi dan bekerja dengan Radja sejak masih di bangku sekolah menengah atas.
PT Dua Radja Net mempekerjakan lima anggota staf. Di bawah komando Radja, mereka menyediakan layanan konsultasi keuangan, analisis kebijakan, sampai pembuatan standar operasi prosedur perusahaan. Sejak Jariungu.com diluncurkan, di sela-sela pekerjaan utama sebagai konsultan, mereka mulai mengumpulkan profil anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah untuk diunggah ke Jariungu.com.
Mereka juga menjaring berita seputar anggota parlemen dari berbagai media online. Berita itu kemudian dimuat ulang di Jariungu.com dengan menyebutkan sumbernya dan menautkannya ke profil anggota parlemen yang relevan.
Radja membuat program untuk menggiring pengunjung langsung "menemukan" anggota legislatif dari daerah pemilihan mereka. "Cara itu kami yakini lebih efektif," ujar Radja.
Pertama kali membuka situs Jariungu.com, pengunjung diarahkan mendaftar dengan menyebutkan identitas dan alamat, dari provinsi sampai kecamatan. Begitu semua formulir itu selesai diisi, di layar komputer akan muncul foto-foto anggota legislatif dari daerah pemilihan pengunjung tersebut. Bila foto-foto itu diklik, muncullah profil lengkap si legislator plus berita terkait yang terus diperbarui. Tak hanya membaca, pengunjung pun bisa memberi komentar atau menautkan berita baru.
Pada fase awal, Jariungu.com sepenuhnya dibiayai dari penghasilan Radja dan kawan-kawan sebagai konsultan. "Bagi kami, ini semacam social entrepreneurship," ucap Radja. Baru sejak tiga tahun terakhir mereka merancang layanan informasi yang bisa dijual.
Situs Jariungu.com kini dilengkapi database peraturan perundang-undangan. Fitur bernama Lumbung Peraturan itu memuat lebih dari 18 ribu dokumen undang-undang dan peraturan pemerintah. Tersedia pula dokumen audit Badan Pemeriksa Keuangan selama sepuluh tahun terakhir.
Untuk mengakses Lumbung Peraturan, pengunjung harus berlangganan. Tarifnya beragam—bagi masyarakat umum dari Rp 450 ribu sampai Rp 2,25 juta per tahun. Hasilnya lumayan, bisa membiayai sebagian kegiatan Jariungu. "Tapi masih harus subsidi silang," kata Radja.
Menjelang Pemilu 2014, kesibukan mereka meningkat. Radja dan kawan-kawan bekerja siang dan malam, berburu dan mengunggah profil semua calon anggota legislatif dari pusat sampai daerah.
Pada saat ini sebuah fitur baru ditambahkan, yakni fasilitas pencarian calon anggota legislatif berdasarkan asal-usul sekolah. Pengunjung tinggal memasukkan nama sekolah, klik, maka akan keluar semua calon legislator yang berasal dari sekolah yang dimaksud. "Orang yang tadinya apatis pun jadi tertarik," ujar Radja.
Weilin Han, 48 tahun, termasuk pemilih yang merasa terbantu oleh Jariungu. Dari situs ini, dia mendapatkan informasi seputar calon legislator di daerah pemilihannya, Kota Madya Bandung, Jawa Barat.
"Mereka tak memberikan opini atau mengarahkan, sekadar menautkan berita," ucapnya terkesan. Weilin pun mempromosikan Jariungu kepada keluarga, kenalan, dan bekas teman sekolahnya, dari Bandung sampai Surabaya. "Saya sebarkan alamat situs itu lewat Facebook."
Menjelang hari pencoblosan, Jariungu.com bekerja sama dengan sejumlah lembaga yang menelusuri rekam jejak calon anggota legislatif, termasuk Tempo. Namun, lantaran keterbatasan tenaga, mereka tak terlibat langsung dalam penelusuran itu. "Kami hanya memuat rekomendasi lembaga yang kredibel," ujar Radja.
Semua terobosan itu membuat angka kunjungan ke situs Jariungu.com naik berlipat ganda. Mendekati hari pencoblosan, pengunjung Jariungu.com menembus angka 44 juta per bulan, dari rata-rata sebelumnya yang hanya sekitar 5 juta.
Puncaknya pada 9 April 2014, ketika orang hendak pergi ke tempat pemungutan suara. Saking banyaknya pengunjung, pada pukul 09.00, situs Jariungu.com down. Radja sampai meminta webhosting Jariungu menambah memori hingga tiga kali lipat. Tapi itu tak segera membuat situs tersebut bangkit.
Jariungu.com baru siuman dua jam kemudian, manakala pengunjung mulai berkurang. Antara pasrah dan bangga, waktu itu Radja hanya berkata, "Apa boleh buat, dia meninggal saat menjalankan tugas."
Memang tak semua orang keluar dari www.jariungu.com dengan berterima kasih. Ada juga yang menutup situs itu sambil bersungut-sungut. Termasuk di barisan ini calon legislator yang diberitakan miring. "Ada yang memaki-maki kami dan meminta beritanya dicabut," kata Lativa.
Beberapa calon anggota legislatif yang gagal bahkan menyalahkan pengelola Jariungu. Menurut Lativa, para calon gagal tersebut merasa dirugikan karena kampanye negatif. Ada yang marah gara-gara tidak direkomendasikan Jariungu.com. "Sampai ada yang mengancam akan mendatangi kantor kami," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo